Bahagia Luhur Penulis: Karya Sarat Manfaat
Buku laris? Senanglah. Begitu saya tulis dalam artikel sebelumnya.
(Baca: Buku Saya Dicetak Ulang Berkali-kali)
Akan tetapi, ada kesenangan lain yang jauh lebih luhur. Masuk kategori kebahagiaan. Bukan sekadar rasa senang. Bahagia paling luhur penulis adalah ketika karyanya bermanfaat buat alam semesta. Buat orang lain. Bukankah manusia terbaik manusia paling bermanfaat?
Manfaat itu beragam. Berlevel-level. Mulai dari yang paling ringan sampai terluhur. Mulai menghibur, memberi tahu, sampai menginspirasi, menggerakkan, dan memberdayakan. Tulisan punya potensi manfaat sampai level terluhur. Bahkan bisa mengubah dunia, begitu kata Stephen Hawking. Bahkan bisa abadi, kata Ali bin Abi Thalib.
Sekadar senyuman pun bisa mencuri jantung seseorang. Dengarkan lirik salah satu lagu Raisa, Kali Kedua, "Jika senyummu saja, bisa mencuri detak jantungku..." Apalagi tulisan. Tulisan bisa mengubah apapun. Apalagi sekadar mencuri detak jantung. Banyak orang berubah jalan hidupnya disebabkan oleh tulisan: buku.
Saya menulis untuk memberi manfaat. Ketika kita memberi manfaat kepada orang lain maka (kata hukum alam yang selalu berlaku), sesungguhnya saya sedang memberi manfaat untuk diri sendiri.
Buku yang saya tulis belasan tahun lalu masih bermanfaat buat orang lain sampai sekarang. Manfaatnya buat saya (dan keluarga) pun masih terasa sampai sekarang. Pasti sampai nanti. Abadi.
Saya bahagia. Kebahagiaan terluhur seorang penulis. Pembaca pun bahagia.
Dalam bahasa spiritual, penulis pemberi manfaat dan kebahagiaan, sedang menabung energi positif (pahala) sebagai bekal hidupnya kelak. Di alam yang kekal.
Maka berkaryalah. Menulislah. Untuk masa depan.
Catatan:
Foto atau gambar adalah hasil jepretan para pembaca buku yang saya tulis.