Prasasti Literasi Batu Ruyud
Jangan sepelekan batu!
Dia adalah media dalam peradaban lama. Di manakah Nabi Musa menorehkan 10 Perintah Tuhan atau "Ten Commandments" yang menjadi kredo umat Kristiani sepanjang masa? Di atas batu datar yang menyerupai sabak masa lalu atau iPad masa kini.
Rumah tanpa batu ibarat pohon tanpa akar. Batu adalah penyangga. Benar bahwa rumah betang terbuat dari kayu tanpa unsur batu, melainkan kayu yang lebih dominan. Tetapi jangan lupa, batu sungai tetap diperlukan sebagai landasan tiang-tiang penyangga rumah.
Apa jadinya jika para raja-raja terdahulu dari abad silam seperti Kerajaan Kutai atau Tarumanagara tidak menuliskan pesan berukir di atas batu? Kerajaan itu ibarat mitos belaka, antara ada dan tiada. Tetapi, ketika pesan masa silam tergores di atas batu prasasti, setidak-tidaknya membenarkan dengan lebih pasti tentang keberadaan kerajaan itu, bukan sekadar mitos.
Maka di Batu Ruyud, tempat di mana akan diselenggarakan Batu Ruyud Writing Camp (BRWC) di pedalaman hutan Kalimantan Utara, berdirilah batu-batu yang kelak akan dijadikan prasasti, dipahat di atasnya tentang kegiatan literasi ini, juga nama para peserta.
Prasasti ini akan berdiri abadi di Binuang, Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, sebagai pertanda bahwa geliat literasi juga terjadi di pedalaman Kalimantan.
Sebagai sahibul bait (tuan rumah), Pak Yansen Tp telah menyiapkan segala fasilitas semaksimal mungkin, apalagi BRWC yang akan dilaksanakan 27 Oktober hingga 3 November 2022 ini akan dijadikan "pesta budaya" warga setempat.
Di lain sisi, para penulis yang lolos undangan, akan berkonsentrasi penuh menulis sesuai latar belakang pengalaman dan kepakarannya dengan suasana nasionalisme yang kental di perbatasan Indonesia-Malaysia.
"Scribo ergo sum".
***
Pepih Nugraha