Literasi

Pesan Yansen TP kepada Warga Dayak (2): Jujurlah dalam Berbangsa dan Bernegara

Rabu, 7 Agustus 2024, 07:19 WIB
Dibaca 304
Pesan Yansen TP kepada Warga Dayak (2): Jujurlah dalam Berbangsa dan Bernegara
Tipa Yansen Padan (TYP)

Pepih Nugraha

Penulis senior

Saat menyampaikan paparannya di depan hadirin dan civitas academica Institut Teknologi Keling Kumang di Sekadau, Kalimantan Barat, Senin 5 Agustus 2024 lalu, penggerak literasi nasional Yansen TP meminta warga Dayak di seluruh Kalimantan dan warga Dayak yang berdiaspora untuk bersikap jujur dalam berbangsa dan bernegara.

Terkait pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) yang sedang gencar dilakukan pemerintah pusat, Yansen meminta warga Dayak turut berpartisipasi. “Tidak hanya menjadi penonton atau objek pembangunan, tetapi harus menjadi subjek Pembangunan. Di sisi lain, pemerintah juga harus memberi kesempatan,” kata Yansen pada peresmian Gedung Rektorat institut teknologi yang mengambil nama Dayak tersebut.

Yansen juga menekankan pemerintah pusat hendaknya melibatkan warga Dayak di Kalimantan untuk berpartisipasi dalam setiap proses pembangunan, termasuk pembangunan IKN yang akan memindahkan ibukota Jakarta ke Kalimantan Timur. Menurut Yansen, proses pembangunan yang berkeadilan adalah menerima dan memberi. Dalam pengertian, warga Dayak akan menerima tugas yang diamanatkan jika pemerintah pusat memberikan kesempatan yang adil kepada warga Dayak.

"Menerima dan memberi itu cermin kesetaraan hidup berbangsa dan bernegara yang senyatanya," kata Yansen yang menyampaikan presentasi berjudul “Pembangunan Sumber Daya Dayak: Tantangan dan Peluang Menghadapi Era Keterbukaan dan Persaingan Global”.

Dalam kesempatan tersebut Yansen menekankan tiga langkah penting yang harus dilakukan oleh warga Dayak dalam menghadapi era keterbukaan dan persaingan global, yakni melakukan investasi pendidikan dan pelatihan, membangun kualitas kompetensi untuk daya saing, serta membangun jejaring dan kemitraan global.

 Pertama, yang penting dilakukan saat melakukan investasi pendidikan dan pelatihan adalah dengan menyediakan akses dan kualitas pendidikan yang relevan dengan kebutuhan pasar. Apa yang dilakukan Yansen saat menjabat bupati Malinau selama dua periode dengan program wajib belajar 16 tahun adalah salah satu ujud pemberian akses warga masyarakat, khususnya Dayak, terhadap pendidikan. Jika di tempat lain wajib belajar dikenakan pada anak-anak usia 9 atau 12 tahun, Yansen menerapkan wajib belajar 16 tahun. Meningkatkan kualitas pendidikan yang relevan dengan kebutuhan pasar harus melihat tren atau kecenderungan tenaga kerja yang diperlukan.

Dengan melihat tren industri dan penyerapan tenaga kerja, misalnya, maka sekolah maupun lembaga pendidikan wajib membuat terobosan dengan mengoptimalkan kurikulum bermuatan lokal jika kurikulum nasional sebagai sesuatu yang harus diterima dan dijalankan. Jika kecenderungan pasar menyerap tenaga kerja terampil dalam teknologi informasi dan digital, kata Yansen, maka sekolah pun harus membuka jurusan yang terkait dengan keterampilan dunia digital tersebut, sebut saja jurusan coding, teknologi komputer dan robotisasi. “Hal ini sekaligus menjawab tantangan keterbukaan dan persaingan global yang saya maksudkan,” katanya.

Selain memberi akses warga Dayak terhadap pendidikan, maka sekolah maupun lembaga pendidikan pun harus mengadakan program vokasi dan keahlian yang sesuai kebutuhan. Memang kebutuhan tidak serta-merta melihat skala nasional, tetapi kebutuhan lokal Kalimantan yang akselerasi pembangunannya akan terimbas IKN. Sebagai contoh teknologi pengolahan hasil hutan, teknologi tanaman dan pangan, sampai teknologi ekspolarasi mineral dan tambang yang banyak beroperasi di bumi Kalimantan, di mana nantinya diisi oleh tenaga terampil warga Dayak.

Pemerintah provinsi sampai pemerintah kabupaten/kota di seluruh Kalimantan secara berkesinambungan membangkitkan kesadaran belajar kepada warganya untuk terus meningkatkan sumber daya manusia Dayak, tidak boleh kalah oleh warga lainnya. Hal ini dimaksudkan agar sumber daya manusia warga Dayak tidak tertinggal dengan warga lainnya yang datang dari luar Kalimantan, khususnya setelah IKN mulai operasional.

Kedua, membangun kualitas kompetensi untuk daya saing. Dalam pandangan Yansen, manusia Dayak harus mampu mengekploitasi dirinya sesuai keunggulan budaya dan kearifan lokal Dayak yang khas dan tidak dimiliki daerah lain. Kearifan lokal seperti cara etnis Dayak mengelola dan menjaga kelestarian hutan dan lingkungan hidupnya perlu disosialisasikan agar selain untuk menghilangkan mispersepsi dan stigma bahwa etnis Dayak perusak hutan, juga untuk menjadi contoh warga lainnya yang bukan etnis Dayak.

Seperti diketahui bersama, kearifan local yang khas merupakan kebiasaan turun-temurun yang diterima etnis Dayak dari generasi ke generasi.

Sedangkan untuk menghadapi daya saing yang semakin kuat, warga Dayak perlu mengembangkan kreativitas, inovasi dan mengembangkan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan cepat. Sudah bukan rahasia umum, teknologi informasi, kecerdasan buatan atau Articial Intelligence (AI), teknologi Internet dengan kehadiran media sosial berbagai platform dan robotisasi industri telah mempercepat akselerasi peradaban digital yang jika tidak diantasipasi atau tidak diikuti, maka akan semakin membuat etnis Dayak semakin berjarak dengan warga lainnya.

Ketiga, membangun jejaring dan kemitraan global. Menurut Yansen, cara ini dapat dilakukan dengan membangun kolaborasi atau kerja sama dan pertukaran institusi pendidikan, penelitian dan industri. Sudah bukan rahasia umum, ketimpangan antara Jawa dan luar Jawa telah berlangsung selama Republik ini berdiri, dari satu pemerintahan ke pemerintahan lain. Pemindahan IKN ke Kalimantan Timur dimaksudkan untuk memperkecil ketimpangan tersebut, sehingga pembangunan dan anggaran besar pemerintah tidak hanya berputar di Jawa.

Pertukaran praktisi pendidikan, peneliti dan pelaku industri dengan memberi kesempatan program magang bagi etnis Dayak adalah lompatan pertama. Lompatan berikutnya adalah keberanian merekrut etnis Dayak yang memenuhi kualifikasi dalam berbagai lembaga dan industri strategis tersebut. “Yang penting diberi kesempatan terlebih dahulu,” kata Yansen. “Dengan menjadi bagian dari pelaku pendidikan, riset dan industri, dengan sendirinya etnis Dayak akan mampu membangun kemitraan dengan kekuatan global dalam bentuk penanaman modal.”

(Bersambung)

Tulisan sebelumnya.