Literasi

Kiat Menulis Cerpen ala Edgar Allan Poe

Senin, 6 Februari 2023, 21:13 WIB
Dibaca 586
Kiat Menulis Cerpen ala Edgar Allan Poe
Edgar Allan Poe. Sumber: Jonathan Aprea/ Wikimedia Commons

Cerita pendek, atau dikenal juga sebagai cerpen, adalah salah satu genre sastra berbentuk karangan prosa naratif yang menuturkan suatu kisah rekaan. Tentu saja, sebuah cerpen dapat bersumber dari atau terinspirasi oleh kisah nyata, tetapi cerpen tersebut akan tetap dikategorikan sebagai karya fiksi.

Edgar Allan Poe, yang dijuluki sebagai bapak cerpen modern, mengemukakan lima aturan mengenai cerpen. Aturan ini tentu saja bukan seperti rumus kimia yang eksak, melainkan berupa suatu panduan dasar untuk mengenali dan menulis cerpen, dan aturan ini masih banyak dianut orang sampai sekarang. Dalam buku Nulis Cerpen Yuk!, Mohammad Diponegoro (2011:72-74) memaparkan kelima aturan tersebut sebagai berikut.

Pertama, cerpen harus pendek. Artinya, cerpen dapat dibaca sekali duduk. Dengan membacanya satu kali jalan, tidak terputus-putus, pembaca sudah mendapatkan kesan yang utuh tentang cerpen itu.

Kedua, cerpen harus memunculkan efek yang tunggal dan unik. Cerpen hanya menceritakan satu peristiwa, satu konflik utama, tidak menyediakan ruang untuk peristiwa atau konflik sampingan. Jika dibuat diagram, cerpen hanya berupa garis lurus, bukan batang pohon yang bercabang-cabang.

Ketiga, cerpen harus ketat dan padat. Uraian cerpen tidak bertele-tele, menyajikan detail pun secara padat dan ekonomis. Bahasa cerpen tidak berhamburan dengan kata-kata atau kalimat tak perlu. Cerpen semestinya ringkas dan jitu.

Keempat, cerpen harus tampak sungguhan. Meskipun berupa kisah rekaan, kisah yang disampaikan mesti terkesan wajar dan hidup. Tokohnya bertindak dan berbicara sebagaimana layaknya manusia. Penulis cerpen mesti mampu menampilkan dunia reka-percaya yang meyakinkan pembacanya.

Kelima, cerpen harus memberi kesan yang tuntas. Ketika selesai membacanya, pembaca mendapatkan kesan bahwa cerita itu memang sudah rampung secara bulat. Cerita berakhir di titik yang semestinya. Jika ujung cerita masih menggantung atau, sebaliknya, cerita sebenarnya sudah selesai tapi penulis masih melantur menceritakan hal-hal lain, keutuhan cerita akan rusak.

Ketika membaca cerpen di berbagai media, kita akan menemukan bahwa tidak semua cerpen menampilkan ciri-ciri cerpen sebagaimana diuraikan tadi. Misalnya, ada cerpen yang hanya terdiri atas dialog dua orang tokoh. Atau, sebuah cerpen terasa tidak tuntas karena konfliknya belum terselesaikan.

Dalam penulisan cerpen sebagai suatu karya kreatif, penyimpangan semacam itu sangat mungkin dilakukan. Biasanya yang melakukan penyimpangan tersebut adalah penulis yang telah mahir dan memahami betul teknik menulis cerpen. Ia melakukan penyimpangan bukan secara asal-asalan, melainkan secara kreatif sesuai dengan konsep cerita yang dirancangnya.

Sebaliknya, jika kita penulis pemula yang baru belajar menulis cerpen, kita perlu menguasai terlebih dahulu aturan dasar yang ada dan menerapkannya dalam latihan-latihan kita. Semakin mahir dan semakin cakap kita menulis, kita dapat belajar mengembangkan cerita kita dengan melakukan penyimpangan tertentu yang efektif. ***