Ekonomi

Krayan Kampung Sorga, Panorama Indah Nan Hijau, Iklim Dingin Nan Sejuk

Senin, 22 November 2021, 12:24 WIB
Dibaca 1.003
Krayan Kampung Sorga, Panorama Indah Nan Hijau, Iklim Dingin Nan Sejuk
Krayan

Kemarin siang, email saya berbunyi.... ting... ting.... ting...!

Saya buka: dari Anna Medri (UNDP Climate Change Desk). Isinya undangan untuk terlibat dalam Forum Webinar COP26: Voices of Truth, Voices of Hope: Indigenous Peoples Report on COP26 yang dilaksanakan tanggal 23 Nov 2021 pukul 9.00 AM s/d 12.00 PM ET (Europe Time).

Saat membaca undangan: saya ingat Krayan. Negeriku nan indah, damai dan sejuk. Jadi saya tertarik menulis soal ini hanya untuk mengingatkan soal perubahan iklim (climate change).

Saya mengikuti dinamika forum ini sejak 2 minggu lalu! Saya pernah hadir dan terlibat dalam Forum ini belasan tahun lalu. Tepatnya COP10 di Nagoya, Jepang. Dihadiri ribuan orang dari berbagai negara di dunia. Semua bicara soal pembangunan berkelanjutan untuk selamatkan bumi dari ancaman panas. Akan ada beberapa negara di Atlantik yang tenggelam akibat panas bumi yang terus meningkat.

Oleh sebab itu, harus dihentikan penyebab panas itu, demikian para ahli lingkungan menjelaskan saat itu.

Sebenarnya Forum ini sudah berlangsung dua minggu lalu, tepatnya tepatnya tanggal 31 Ok s/d 12 November. Pembukaan dilaksanakan di Roma. Kemudian sesi panel berlangsung di Glasgow, Skotlandia. Sekalipun sudah selesai, panel side event masih berlangsung.

Dari angka di belakangnya sudah berlangsung 26 tahun. Forum ini biasa di sebut COP26 (Conference of the Parties) atau UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change). Fokus agenda forum ini adalah memastikan pengurangan emisi rumah kaca dari tahun ke tahun utk mengurangi dan menekan laju peningkatan panas bumi.

Tahun ini delegasi Indonesia dipimpin Jokowi. Tahun 2022 Indonesia tuan rumah (Presidential), bahkan tdlah menandatangani komitmen mengurangi emisi rumah kaca 29% sampai tahun 2030.

Yang membuat saya tercengang dan ingat kampung halaman adalah pernyataan Menkeu, SMH:

"Indonesia Finance Minister Sri Mulyani Indrawati on G20 2022 Host Vision and Priorities, mengatakan: "Indonesia butuh US$270 miliar atau setara Rp3.834 triliun (asumsi kurs Rp14.200 per dolar AS) untuk memitigasi perubahan iklim sesuai target nationally determined contribution (NDC). Saya sampaikan pengurangan NDC 29 persen itu akan membutuhkan hampir US$279 miliar", ungkap SMH dua hari lalu dalam sebuah Webinar bertajuk "Indonesia Finance Minister Sri Mulyani Indrawati on G20 2022 Host Vision and Priorities.

Dari angka rupiah dan komitmen, nampak jelas masalah ini akan menjadi ancaman serius. Negara2 G20 "terpaksa" membuat komitmen khusus dengan angka duit yg fantastis. Memang demikian adanya, kata para ahli. Tidak usah bicara negara-negara Atlantik, Jakarta saja diramalkan oleh para ahli akan tenggelam 2050 apabila tidak ditangani dari sekarang. Dan itu salah satu alasan utama, selain padat, kenapa harus pindah ke Penajam, Kaltim.

Mengerikan memikirnya. Membayangkan bagaimana pada akhirnya sebuah negara ataupun kota akan hilang atau tenggelam. Apa yg terjadi dan ke mana manusianya dan juga makluk hidup lain yang ada. Generasi yg hidup hari ini tidak akan tahu dan tidak akan sampai pada masa itu. Ajal sudah dekat menjemput.

Hari ini, para eksekutif dunia membicarakannya melampaui jaman untuk generasi baru yang akan datang. Memastikan dunia ini tersedia tempat manusia dan segala kehidupan lain hidup dan berkembang.

Saya ingat gagasan alm. Dr. Samuel STP, MSi soal Krayan:

"Kota Kampung, Fasilitas Modern: Rumah pinggir sawah, di bawah pohon buah dengan jalan semen melintasi pinggir sawah, listrik, jaringan hp dan air bersih tersedia."

Membayangkan: Wow.... serasa berada di dunia lain menghabiskan hari pagi, senja dan malam di sana. Melihat panorama gunung, sawah yang indah nan hijau. Plus udara yang sejuk. Gratis pula. Tenang dan bisa tidur nyenyak. Lupa segala persoalan menghimpit hidup!

Daerah lain, mungkin saja ada yang sama dengan Krayan. Soal panorama alam, dll., tetapi tidak soal iklim sejuk gratis. Tidak banyak daerah yang punya. Lihat saja hari ini, kota-kota besar ataupun kecil di dunia dan Indonesia harus bayar jutaan rupiah per bulan agar bisa tidur nyenyak dengan AC. Ternyata sangat mahal harga iklim dingin nan sejuk untuk sebuah kenyamanan hidup!

Akhirnya, hari ini, ketika terik matahari menyengat atas Nunukan, saya melihat: pejabat dan orang kaya dari Ibu Kota Negara di Penajam menghabiskan akhir pekan di Krayan. Hanya untuk menikmati panorama, iklim sejuk nan nyaman, tenang dan damai. Saya menyambut mereka dengan makan malam nasi beras adan dan sayur tengayen!

Saya bangun, akhhh ... masih 22 November tahun 2021. Ternyata, IKN belum pindah. Masih di Jakarta. Saya bermimpi siang bolong!

Demikianlah upaya memahat kata merangkai kalimat untuk mendapatkan makna suatu peristiwa dari Sudut Mata GK🌱🤝🙏

#SM-GK/22/11/21🌱

***