Hero, sisi-sisi lain kepahlawanan
Hero, sisi-sisi lain kepahlawanan
Alkisah, di suatu tempat yang kini disebut sebagai China, pada masa raja-raja saling bertempur dan tidak bersatu, tersebutlah seorang pendekar tanpa nama (Jet Li) yang datang ke ibukota untuk menghadap Raja Qin, untuk menyatakan bahwa dia telah berhasil membunuh tiga musuh raja, yaitu Long Sky, Flying Snow, dan Broken Sword.
Di masa lalu, ketiga musuh raja itu telah pernah berusaha untuk membunuh Raja Qin, namun gagal. Sebagai antisipasi atas usaha pembunuhan terhadap raja dan alasan keamanan, maka tiap tamu kerajaan harus berada pada jarak 100 langkah dari sang raja, setelah diperiksa menyeluruh sekujur tubuh untuk memastikan bahwa tamu yang datang tidak membawa senjata yang membahayakan dan bisa menyerang sang raja.
Sang pendekar tanpa nama pun menceritakan, bagaimana ia mengalahkan musuh-musuh raja. Setiap penceritaan diilustrasikan dengan gambaran warna yang berbeda. Dan setiap kali sang pendekar bisa mengalahkan musuhnya, maka akan diganjar bisa mendekati raja sebanyak sepuluh langkah.
Dia bercerita bagaimana pertama ia membunuh Long Sky. Ia kemudian mendatangi Flying Snow dan Broken Sword, pasangan kekasih, yang bersembunyi di sekolah kaligrafi. Tanpa Nama kemudian mengadu domba bahwa Snow telah berselingkuh dengan Sky. Sword pun marah dan berselingkuh dengan Moon, muridnya. Snow marah melihat Sword selingkuh, kemudian membunuh Sword dan Moon. Berikutnya, Tanpa Nama berhasil membunuh Snow yang tidak stabil kejiwaannya.
Sang Raja mendengar cerita dari Tanpa Nama dengan seksama, tapi ia tidak percaya. Ia menuduh bahwa mereka semua sudah bersengkokol, mengorbankan diri, supaya bisa mengantarkan Tanpa Nama mendekati raja dalam jarak sepuluh langkah.
Dalam bayangan raja, Tanpa Nama telah berhasil menguasai ilmu kesaktian untuk bisa menyerang dan mengalahkan lawan dalam jarak sepuluh langkah. Dan itu yang akan digunakan untuk menyerang sang raja.
Tanpa Nama tidak membantah bahwa ia telah menguasai teknik membunuh lawan dalam jarak sepuluh langkah. Ia menyatakan bahwa ia telah berhasil membunuh Sky dan mengadu domba Snow dan Sword. Snow menuduh Sword sengaja melepaskan Raja Qin saat sebenarnya ia bisa membunuh Raja Qin yang waktu itu ada di depan matanya.
Tanpa Nama juga mengingatkan raja untuk tidak meremehkan Sword. Ia mengatakan, bahwa sebenarnya Sword sengaja melepaskan Raja Qin dan tidak membunuhnya, karena ia ingin melihat China yang bersatu, damai, dan sejahtera, dan itu semua hanya bisa dilakukan oleh Raja Qin.
Raja Qin pun kemudian tertegun dengan perkataan Tanpa Nama. Ia kemudian menyadari, bahwa justru orang yang ia anggap musuh utamanya, yaitu Sword, justru yang paling mengerti mengenai dirinya dan visinya, yaitu untuk mempersatukan China di bawah satu langit.
Tanpa Nama pun batal membunuh sang raja, meskipun dia bisa, dan punya kemampuan untuk itu, setelah melihat kebijakan sang raja. Kini sang raja dihadapkan pada pilihan apakah akan menghukum Tanpa Nama atau tidak. Suara-suara pun menyerukan agar hukum ditegakkan, dan keadilan dijunjung tinggi. Maka Tanpa Nama pun akhirnya dijatuhi hukuman mati, namun dimakamkan sebagai pahlawan.
Cerita di atas adalah kilasan dari film "Hero (2002)", yang dibintangi oleh Jet Li dan disutradari oleh Zhang Yimou. Diangkat dari kisah nyata usaha pembunuhan Kaisar Qin Shi Huang, Kaisar Pertama yang mempersatukan China, oleh Jing Ke.
Film ini berbujet besar dan melibatkan banyak bintang terkenal. Sinematografinya keren, dengan alur cerita yang maju mundur, karena mencoba untuk mengambil sudut penceritaan dari berbagai orang dan berbagai sisi. Namun tiap sisi dan sudut pandang penceritaan akan diberikan nuansa warna dan pencitraan yang berbeda-beda.
Film ini memberikan banyak pelajaran, terutama mengenai hal "kepahlawanan", yaitu sebagai berikut.
1. Dunia tidak sepenuhnya hitam putih, justru begitu banyak warna. Pahlawan juga tidak selalu hitam atau putih, banyak warna yang ada di dalam diri seorang pahlawan.
2. Perlu untuk melihat keadilan dari berbagai sudut pandang. Keadilan tidak hanya satu versi. Apa yang terjadi, menurut tiap orang bisa saja berbeda-beda, tergantung sudut pandang atau kepentingan yang berbeda-beda pula.
3. Raja atau pemimpin dituntut untuk bisa bertindak seadil-adilnya, setelah melihat dan mendengar berbagai macam pendapat dan masukan. Pemimpin tidak boleh asal-asalan dan grusa-grusu dalam mengambil keputusan atau tindakan.
4. Raja atau pemimpin perlu check dan recheck, tidak cepat percaya kepada kata anak buahnya yang hanya asal bapak senang (ABS).
5. Kadang-kadang, justru orang yang kita anggap musuh, malah mereka yang paling mengerti mengenai diri kita, apa visi, misi, dan keinginan kita.
6. Keadilan harus ditegakkan meskipun sulit, namun penghargaan tetap harus diberikan kepada yang berhak.
7. Sejarah tidak selalu disajikan dalam bentuk monoton dan menjemukan, tapi bisa juga disajikan dalam bentuk yang menarik dan multidimensi, untuk diambil hikmah dan pelajarannya, tidak sekadar dihapalkan kapan waktunya dan siapa saja tokohnya.
#inspirasiharian
***