Meneliti, Menulis, dan Publikasi| Wajib di Perguruan Tinggi
Kemarin (03-03-2022). Pas libur Nyepi. Namun, bagi pegiat literasi, tidak ada hari libur sebab setiap hari adalah hari libur. Sebaliknya, tidak ada hari kerja. Sebab setiap hari seorang pekerja-kata, pegiat literasi, libur.
Pada tanggal merah itu. Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Palangka Raya menyelenggarakan Webinar. Fokus pada "academic writing", Webinar menampilkan 3 naracerita.
1. Dr. Telhalia Ambung, Rektor IAKN. Perempuan berwajah tegas ini memaparkan dasar hukum, termasuk alur dwi (penelitian dan pengabdian pada masyarakat) dari tridarma perguruan tinggi yang harus berbuah (berujung) pada publikasi. Agar masyarakat dapat menikmati buah dari penelitian suatu perguruan tinggi itu. Bu Rektor menekankan, IAKN telah mulai, sedang menjalani, kampus berbasis penelitian dan publikasi.
2. Dr. Wilson, Direktur Program Pascasarjana IAKN. Lelaki bertubuh tambun ini memamarkan pengalaman sebagai penulis produktif. Bagaimana publikasinya menaikkan jenjang jabatan akademik. Syarat mutlak, kenaikan pangkat sebagai dosen harus menulis dan publikasi di jurnal terakreditasi Sinta dan Scopus. Yang menarik, Wilson memaparkan pengalamannya. "Untuk jadi penulis, kita harus bergaul dengan penulis pula." Meyakinkan sekali, Wilson menampilkan sejumlah fotonya bersama para penulis dan pegiat literasi nasional.
3. Masri Sareb Putra, M.A. membentangkan trik dan tips bagaimana menulis Academic Writing, syarat-syarat tulisan ilmiah, stukturnya, dan bagaimana mengkonversi skripsi, tesis, dan disertasi menjadi artikel dan buku.
Webinar diikuti 50 peserta-aktif. Dimoderatori Matius Mardani, M.Pd., alumnus IAKN. Peserta dari berbagai strata, S-1, S-2, dan S-3 tampak sangat antusias. Tampak dari diskusi interaktif. Melebihi waktu yang ditetapkan. Malah ada yang minta, wajib ada kelanjutannya.
***
Masri menjelaskan "Creative Writing vs. Academic Writing".
Adakah perbedaan antara creative writing dan academic writing?
Jika ditanya perbedaannya tentu saja ada. Namun, ada pula persamaannya.
Karena judul narasi ini adalah versus, atau perbedaan, Maka langsung saja to the point.
Creative writing per definisi adalah tulisan-tulisan, segala apa saja bentuknya, genre-nya selain menu berita keras maupun lembut atau hard dan soft news yang menjadi menu utama suatu media mainstream.
Dengan demikian, creative writing mengacu ke tulisan-tulisan kreatif yang bersifat personal. Dengan gaya atau stilus atau gaya pensil atau gaya bahasa personal seseorang yang sangat khas.
Sedangkan academic writing mengacu ke tulisan-tulisan karya ilmiah yang saintifik, yang akademik, yang pengkalimatannya disajikan secara lengkap.
Academic writing menggunakan kata baku. Kalimat lengkap: subjek, predikat, objek, keterangan atau SPOK.
Ada kaidah-kaidah tersendiri penulisan karya ilmiah atau academic writing. Struktur nya pun cukup berbeda dengan creative writing.
Ia, academic writing tadi, punya struktur tersendiri yang lebih sistematis, metodis, koheren, dan menjelaskan fenomena dengan menggunakan teori tertentu.
Demikian pula, sitasi atau cara pengutipan academic writing punya ciri khas tersendiri.
Pun pula, referensi atau daftar pustaka academic writing itu mengenal beragam macam in house style atau gaya selingkung.
Ada yang namanya Harvard citation style. Ada pula American Psychological Association (APA). Dan lain sebagainya.
"Untuk jadi penulis, kita harus bergaul dengan penulis pula" --Dr. Wilson.
Kini. Dan ke depan.
Perguruan tinggi bukan hanya wajib meneliti, menulis, dan publikasi. Melainkan bagian, embeded, seirama dengan setiap helaan napasnya sebagai sivitas akademika. Sebab setiap lulusan, syarat wisuda harus karyanya dipublikasi dulu.
Lebih dari itu. Pemeringkatan perguruan tinggi pun, salah satu syaratnya, adalah publikasi hasil penelitian sivitas akademika. Yang tercatat dalam Webometrix.
Faktanya.
Perguruan tinggi ranking dunia, dan nasional. Adalah yang habitus menulis dan publikasinya tinggi.
Nah!
Menulis dan publikasilah. Sekarang juga!