Sosok

Yohanes Rj: Dari OB jadi Managing Director (MD)

Jumat, 22 Januari 2021, 08:00 WIB
Dibaca 873
Yohanes Rj:  Dari OB jadi Managing Director (MD)

Bukan karena ia terbilang "keponakan", saya menarasikan kisahnya. Melainkan karena setiap orang, siapa pun dia, bisa mengubah kutukan bernama nasib, sepertinya.

Bayangkan! Dari office boy (OB) menjadi Managing Director (MD)! Dan kemudian, anggota DPRD Provinsi Kalimantan Barat. Ini capaian luar biasa. Tak ada rumusnya dalam kamus. Tapi Anes --nama panggilannya di keluarga-- bisa meraihnya. Ia makan nasi, sama seperti kita. Namun, apa kunci yang bisa membuka pintu masuk rahasia suksesnya?

Ada pepatah: Roma non è stata costruita in un giorno. Roma tidak dibangun semalam, seperti kisah Loro Jongrang. Yohanes tidak sehari jadi, seperti saat ini.

Bagaimana kisahnya? 

**

Seingat saya, saat itu awal Agustus 1996.

Sore menjelang malam, ketika saya pulang ke rumah di Kompleks Pangeran Permai B-6, agak terkejut karena di rumah saya sudah ada pak Omeng, guru SD Tapang Sambas dan seorang anak muda yang ternyata keponakan bernama Yohanes.
Terkejut karena tidak ada kabar sebelumnya bahwa mereka akan ke Pontianak.

Dia memperkenalkan diri dan memanggil saya “paman”, dan memang sampai sekarang selalu memanggil saya demikian. Pak Omeng menyampaikan maksud dan tujuan membawa Yohanes datang ke rumah saya. Yohanes berniat kuliah dan sambil bekerja. Dari wajahnya, terpancar keseriusan. Saya katakan memang ada peluang kerja dan dapat sambil kuliah tapi sebagai office boy (O.B.) di kantor Lembaga Bela Banua Talino (LBBT), tempat saya dan teman-teman bekerja membela hak-hak masyarakat adat, yang memang saat itu sedang mencari O.B.

Keesokan harinya, saya bertemu pak Oktavianus Kamusi, Direktur LBBT saat itu, menyampaikan bahwa ponakan saya Yohanes berniat bekerja sebagai O.B. dan sambil kuliah, dan pak Kamusi setuju. Beberapa hari berikutnya, Yohanes sudah masuk kerja sebagai O.B. dan tinggal di kantor. Sebagai O.B., pekerjaannya adalah menjaga keamanan dan kebersihan kantor, memastikan tersedia gula, kopi dan teh serta air panas. Jika ada pertemuan, menyiapkan kopi, teh, dan snack serta membeli makanan. Selain itu, juga mengirim surat dan mengambil surat ke kotak pos serta melakukan pekerjaan apa saja yang diperlukan di kantor.

Selain menjalankan semua tugas itu, Yohanes juga diberi tugas untuk men-download semua email yang masuk juga membuat kliping koran. Pada tahun itu, email belum banyak digunakan, jaringan yang digunakan adalah wasantara.net.id. Jaringan sangat lelet karena itu men-download semua surat tersebut harus pada malam hari, bahkan subuh. Pada saat subuh, jaringan lebih lancar. Ini tugas yang cukup berat.

Besok hari, dia harus menyampaikan surat-surat tersebut kepada orang-orang di kantor karena harus segera direspons. Semua tugas sebagai O.B. djalankan dengan baik oleh Yohanes. Dia tidak pernah menolak penugasan, dan tangkas menyelesaikan semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dengan amat baik sekali. Tidak mudah menjadi O.B. karena pekerjaan hampir tak terbatas. Yohanes memang pribadi yang ulet, pekerja keras dan juga luwes dalam bergaul. Sebagai O.B., Yohanes juga berlatih peka terhadap berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat.

