The Good Father
Membaca barisan kata "the good father", dalam benak kita, terbayang figur orang tua yang baik. Satu pribadi orang tua yang bijaksana, seorang pengayom yang baik, seorang yang penuh ikhlas memberi tauladan yang baik.
Benar "the good father" seorang yang memiliki kepribadian yang patut diteladani dalam banyak hal.
Jika ada seorang pemimpin yang sudah beranjak senja pada usia di atas 60an tahun dengan pengalaman tinggi, dimana dia sudah malang melintang dalam dunia politik, birokrat, kemasyarakatan, dan masih tetap kuat di usia senja, dengan ikhlas menyerahkan kepada generasi penerusnya.
Saya setuju usia di atas 60 tahun harus sudah siap menjadi "the good father".
Hitungannya pada usia 60an ini dia sudah berada pada usia memasuki puncak. Adalah lebih baik baginya di sisa waktu hidupnya dia mengambil peran membina.
Jangan lagi membuang waktu untuk bertarung pada usia 60an tahun ini. Lebih strategis dan bijak membina generasi penerusnya.
Lebih terjamin masa depan dalam genggaman kepemimpinan Generasi penerus, dibandingkan seorang tua walaupun dia masih kuat dan mampu, namun tidak menjamin capaian masa depan di tangan orang tua yang harusnya sudah menjadi "the good father".
Salah satu persoalan dalam kepemimpinan daerah dan nasional adalah lemahnya pola rekruitmen kita. Salah satunys terletak ambisi para orang tua yang terus bertarung, lupa usia dan lupa generasi.
Saya kuat sebagai "the good father" dan kuatnya generasi penerus yang harus dibina, merupakan pola terbaik dalam menciptakan masa depan bahagia badi masyarakat bangsa.
Sayang hingga kini banyak orang yang tidak mengerti dengan pola rekruitmen yang mendepankan masa depan. Kehilangan kesadaran dengan tidak mengutamakan dengan menampilkan para generasi muda.
Kondisi rekruitmen yang menimbulkan persoalan, sama halnya melemahkan dan menghilangkan peluang masa depan yang cemerlang.
Muda adalah kekuatan, slogan yang menggambarkan energisitas generasi muda.
Muatan dari pesan ini, orang tua di usia 60an harus memberi ruang yang luas bagi generasi muda sebagai penerus kehidupan bangsa.
Yang terjadi kini, justru energi hilang karena habis tersita oleh pertarungan orang tua usia uzur.
Selain kurang sehat bagi bangsa, juga menghilangkan harapan baik bagi masa depan.
Mari jadi "the good father" di usia 60an. Didik generasi penerus selagi kita kuat. Mari budayakan prinsip mulia ini.
***