Wisata

Surga di Tapak Kaki Poteng Singkawang

Jumat, 22 Januari 2021, 10:04 WIB
Dibaca 1.801
Surga di  Tapak Kaki Poteng Singkawang

Sepetak surga jatuh ke bumi. Menggumpal. Memintal hijau, dengan magnit pesonanya yang kudus. Menjadi Gunung Poteng.

Gunung yang menebar sejuta pesona ini, telah diabadikan dalam syair jonggan, folk song, lagu rakyat setempat.

Gunung Poteng, ya Poteng

Gunung Poteng, ya Poteng

Gunung Poteng jalan ke Singkawang....

Itu syair jonggan (kondan), tarian khas orang Dayak, Kalimantan Barat. Hendak melukiskan, betapa indah lagi asri tiga gunung terletak di Nyarumkop,dekat kota Amoi, Kalimantan Barat.

Yang unik, satu gunung puncaknya --maaf-- bagai puting kehidupan yang diisap oleh semua bayi. Perhatikan saja tajuknya, peak gunung pertama dari kiri Anda. Ya kan? 

Di suatu kawasan terpencil, sekitar 15 kilometer arah Sing­kawang Timur, kepulauan Borneo Barat. Pada dasawarsa kedua abad 19. Para padri dan bruder  Ordo Kapusin mendirikan persekolahan Katolik mendirikan sekolah dan asrama yang menampung anak-anak Dayak dari pedalaman di kampung Pelanjau, 10 km dari Singkawang. Nahas, bangunan sangat sederhana itu pun rubuh, rata dengan tanah.

Peristiwa nahas yang terjadi pada 1911 ini, membuat lembah kaki gunung Poteng menjadi pilihan. Kompleks persekolahan Katolik baru, yang kemudian dikenal dengan Persekolahan Katolik Nyarumkop (PKN) didirikan pada 3 September 1916.

 **

Gunung Poteng adalah Objek Wisata yang Baru dibuka tahun 2017 di Kota Singkawang, terletak di Jalan Raya Pajintan, Singkawang Timur. Terdapat beberapa wahana permainan seperti water boom, kolam renang, kolam ombak dan luncuran. Di tempat ini juga terdapat hotel dan villa.

Gunung Poteng. Sejuta asa. Beribu kenangan terangkai di sana. Tak ada kata, yang tepat, untuk melukiskan indahmu!

Sejak berdiri, PKN telah menelurkan banyak tokoh, pejabat, dan orang sukses. Rata-rata lulusannya “menjadi orang”. Terpanggil berbagi dengan terutama sesama alumni, buku ini ditulis, dan diterbitkan.

 Jujur, proses kreatif penulisan buku ini terinspirasi dari sebuah perjalanan wisata ke Bali. Ketiganya alumni menyaksikan, dan kemudian tersentuh, oleh keindahan sekaligus misteri laut, hutan, gunung, manusia, budaya, dan pemandangan yang tersaji oleh unsur unsur alam dan manusia tersebut merupakan sumber pembebasan spiritual dan intelektual yang memberikan ilham dan inspirasi yang memicu lahirnya berbagai karya cipta, termasuk buku ini.

Baca Juga: “Semengat” Humanisme Transendental ala Suku Dayak

Ketika menelusuri jalan raya dari Desa Kelungkung menuju Gua Maria di Desa Palasari Ampenan, ketiga orang alumni PKN 85 tersebut tergerak nurani dan jiwanya oleh ciptaan Yang Maha Kuasa. Panorama alam yang beraneka ragam dan beraneka warna, mulai pantai Soka, persawahan sistem pengairan teras sering, bendungan Palasari, hingga keunikan Gereja Katholik Hati Kudus Yesus Palasari.

Perjalanan wisata tersebut, seperti menguak kembali berbagai kisah dan pengalaman masa remaja ketika di SMP Nyarumkop pada pertengahan masa remaja. Sebuah nostalgia yang kembali menyeruak, terangkai dalam untaian kata dan rangkaian kalimat novel saya. 

Ah, Gunung Poteng. Sejuta asa. Beribu kenangan terangkai di sana. Tak ada kata, yang tepat, untuk melukiskan indahmu!

***