Yohanes berhasil lulus masuk FKIP Untan di Prodi Ekonomi Koperasi. Tentu saja, bekerja sambil kuliah tidak mudah. Tampaknya, semua itu bisa dikelola oleh Yohanes dengan baik. Saya senang karena ada kader baru dari kampung yang bisa kuliah di Pontianak. Saat itu, sangat sedikit yang bisa kuliah di Pontianak, Yohanes adalah salah satunya. Yohanes menjadi O.B. dari tahun 1996-1998.

Baca Juga: Wenefrida: Wanita Dayak Profesor Padi di Negeri Paman Sam

Kemudian saya menjadi Direktur LBBT. Pada tahun 1998, ada kebutuhan untuk menambah staf bagian advokasi dan penanganan kasus, Yohanes diangkat menjadi staf di bagian itu. Sebagai staf advokasi dan penanganan kasus, membuat Yohanes banyak turun ke lapangan termasuk untuk tujuan investigasi. Ketika di bagian ini, Yohanes berkesempatan untuk belajar banyak di lapangan dan menangani kasus-kasus yang umumnya berat.

Salah satu kasus yang ditangani LBBT saat itu adalah pembunuhan pak Adeng, seorang kepala adat di kampung Terati Kecamatan Jangkang, Balai Sebut. Kasus pembunuhan pak Adeng ini sampai sekarang tetap misteri, tidak diketahui siapa pembunuhnya dan siapa di balik pembunuhan tersebut. Bagi seorang aktivis, kaya pengalaman lapangan adalah hal yang akan membuat aktivis tersebut andal. Tidak mudah menjadi staf advokasi dan penanganan kasus, karena berhadapan dengan banyak risiko. Apalagi saat itu, Orba baru berakhir dan masuk Era Reformasi.

Tahun 1999, ada pergantian Direktur Eksekutif Daerah Walhi Kalbar. Cukup pusing mencari pengganti Laurensius Majun yang menjadi Wakil Bupati Ketapang. Akhirnya, saya putuskan untuk menunjuk Yohanes menjadi Direktur Eksekutif Daerah Walhi Kalbar. Umumnya untuk menjadi Direktur Eksekutif Daerah Walhi dipilih dari aktivis senior.

Emmy Hafild, Direktur Eksekutif Nasional, dia komplain kepada saya. Katanya, “Kalian di Kalbar nggak serius ngurus Walhi, masak O.B. disuruh jadi E.D. (Eksekutif Daerah)”.
Tapi saya yang melihat potensi dalam diri OB itu, bersikukuh. Teguh. Bahwa nasib bisa diubah, asalkan yang bersangkutan mau mengubahnya.


Yohanes dianggap aktivis baru dan mantan O.B. belum layak menjadi Direktur Eksekutif Walhi Kalbar. Saat itu, memang sedang gencar-gencarnya upaya membenahi organisasi lingkungan tersebut, setelah tahun-tahun sebelumnya performance Walhi Kalbar kurang memuaskan.

Banyak aktivis agak kecewa dengan penunjukan Yohanes tersebut. Suatu kali, dalam sebuah pertemuan, saya bertemu Emmy Hafild, Direktur Eksekutif Nasional, dia komplain kepada saya. Katanya, “Kalian di Kalbar nggak serius ngurus Walhi, masak O.B. disuruh jadi E.D. (Eksekutif Daerah)”.

Saya bilang Mbak Emmy, “Yohanes aktivis LBBT, dia aktivis bagus”.

Syukurlah ketika Yohanes memimpin Walhi 2 periode, Walhi berkembang pesat dan menjadi lembaga advokasi lingkungan yang diperhitungkan. Saya yakin, Mbak Emmy Hafild juga mengakui keberhasilan Yohanes memimpin Walhi Kalbar tersebut.”

Ketika di Walhi inilah, di belakang nama Yohanes tertera huruf Rj, singkatan dari nama ayah ibunya: Rumpak Jemeli.

***