ARAMIE (Ara dan Indomie)
Kiara Dwi Larasati, Ia adalah seorang gadis kampung keturunan suku melayu. Ia merupakan anak kedua yang dilahirkan di keluarga yang sederhana. Tinggal di wilayah provinsi paling ujung pulau kalimantan yaitu di Provinsi Kalimantan Utara. Sebelum terjadinya pemekaran wilayah, dulu daerahnya masih bergabung dengan wilayah Kalimantan Timur. Dia dan keluarganya telah cukup lama tinggal disini. Pada jaman dahulu kala nenek moyangnya merupakan suku melayu yang sering berlayar dari negeri Jiran (Malaysia) ke wilayah perbatasan Indonesia. Sehingga banyak suku dari luar yang mendiami wilayah utara kalimantan. Ada beberapa suku asli yang menikah dengan suku melayu, sehingga terjadilah percampuran darah antar suku. Seiring waktu Kiara, si gadis melayu ini tumbuh menjadi gadis cantik jelita. Dia mempunyai kelebihan yang mungkin saja bisa membuat orang iri. Dia selalu mendapat ranking 1 di kelasnya sehingga bukan tidak mungkin ada orang yang iri kepadanya. Ara adalah nama panggilan Kiara, dari kecil keluarganya selalu memanggil namanya seperti itu. Berbeda halnya ketika Kiara di sekolah teman-temannya biasa memanggilnya "Aramie", bukan tanpa sebab dia dipanggil dengan panggilan tersebut. Dia mendapat julukan nama tersebut karena Kiara paling suka makan mie yang bermerek Indomie. ditambah lagi dia memiliki rambut yang seperti mie. Setiap bel istirahat berbunyi, Aramie selalu pergi bersama teman-temannya. Sesampainya di kantin sekolah, mereka pun duduk di meja dekat jendela. "Aramie, kamu mau pesan apa ?, "tanya dewi". Dewi adalah teman kelasnya Aramie yang duduk sebangku dengan Aramie. "Biasa wi, aku pesan es teh dan Indomie Goreng pakai telor mata sapi yaa, ucap Aramie", Dewi pun langsung menyampaikan pesanan Aramie ke ibu kantin.
"Bu, pesan mie goreng 2, mie kuahnya 1, es tehnya 3, sama gorengannya yaa bu Rp.5000,-."
"Baik neng, ditunggu aja yaa dulu sebentar ibu bikinkan, ucap ibu kantin".
Dewi pun pergi menuju meja kantin tempat ia dan teman-temannya duduk.
"Eeh Aramie, kamu sudah nyelesaiin tugas pak santoso belum?, tanya Wenda"
"Oh tugasnya pak santosa sudah aku selesaiin, ucap Aramie".
"Eh ajarin dong rumusnya ra, ucap wenda dan dewi serentak".
"Iyaa, nanti pas di kelas yaa aku ajarin ke kalian rumusnya, ucap Aramie."
15 menit kemudian, datanglah pesanan mereka. Aramie dan teman-temannya pun menikmati makanan yamg mereka pesan.
***
Nyanyian jangkrik menemani Aramie yang duduk di meja belajar dengan cahaya redup dari sebuah lampu. Di tengah malam, saat semuanya sudah terlelap dia masih saja berkutik dengan buku bukunya. Dia terus berfikir, membaca, menulis, menghitung, dan mengerjakan soal-soal yang ada. Dia pantang menutup bukunya sebelum soal yang sedang dikerjakannya itu ditemukan jawabannya. Saat sedang fokus dengan bukunya tiba-tiba saja terdengar suara aneh yang muncul dari arah bawah meja, seperti suara monster yang ingin memakan anak-anak nakal, sontak dia pun kaget, seketika pikirannya langsung buyar, oh ternyata suara itu berasal dari dalam perutnya, perut yang mulai keroncongan di tengah malam memaksanya untuk berhenti belajar sejenak. Kiara pun beranjak dari kursi belajarnya, dia pergi keluar kamar menuju dapur, mencari sebungkus mie instan Indomie untuk ia masak.
"Dimana yaa ibu naruh mie instan Indomie ?, ucap Kiara". Tidak berselang lama Kiara pun menemukan Indomie tersebut di rak makanan dekat kulkas. Kiara berpikir sejenak, Indomie goreng ala mie basah enak kali yaa. Kiara pun mulai mengambil sebungkus mie kemudian mengiris tipis bawang merah, bawang putih, cabai. Di wadah yang terpisah Kiara juga memotong daun bawang dan juga sawi hijau. Tak lupa juga telur ayam kesukaanya ia pecahkan dan aduk di mangkok. Wajan, minyak goreng, air dalam gelas udah siap, saatnya memasak.
Wajanpun mulai Kiara panaskan dengan api kecil, Dia mulai menumis bawang merah, bawang putih dan juga cabai. Seng .. oseng .. oseng.. oseng.. tangannya yang lihai seperti koki-koki restoran. Tidak lama kemudian mulai tercium aroma wangi, lalu dia pun memasukkan telur yang telah dipecahkan tadi hingga memasaknya setengah matang. Dia pun menuang segelas air dan menunggu air tersebut mendidih di wajan. Gelembung-gelembung air mulai terlihat muncul, Kiara memasukan mie, kecap, bumbu mie, sawi hijau dan juga daun bawang, lalu dia mulai mengaduk-aduknya hingga semua tercampur rata. Setelah matang, dia menuangnya ke dalam mangkok keramik berwarna putih.
Akhirnya, Ara duduk sambil menatap semangkuk mie dihadapannya. Ara memang sengaja memasak dua bungkus mie, terlihat sawi hijau, daum bawang dan cabai terselip diantara jalinan mie kriting. Disaat Ara sedang menikmati semangkuk mie buatannya, tiba-tiba di luar terdengar hujan yang mulai turun, hawa dingin mulai merasuk kedalam pori-pori tubuh Kiara. sedangkan di dalam ruangan dapur, Kiara mendecap kepedasan. "Nikmat sekali mie buatanku ini, ucapnya". Semangkuk Indomie ini ternyata mampu meredakan suara-suara yang menggerutu dari dalam perutnya tadi.