Pembicara kok Belum Menulis Buku?
“Pembicara belum menulis buku sendiri, ibarat seorang penyanyi yang belum punya album.”
Tirta Setiawan – Penulis buku laris “Sales Kaya Sales Miskin”
Ungkapan itu disampaikan Tirta ketika hendak menulis buku Sales Kaya Sales Miskin tahun 2008 lalu. Saya yang membantunya menuliskan buku itu, hanya mesem-mesem saja, membayangkan Inul Daratista yang sudah laris manis sebelum punya album berkat goyangannya. Ya, kalau mau laris memang harus punya suatu keistimewaan. Inul dengan goyangannya, tapi yang lain bagaimana? Kebetulan sampai hari ini, belum menemukan artis lain yang tenar tanpa keistimewaan.
Nah, keistimewaan itu diakui banyak orang ada pada pencapaian yang bernama album. Begitu sang artis masuk dapur rekaman, lalu keluar albumnya, seketika itu pula ‘nilai’nya bertambah. Jika biasanya hanya diharga X, maka berubah menjadi 2X, atau bahkan 3X. Benar dia sudah sering tampil di pangung-panggung, kafe ke kafe dan tempat lainnya, tapi tetap saja, pengaruh album luar biasa. Sang artis belum mendapatkan posisi puncaknya, jika tidak punya album.
Bagaimana dengan pembicara? Pelatih? Mentor? Perlukah punya keistimewaan? Ya harus! Seperti juga album buat penyanyi, maka mengikuti kata Tirta Setiawan, pembicara harus punya buku. Hal inilah yang menjadi keistimewaan seorang pembicara publik. Buku menjadi semacam stempel atas keahliannya, kehebatannya dan sejenisnya terkait dengan profesinya sebagai pembicara. Sudah banyak contoh mereka yang melejit berkat album alias buku itu.
Lihatlah kiprah Tung Desem Waringin, yang semakin melonjak berkat buku Marketing Revolution dan Financial Revolution-nya. Saya yakin, timnya sedang menyiapkan buku berikutnya, untuk terus menjaga stabilitas performa mereka. Sahabat saya, Safir Senduk, juga demikian. Namanya tetap berkibar dan kepakarannya diakui berkat buku-buku yang ditulisnya. Lihat pula kiprah pak Jamil Azzaini! Hmm, publik punya kepercayaan yang besar kepada timnya (Sukses Mulia), karena selain materi yang luar biasa, juga ditunjang dengan buku. Mentor saya, Andrias Harefa, punya singkatan yang unik dalam kartu namanya yaitu WTS. Jangan ngeres karena kepanjangannya adalah writer – trainer – speaker. Jadi, pelatih dan pembicara itu akan komplit dan afdol jika diiringi dengan kemampuan menulis (buku). Mas Andrias sudah membuktikannya dengan menulis lebih dari 40 buku!
Memang ada beberapa pembicara yang tetap hebat, meski belum punya buku. Misalnya pak James Gwee, beberapa tahun silam. Beliau sudah meroket dan menjadi bintang utama bidang penjualan, meski belum punya buku. Kiprahnya lebih terdengar di radio dan cd-cd audio. Tapi beliau punya keistimewaan dalam materi dan cara penyampaiannya, yang sangat memikat. Tentu didukung oleh promosi di radio. Tapi belakangan, James pun menerbitkan dua buku, karena memang harus disadari bahwa pembicara jika belum punya buku, ibarat penyanyi yang belum punya album.
Anda pembicara, pelatih, trainer, tapi belum menulis buku?
Segeralah “bertobat” hehe, menulis buku sekarang juga!