Ekonomi

Landong, Tas Ransel Uud Danum

Kamis, 8 April 2021, 17:59 WIB
Dibaca 1.872
Landong, Tas Ransel Uud Danum

Ransel adalah sebuah wadah atau tempat yang dipakai di punggung seseorang dan dilindungi oleh dua tali yang memanjang vertikal melewati bahu (Wikipedia).

Tas ransel merupakan salah satu tas berkapasitas besar, sehingga mampu membawa benda-benda yang banyak, ringan hingga besar. Tas ransel digunakan untuk mempermudah dalam membawa bawaan yang kita inginkan sesuai kebutuhan.

Di daerah suku Dayak Uud Danum, ada anyaman rotan yang dalam pengunaannya mirip dengan tas ransel. Tas ransel ala Uud Danum ini disebut "Landong". Landong merupakan salah satu anyaman ciri khas Dayak Uud Danum. Terbuat dari rotan asli dan berkualitas. Landong yang besar dapat digunakan untuk mengangkat beban berat hingga 50 kg.

Uniknya, sejak dahulu hingga sekarang, setiap keluarga di suku Uud Danum bisa membuat anyaman. Terutama landong. Membuat anyaman adalah suatu keterampilan yang telah diwariskan secara turun-turun.

Sejak kecil, orang Uud Danum telah dibekali keterampilan untuk membuat anyaman. Maka tak heran, ketika usia remaja dan dewasa, mereka telah terampil dalam membuat berbagai jenis anyaman. Bahan dasar yang digunakan untuk membuat anyaman beraneka ragam. Ada yang terbuat dari rotan, daun kacang, bambu, rotan, kulit kayu, hingga akar pohon.

Bagi pemula, terutama untuk anak wanita. Biasanya belajar membuat anyaman dari bahan daun. Daun untuk  anyaman disebut "daun kacang". Daun kacang merupakan jenis tumbuhan yang mirip dengan tanaman daun pandan. Tetapi pohon dan daunnya lebih besar dari tanaman daun pandan.

Hampir setiap kampung di daerah Uud Danum memiliki tanaman pohon kacang. Biasanya ditanam di tanah rawa atau tanah yang lembab dan banyak kandungan airnya. Tinggi pohon sekitar 3-5 meter. Panjang daunnya bisa mencapai dua meter.
Disetiap sisi dan tulang daun memiliki duri yang tajam.

Bagi anak dan remaja yang tingal di Uud Danum, keterampilan membuat anyaman memiliki makna tersendiri. Selain sebagai hiburan dan hoby, dapat pula meningkatkan kepercayaan diri. Sebab, seorang anak yang bisa membuat anyaman kerajinan tangan akan dipuji dan dikagumi. Sebaliknya, apabila anak Uud Danum tidak bisa membuat anyaman diangap pemalas. Tidak kreatif, dan tidak dapat diandalkan. Termasuk saya sendiri pernah mengalaminya.

Oleh sebab itu, saya dan anak-anak lainya harus berjuang dan belajar. Belajar membuat anyaman dari daun kacang. Tidak hanya belajar menganyam. Kami juga harus belajar dari proses awal. Misalnya cara pemilihan daun yang tepat, cara memotong, menyusun, membelah dan membersihkan daun kacang. Hingga proses merebus, mejemur, dan proses pewarnaan daun.

Merangkai daun merupakan proses terakhir dalam membuat anyaman daun kacang. Dalam hal merangkai juga memiliki kesulitan tingkat tinggi bagi anak-anak. Berkat ketekunan dan kesabaran, sayapun dapat memetik hasilnya. Ketika kelas 3 SD saya sudah bisa membuat anyaman dari daun kacang. Misalnya membuat tikar, topi, bola, ikat pingang, gelang, bakul (keranjang). Demikianlah sekilas proses awal membuat anyaman bagi anak-anak di Uud Danum.

Ketika usia remaja, kreasi dalam membuat anyaman harus naik ke level yang lebih rumit. Misalnya membuat anyaman dari bahan rotan. Sebab menganyam rotan memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Waktu dan proses yang diperlukan untuk mendapatkan rotan lebih lama.

Cara untuk mendapatkan rotan harus berani melangkah. Melangkah lebih jauh. Masuk hingga ke hutan belantara. Demi mencari dan mendapatkan rotan yang berkualitas. Biasanya, penebangan rotan dilakukan pada saat musim kemarau. Tujuanya adalah untuk mempermudah proses pengeringan dengan sinar matahari. Pengeringan yang tidak maksimal dapat mempengaruhi kualitas dan warna rotan.

Pada umumnya, yang sering membuat anyaman landong dari rotan adalah kaum laki-laki. Mengapa demikian? sebab landong merupakan tas ransel yang wajib dibawa oleh kaum laki-laki. Terutama jika pergi ke hutan, berburu dan meramu. Biasanya kaum laki-laki lebih senang mendesain sendiri. Motif dan ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan yang mereka inginkan.

Sedangkan kaum wanitanya lebih berfokus untuk membuat anyaman yang lain . Misalnya membuat tikar, topi, tas, bakul/keranjang, Suhkat (keranjang besar), dan tahap(alat penampi beras dan padi).

Meski demikian, bukan berarti kaum wanitanya tidak bisa membuat landong. Buktinya ibu ku dulu sering membuatnya. Ya, mungkin karna sejak kecil ayahku telah tiada. Sedangkan saudaraku yang laki-laki masih anak-anak. Terlebih karna ibuku tidak mau merepotkan orang lain. Apalagi meminta atau meminjam landong tetangga.

Sebab landong merupakan bagian penting dalam kehidupan Dayak Uud Danum. Sama pentingnya dengan atribut lainnya ketika beraktifitas keluar rumah. Misalnya pada saat ke hutan, bertani, berkebun, beternak, berburu, memancing, mencari kayu bakar, memetik sayuran dan buah.

Ransel landong yang merupakan bagian penting dalam kehidupan Dayak Uud Danum. Sama pentingnya dengan sandang dan pangan. Kemanapun mereka pergi beraktifitas, membawa landong merupakan tanda kesiapan seseorang. Siap pergi untuk menjemput rejeki.

Harapan saya, jenis kerajinan tangan dari Uud Danum bisa mendapat perhatian dari pemerintah terkait. Menjadi produk yang dapat ditawarkan hingga ke pasar. Dapat dipakai, dimiliki, atau difungsikan sehingga dapat memenuhi kebutuhan di masyarakat. Serta dapat menjadi nilai tambah yang dapat meningkatkan taraf ekonomi bagi masyarakat setempat.