Sikap Cinta Budaya dan Adat, Anak Adi Lundayeh Pakai Atribut Lengkap
Mencintai budaya lokal dengan tulus, penuh dengan rasa memiliki adalah bagaian dari hidup kita, sebagai identitas diri dan kebanggan sebagai anak bangsa.
Seringkali kita mendengar, cinta tanah air merupakan perasaan yang musti kita miliki sebagai masyarakat bangsa Indonesia yang merdeka. Demikian juga dengan budaya lokal yang kita miliki. Itulah yang saya sebut, mencintai budaya lokal dengan tulus, penuh dengan rasa memiliki adalah bagaian dari hidup kita, sebagai identitas diri dan kebanggan sebagai anak bangsa.
Tercatat sampai pada tahun 2021 Indonesia terdiri dari 34 provinsi yang terletak di lima pulau besar dan empat kepulauan, yaitu Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Kepualauan Bangka Belitung, Pulau Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara (sunda kecil), Pulau Kalimantan, Pulau sulawesi, Kepualauan Maluku, dan Pulau Papua (BPS, Juni 2021).
Jumlah provinsi yang tidak sedikit ini membuat Indonesia memiliki berbagai macam ragam budayanya. Indonesia juga dikenal sebagai penduduk yang multikultural. Keberagaman budaya lokal yang tidak ternilai harganya. Sehingga, budaya yang dimiliki telah menjadi dasar bagi sebagaian besar perilaku yang ada pada setiap individu, komunitas, maupun organisasi.
Misalnya, salah satu suku yang terus mempertahankan, memperkenalkan, dan merajut budayanya adalah suku Dayak Lundayeh, yang mendiami pulau Kalimantan, tepatnya Kalimantan Utara. Selain suku Dayak Lundayeh, masih ada lagi etnis-etnis Dayak lainnya yang disebut sebagai penduduk asli Kalimantan Utara.
Dalam buku "Kaltara Rumah Kita”, ditulis Dr Yansen TP.M.Si, menguraikan “ Pada mulanya penduduk asli Kalimantan Utara yang dulu terdiri dari etnis Dayak, Tidung, dan Bulungan. Etnis Dayak jika dipilah lagi sesuai sub dan atau puaknya, Suku Bangsa Dayak terdiri atas berbagai sub suku, yaitu: Dayak Kayan, Dayak Lundayeh, Dayak Kenyah, Dayak Punan, Dayak Berusu, Dayak Tahol, Dayak Tingalan, Dayak Sa’ben, Dayak Abai. Dan jika kita mau mempelajari lebih dalam dari ciri yang lebih spesifik lagi, maka sub suku Dayak ini dapat dipilih atau dikelompokan lagi kedalam Puak Sub Suku (Yansen, 2020)”
Berbicara tentang sikap cinta budaya dan adat. Harus terus menerus di tanamkan pada setiap generasi. Sekalipun berada di dalam dan luar negeri ikatan kebersamaan itu tidak boleh pudar. Justru kesempatan itu dapat ditujukan dengan memperkenalkan budaya kepada bangsa atau masyarakat luas.
Pagi ini, saya membuka facebook, dan melihat postingan bang Gevin Rupan So, dengan foto lengkap atribut Dayak Lundayeh, “Bangga jadi anak adi Lundayeh.” Tulisnya.
Foto itu diambil di: Ruma’ Kubu, Lawa Fudut Adat Lun Patar Dita’, Lundayeh, Tana’ Payeh. Tempat dimana kita dapat belajar memahami nilai-nilai budaya Dayak Lundayeh. Saya kalau pulang ke kampung, sedapatnya menyempatkan diri untuk datang dan belajar di Ruma’ Kubu. Ketemu langsung disambut ramah, bapak Ellyas Yesaya, Ketua Cultural Field School (CFS), FORMADAT Krayan.
Saya sangat bangga dan haru melihat foto itu, bangga melihat anak-anak muda Dayak Lundayeh memperkenalkan identitas dan adat budayanya, ada haru yang tak padam dari wajah-wajah putra-putri Dayak Lundayeh. Sayapun membubuhkan komentar, “Baa doo baku muyuh…” yang artinya jiwa muda-muda semuanya.
Menyusul komentar bapak Yada Serfianus, Ketua Aco Lundayeh ke-2, “Semangat anak adi Lundayeh. Kembangkan kebudayaan Lundayeh. Kalianlah pewaris budaya Lundayeh masa kini dan akan datang.” tulisnya.
Dari semangat kebersamaan sebagai saudara sekandung Dayak Lundayeh- Lun Bawang yang tersebar di tiga negara, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darusalam. Itulah konsep dasar Aco Lundayeh ke-2 tahun 2021.
Nah, bisa disaksikan melalui virtual dengan menggunakan aplikasi Zoom Meeting dan disiarkan Live Streaming melalui media sosial facebook Persekutuan Dayak Lundayeh (PDL) Nunukan pada hari Sabtu (17/07/2021).
Salam Budaya. Budaya membangun bangsa.
***
Yogyakarta, 14 Juli 2021