Budaya

Daun Singkong Tumbuk Khas Dayak Kanayatn

Rabu, 27 Januari 2021, 05:57 WIB
Dibaca 2.227
Daun Singkong Tumbuk Khas Dayak Kanayatn
dokpri

Tanaman Singkong bukan tanaman asli Kalimantan. Tanaman ini dari Amerika Selatan. Di bawa oleh orang Portugis ke Indonesia (Maluku) abad ke-16. Tanaman ini di kenal luas setelah dibudidayakan untuk komersil oleh pemerintah Hindia Belanda pada abad ke-18. Kapan masuk ke Kalimantan sehingga menjadi tanaman yang mudah dijumpai hampir di berbagai daerah?  Tidak ada catatan yang pasti.

Tanaman Singkong yang dimanfaatkan tidak hanya buahnya. Daunnya pun bermanfaat. Daunnya dapat dijadikan sayuran. Terutama Daun mudanya. Ada yang di rebus. Ada yang ditumbuk. Hampir semua daerah di Indonesia memanfaatkan daun singkong untuk dijadikan sayur. Demikian juga di perkampungan-perkampungan Dayak Kanayatn yang ada di Kalimantan Barat.

Bagi suku Dayak Kanayatn yang berada di Kalimantan Barat khususnya di Kabupaten Landak, daun Singkong di olah sedemikian rupa. Punya ciri khas tersendiri dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Daun singkong yang muda setelah di petik dibersihkan. Yang di ambil hanya daun mudanya. Kemudian daun tersebut di tumbuk menggunakan alu di dalam lesung. Alu adalah kayu bulatan yang cukup berat. Di ambil dari kayu pilihan. Terkadang terbuat dari kayu ulin. Lesung pun demikian selalu dari kayu pilihan.

Daun singkong di tumbuk dalam lesung hingga hancur. Setelah di rasa cukup, di angkat dari lobang lesung. Hasil tumbukan itulah dinamakan daun singkong tumbuk. Hasil tumbukan tadi lalu siap untuk di masak. Di masak untuk kebutuhan keluarga. Makin lama dimasak, semakin enak rasanya. Untuk menghindari basi, daun singkong tumbuk di hangatkan di atas kompor atau tungku kayu bakar.

Daun singkong tumbuk ada yang di masak menggunakan wajan. Ada yang di masak dalam bambu. Ruas bambu yang digunakan adalah ruas bambu yang masih muda. Tidak tahu alasannya harus ruas bambu yang masih muda. Kemungkinan untuk menambah aroma.

Saat memasak daun singkong tumbuk dengan wadah wajan maupun dalam ruas bambu selalu menggunakan penyedap rasa. Penyedap rasa selain garam, yakni dengan menambahkan daun sengkubak.  Dalam bahasa Dayak Kanayatn daun Sansakng.

Ternyata hampir semua suku bangsa Dayak yang ada di Kalimantan Barat mengenal tanaman ini. Daun sengkubak ditambahkan dengan cara dihaluskan atau dengan cara di sobek-sobek. Daun singkong tumbuk tanpa menggunakan daun sengkubak sebagai penyedap rasa jangan harap sedap rasanya.

Daun singkong tumbuk umumnya di sajikan tanpa ada kuah. Kalau pun ada sangat jarang sekali. Apalagi yang di masak dengan menggunakan ruas bambu.  Bentuknya akan mengikuti bulatan bambu.

Ciri lain dalam memasak daun singkong tumbuk biasanya di masak dengan di campur pakatikng. Pakatikng adalah buah dari pohon Kalampe. Buah kalampe direbus berjam-jam. Lalu di rendam dalam air. Di angkat dan dimasukkan dalam tempayan. Berbulan-bulan lamanya untuk proses pembusukan. Semakin lama akan menghasilkan kualitas terbaik. Buah kalape yang sudah busuk inilah yang di namakan Pakatikng. Mengenai baunya jangan di tanya. Tetapi mengenai rasa akan terasa nikmat sekali. Ini hanya bagi yang pernah dan terbiasa makan daun singkong tumbuk dimasak dengan campuran pakatikng. Daun singkong tumbuk enak, Pakatikng pun enak. Di jamin akan membangkitkan selera makan.

Ada lagi campuran memasak daun singkong tumbuk. Daun singkong tumbuk di masak dengan campuran daging babi. Daging babi setelah di potong-potong di masak bersamaan dengan daun singkong tumbuk. Berjam-jam memasaknya. Semakin lama waktu memasaknya semakin enak rasanya.

Daun singkong tumbuk sering juga di olah dengan campuran buah pohon karet. Cangkang buah pohon karet dipecahkan. Kemudian isi dalam yang berwarna putih diambil. Lalu direbus berjam-jam. Setelah itu direndam di sungai atau kolam. Perendaman memerlukan waktu semalaman. Kemudian hasil rendaman tersebut di masak dengan daun singkong tumbuk. Rasanya juga lezat.

Daun singkong tumbuk sanggup menggugah selera makan. Tidak jarang para diaspora Dayak Kanayatn selalu mencari menu ini saat pulang ke kampung halamannya. Mereka mencari karena pernah merasakan citra rasa yang luar biasa tersebut. Berbeda dengan yang belum pernah menikmatinya. Mencium bau daun singkong tumbuk yang dicampur dengan pakatikng justru akan menghilangkan selera makan.

Baca Juga: Pasak Bumi: Tanaman Perkasa dari Borneo

Dulu daun singkong tumbuk dianggap sajian rendahan. Sering menjadi cibiran oleh orang-orang tertentu. Bahkan ada yang malu jika ditanya makan dengan daun singkong tumbuk. Hal ini terjadi karena tidak mengetahui kandungan yang terdapat di dalamnya.

Ternyata dalam daun singkong memberikan banyak manfaat bagi diri manusia. Beberapa manfaat itu diantaranya adalah membantu meningkatkan kekebalan tubuh, mengurangi resiko sembelit, menjaga kesehatan jantung, membantu pertumbuhan tulang, mengatasi anemia dan lain-lain. Itulah manfaat daun singkong sebagaimana yang dijabarkan oleh ahli pengobatan Herbal yang bernama Paul Haider.

Mencermati kemanfaatan daun singkong termasuk daun singkong tumbuk sudah sewajarnya untuk dikembangkan. Tidak saja menjadi sajian dalam rumah tangga di perkampungan Dayak Kanayatn. Sudah selayaknya ada di rumah-rumah makan Dayak Kanayatn yang ada di Kabupaten Landak dan Kabupaten lainnya.

Jadi dengan menikmati daun singkong tumbuk dengan sepiring nasi hangat sangatlah tepat. Bagi yang belum pernah mengolahnya dengan khas Dayak Kanayatn bolehlah dicoba. Demikian juga bagi yang belum pernah merasakannya. Bertandanglah ke perkampungan Dayak Kanayatn di sana akan Anda rasakan citra rasa yang berbeda mengenai daun singkong tumbuk. Itulah daun singkong tumbuk khas Dayak Kanayatn.

***