Wenefrida: Wanita Dayak Profesor Padi di Negeri Paman Sam
Wenefrida kini president of the worldwide Indonesian Diaspora Foundation and the Louisiana Chapter of the Indonesian Diaspora Network.
Bukan dan tidak main-main jabatan itu! Apalagi, mengingat ia wanita Dayak. Dari pedalaman Kalimantan Barat. Ia profesor bidang padi. Tak mengerankan, sebab sejak dini, dirinya biasa "menghargai" padi. Upacara Naik Dango di daerah Kanayatn dan kepercayaan orang Dayak bahwa padi ada "nyawanya" dan bisa menangis jika disia-siakan, salah satu yang mendorongnya tertarik meneliti padi.
Terlahir dari ayah bernama Musang, dari keluarga Dayak, yang kemudian berganti nama menjadi: Iman Kalis. Adapun ibu bernama Moeslimah. Nah, Ida diajarkan sejak dini menghargai dan menghormati padi. Menurut kepercayaan orang Dayak, nasi bisa menangis, beras bisa bicara, dan padi punya nyawa.
Benarkah padi ada nyawanya?
Ternyata di balik mitos dan legenda, ada makna. Artinya: padi sumber hidup. Ia disebut, dalam bahasa Inggris, staff of life (Morrison, 1957 44), tumpuan hidup bagi orang Dayak. Ternyata, begitulah cara orang tua mendidik dan mengajarkan nilai kepada anak-anaknya. Di balik legenda dan cerita, senantiasa terkandung makna edukasi.
Sedemikian rupa, sehingga pada zaman baheula, orang Dayak yang kaya ditakar dari: seberapa banyak padi menggunung di lumbungnya? Keluarga Dayak yang kaya, zaman dahulu kala, jika tahun ini makan padi (nasi) hasil panen dua atau beberapa tahun sebelumnya.
Tidak syak, orang Dayak sejak zaman baheula sangat menghargai padi. Jika keluarga Dayak makan, sebutir nasi pun tidak boleh disia-siakan.Pantang, atau pamali, untuk membuang nasi. Nasi adalah “staff of life” orang Dayak, sehingga pesta gawai, atau tahun baru Dayak, dilakukan sehabis panen.
Ida Wenefrida mendapat penghargaan sebagai salah satu dari Top 20 Global Woman of Excellence untuk tahun 2020. Yang memberikan penghargaan kepadanya, di sebelah kiri, adalah Martino Tangkar, ketua Satgas Penasihat Multi Etnis, dan Perwakilan AS Danny Davis dari Chicago.
Bisa jadi pengaruh adat lembaga, terutama latar keluarga, membuat wanita Dayak bernama Ida Wenefrida yang lahir di sebuah pedalaman Kalimantan Barat ini menekuni “ilmu padi”.
Pada 1982, ia lulus dari Institut Pertanian Bogor. Pada 1991, meraih gelar master di Mississippi State University, Starkville, Mississippi. Dan pada 1996, ia meraih gelar tertinggi di dunia akademik, Ph.D. di Louisiana State University, Baton Rouge, Louisiana.
Kini ia adalah Assistant Professor – Research, LSU AgCenter. Ia satu dari segelintir ilmuwan wanita yang meneliti padi beserta seluk beluknya.
Keahliannya di bidang tanaman, utamanya padi. Riset yang dilakukannya dari pendekatan bioteknologi dan mutasi perkembangbiakan padi. Ditengarai, ada lebih dari 440 macam padi. Dan waniita Dayak ini bisa melakukannya.
Baca juga: History of Dayak (7)
Mengapa riset di bidang padi? Hal itu, agaknya karena Ida punya interes yang bukan melulu pribadi. Sebagaimana diketahui, nasi merupakan sumbernutrisi yang kayaakan karbohidrat yang memberikan gizi dari kalori yang dikonsumsi manusia yang menyediakan energi untuk kegiatanfisik.
Riset dan publikasinya banyak tentang topik yang sangat penting bagi hajat hidup banyak orang, yakni bioteknologi. Risetnya yang dikenal luas adalah upaya meningkatkan kadarprotein dan mikronutrien dalam beras. Biasanya, protein beras7-8persen. Akan tetapi, riset LSUAgCenter menemukan bahwa kadar protein dapat ditingkatkan menjadi11-14persen.
Tercatat wanita Dayak ini mendapat penghargaan 3 kali. Pada 1994 -Graduate Student Awards, Louisiana State University.Dan Tipton Team Award 2007, Louisiana State University Agricultural Center.
Sayang sekali, kepakaran wanita Dayak ini jika tidak dimaksimalkan. Bisa jadi, suatu waktu, Pemda atau bahkan Pemerintah RI, memintanya kembali pulang. Swasembada pangan, agaknya salah satu sumbangsih dapat diberikan orang Dayak.
Peneliti padi LSU AgCenter Ida Wenefrida mendapat penghargaan sebagai salah satu dari Top 20 Global Woman of Excellence untuk tahun 2020 baru-baru ini. Yang memberikan penghargaan kepadanya, di sebelah kiri, adalah Martino Tangkar, ketua Satgas Penasihat Multi Etnis, dan Perwakilan AS Danny Davis dari Chicago.
Bukan main! Sekali lagi, prestasi yang luar biasa!
Baca juga: Ytprayeh.com Media Jurnalisme Warga dengan Semangat Kebangsaan