Literasi

If Only dan Geliat Literasi Kaltara

Senin, 7 Maret 2022, 22:39 WIB
Dibaca 296
If Only dan Geliat Literasi Kaltara

Anggap saja tak ada lagi hari esok. Maka, jika diberikan kesempatan kedua, lakukanlah suatu kebaikan hari ini sekalipun itu hanya satu menit saja.


If Only merupakan film yang dapat menyadarkan banyak orang akan pentingnya kesempatan kedua. Demikian sari pati dari sebuah film bergenre drama romantis yang tak pernah bosan untuk saya tonton sejak masih kuliah dulu hingga kini.

Film yang dirilis tahun 2004 lalu dan disutradarai Gil Junger serta dibintangi oleh Jennifer Love Hewitt (Samantha) dan Paul Nicholls(Ian), bagi saya penikmat film bergenre drama romantis tersebut setidaknya akan mengubah mindset kita yang menontonnya. 

Tapi dalam tulisan ini, saya tidak masuk pada pembahasan panjang akan film yang sangat dramatis tersebut. Sebab akan lebih menarik jika film tersebut ditonton langsung sembari mengisi waktu luang.

Dari film ini, saya hanya ingin menyadarkan kita, bahwa waktu tak dapat diulang. Tetapi jika kita mendapatkan kesempatan kedua, maka jangan sampai kita menyia-nyiakannya.

Pasca kegiatan Geliat Literasi Kaltara tiga hari lalu, beberapa peserta yang mengikuti pelatihan menulis banyak yang menyesali, mengapa tidak dari dulu berliterasi. 

Sehingga, saat mengikuti pelatihan menulis, dan mendapatkan tips bagaimana cara menulis yang baik dan benar bagi pemula, sebagian besar peserta seperti mendapatkan kesempatan kedua. Terlahir kembali untuk menulis dan berkeinginan menerbitkannya dalam bentuk buku. 

Sebab, sekalipun era berubah serba digital, buku berbentuk fisik masih tetap penting. Selain sebagai koleksi di perpustakaan pribadi, juga bisa mengisi rak buku dan lemari di kamar atau ruang baca. 

Sejauh ini, buku masih tetap digandrungi oleh para pembaca sekalipun e-book di smartphone jauh lebih simpel karena tak memerlukan ruang dan tempat selayaknya buku. Tak perlu tas untuk membawanya ke mana-mana.

Saya mengamati, kegiatan peluncuran buku beberapa hari lalu di Gedung Ballroom Jalan Cempedak, Tanjung Selor. Sebagian besar peserta yang hadir menghampiri para penulis dan memegang buku yang sudah dibagikan lalu meminta tanda tangan dan foto bareng. Suatu pemandangan yang tidak didapatkan di e-book. Masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Tetapi buku tetap berbeda. 

Kembali soal kesempatan kedua. Maka dari kegiatan tersebut dapat diambil kesimpulan kecil, betapa pentingnya kegiatan literasi terhadap orang lain. Dapat mengubah pandangan seseorang dan betapa nilai sebuah karya yang diapresiasi mendorong penulis untuk terus berkarya.

Bagi pemula, seketika terdorong untuk turut serta melahirkan karya dalam bentuk buku sebagaimana para penulis yang dihadirkan. Ada semacam dorongan yang kuat. Terlebih lagi salah satu penulis, yaitu Yansen TP yang juga merupakan Wakil Gubernur Kaltara dalam menyampaikan sambutannya berbagi pengalaman awal menulis dan motivasi kepada peserta. Setidaknya, banyak yang berkeinginan kuat untuk mulai belajar menulis melalui sosial media masing-masing. 

Maka, besar harapan kami sebagai penyelenggara kegiatan yang diprakarsai oleh Yansen TP selaku penasehat Komunitas Kreatif Kaltara, akan banyak lagi masyarakat di Bumi Benuanta turut serta memajukan dunia literasi dan menularkan hal-hal yang baik.

Ini sebagai awal. Semoga dalam waktu dekat, kegiatan serupa akan dilaksanakan kembali mengingat antusiasme peserta begitu besar.  Anggap saja, Geliat Literasi Kaltara berikutnya sebagai kesempatan kedua untuk menyerap ilmu yang diberikan oleh para pemateri. Dan tentunya menjadi sebuah pengalaman besar sebagai modal untuk membangun Kaltara melalui literasi. (*)

 

Tags : literasi