Kenapa Umat Kristen Harus Berpartisipasi Memikirkan dan Merencanakan Politik?
Kenapa Umat Kristen Harus Berpartisipasi Memikirkan dan Merencanakan Politik?
"Buta yang terburuk adalah buta politik" (Bartolt Brecht, Penyair Jerman: 1898-1954).
Banyak orang berpendapat, politik urusan para politisi, urusan para tokoh. Saya ikut saja, mana2 saja yg baik menurut orang banya.
Ada juga yg berpendapat saya ini ASN, tdk perlu ikut bicara, saya netral, saya ikut apa kata bos saya.
Yang lain bicara, politik itu kotor dan dosa. Tidak layak kita ikut-ikut memikir dan membicarakannya.
Juga ada yang mengatakan politik tdk ada hubungannya dengan saya, itu urusan para pengusaha atau kontraktor.
Banyak pendapat lain yg mirip2 atau serupa di atas. Apakah benar demikian? Kita lihat fakta bagaimana politik berperan dalam keseharian hidup kita.
Sadarkah kita bahwa biaya hidup, harga beras, harga sayur, harga gula, harga pakaian dan harga obat, merupakan keputusan politik.
Sadarkah kita bahwa harga tiket pesawat, harga karcis speed dan ongkos taxi merupakan keputusan politik.
Sadarkah kita bahwa gaji atau tunjangan dan jabatan ASN, juga keputusan politik.
Sadarkah kita bahwa ijin mendirikan rumah ibadah dan kekebebasan beribadah adalah keputusan politik.
Sadarkah kita bahwa aturan mengenai kebebasan berkebun, kebebasan berladang, kebebasan bersawah, semuanya produk keputusan politik.
Sadarkah kita bahwa anak dan cucu kita bisa sekolah dengan fasilitas baik, jumlah guru cukup, semuanya keputusan atau kebijakan politik.
Sadarkah kita bahwa kemudahan berusaha, kemudahan dapat pekerjaan, kemudahan memasarkan hasil kebun, ladang dan sawah, semuanya tergantung keputusan politik.
Sadarkah kita bahwa pembangunan infrastruktur, jalan, jembatan, listrik, air bersih di kampung2 kita, semuanya keputusan politik.
Sadarkah kita bahwa dimensi paling sederhana dari hidup kita, seperti bayar 1.000 ribu rupiah utk buang air kecil di toilet umum, juga kebijakan politik.
Nah... semua dimensi kehidupan kita hari ini tergantung pada keputusan politik, bukan? Tapi kenapa kita seringkali menghindar untuk memikirkan dan merencanakannya. Padahal sangat jelas, politik adalah "totalitas hidup" kita sehari-hari.
Saya gambarkan tiga (3) contoh nyata dan sering kita ucapakan dan lakukan. Entah kita sadar atau tidak!
- Sering kali kita berkata bahwa orang Kristen tidak baik terlibat atau bicara politik karena kotor dan dosa. Tapi dipihak lain kita mengharapkan perhatian dan bantuan pemerintah dalam soal dana --- melalui proposal utk pembangunan rumah ibadah (gereja). Bukankah semua itu, bantuan atau hibah rumah ibadah sangat tergantung pada keputusan politik penguasa? Apakah itu tdk berdosa, artinya memanfaatkan produk politik utk kepentingan ibadah.
- Para warga kita yg berstatus ASN sering kali bicara, kami ASN, kami ini netral, dst. Dipihak lain, kita berharap ada peningkatan tunjangan sebagai ASN. Bukankah kenaikan tunjangan ASN dan kenaikan jabatan pejabat (eselon 2-4), semuanya sangat tergantung pada keputusan politik penguasa! Memang ada regulasi yg mengatur. Aturannya jelas dan tegas. Tidak pakai baju ASN, tidak pakai baju atau simbol partai, tidak pakai simbol yg merujuk pada calon tertentu, dst. Tapi apakah tidak boleh bicara politik sama sekali, ikut mendengar, memikirkan, dstnya. Boleh! Sejauh normatif (misalnya, bicara persatuan, bicara kekompakan, dst) dan tdk bertentangan dengan regulasi yg ada.
- Para warga kita yg petani juga sering kali bicara, kami ikut saja. Mana saja yg baik. Acuh tak acuh dan apatis. Dipihak lain kita berharap ada kebebasan berkebun, bertanam, berladang, dst. Bukankah ijin bakar ladang, ijin ambil tebang kayu, dll tergantung pada keputusan politik!
Dalam kasus2 di atas, tentu kita ingin penguasa di daerah kita adalah pemimpin yg mengerti, paham dan mau mendengar suara dan jeritan minta tolong dari kita. Tapi kenapa kita enggan terlibat merencanakan dan memikirkan arah politik warga jemaat?
Tentu kita ingin maju. Tentu kita ingin masa depan kita jelas. Tentu kita ingin pemimpin yg berpihak dan mau memikirkan masa depan kita.
Yakin, kita semua pasti ingin demikian!
Agar kita tidak ketinggalan, tidak ada kata lain. Apapun status kita, terlibatlah dalam batas-batas tertentu sesuai posisi, kapasitas, kemampuan dan kondisi atau keadaan diri kita saat ini. Ada yg berpikir dan merencanakan, ada yg melaksanakan atau ada yg mengeksekusi di lapangan, dst. Pikirkan dan rencanakan serta arahkan dukungan politik kita kepada pemimpin yang sesuai kebutuhan kita hari ini dan ke depan.
Jangan kita bersikap antipati atau apriori terhadap politik lagi. Kecuali kita ingin buta politik, buta terburuk!
Sebab politik menyentuh seluruh dimensi hidup kita di dunia ini, dan selama kita masih ada di dunia ini, politik selalu mewarnai hidup kita, kecuali kita sudah berada di dunia lain dari hidup kita.🌱
#SM-GKA/02/8/20🌱