Buku Saya Dicetak Ulang Berkali-kali. Senangkah?
Senanglah… salah satu pencapaian tertinggi seorang penulis adalah ketika buku yang ditulisnya diterbitkan lalu dicetak ulang. Cetak ulang sekali, senang. Alhamdulillah. Cetak ulang dua kali, senang. Cetak ulang tiga kali, senang banget. Cetak ulang berkali-kali dalam tempo hanya dalam satu tahun. Amat senang sekali. Cetak ulang terus selama bertahun-tahun, tentu menjadi kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri.
Beberapa kawan penulis, sampai menambahi embel-embel pada dirinya sebagai penulis bestseller, karena satu atau dua bukunya laris manis.
Saya? Tidak tega rasanya hehe. Cukup penulis profesonal saja deh sebagi jenama saya. Atau penulis dengan jumlah buku tertentu. Seperti senior penulis Masri Sareb Putra yang sudah menghasilkan lebih dari 105 judul buku.
Jika dihitung-hitung satu buku dicetak rata-rata 3.000 eksemplar saja, maka dengan 105 judul buku berarti sudah lebih dari 300.000 eksemplar yang terjual. Buanyak sekali itu. Kalau satu judul buku terjual sebanyak itu, sudah masuk dalam jajaran mega bestseller atau minimal national bestseller. Saya sendiri sudah menulis lebih dari 75 judul buku… menjelang 100 judul. Jadi, sekitar 300.000 eksemplar juga kan?
Apalagi salah satu buku berjudul Belajar Goblok dari Bob Sadino, terjual lebih dari 50.000 eksemplar, sejak terbit pada 2009 lalu. Saya tidak tahu pasti jumlahnya, karena edisi pertama minim data. Sedangkan edisi kedua (yang disempurnakan) yang diterbitkan oleh Elex Media Komputindo (penerbit Grup Gramedia) sudah dicetak ulang 9 kali, sejak meluncur pada 2017.
Sembilan dikali rata-rata sekali cetak 3.000 eksemplar, maka buku edisi kedua itu sudah tersebar sebanyak 27.000 eksemplar. Royaltinya masih mengalir sampai kini.
Buku lain yang saya tulis dan laris adalah Sales Kaya Sales Miskin bersama Tirta Setiawan. Sejak terbit pada 2009 lalu, buku tersebut cetak ulang sebanyak 11 kali. Beberapa buku lainnya rata-rata dicetak ulang 3 kali. Sebagian besar lainnya hanya dicetak sekali saja. Buku Pintar karya Iwan Gayo menjadi salah satu sumber inspirasi utama, karena sejak terbit pertama kali pada 1981, terus menerus cetak ulang setiap tahun. Sampai sekarang.
Tentu saja, kebahagiaan terbesar penulis seperti saya bukan hanya dalam artian terjual sekian eksemplar atau dicetak ulang lagi dan lagi. Tetapi esensinya adalah buku tersebut dibaca banyak orang. Semakin banyak jumlah orang yang membaca semakin baik, sehingga manfaatnya menjadi maksimal. Rupiah yang didapat adalah konsekuensinya saja. Karena tidak semua buku diedarkan dengan nilai ekonomi yang memadai. Ada juga yang sepantasnya saja, atau malah digratiskan.
Mari menulis buku, sebagai salah satu jalan sunyi penuh kebahagiaan…