Satrio Piningit awata Sultan Herucakra
Berdasarkan sandi gaib ramalan Jayabaya, orang tersebut, masih tunjung patuh semune pudak sinumpet (seorang berhati suci yang masih disembunyikan identitasnya oleh kegaiban Tuhan).
Meski secara sanguinis bukan Jawa, saya suka membaca pustaka tentang sejarah dan budaya Jawa. Mulai dari cerita-cerita pewayangan (Anak Bajang Menggiring Angin - Sindhunata), yang habis saya lahap waktu mahasiswa tingkat satu (1986). Setelah itu, membaca Keluarga Jawa karya Hildred Geertz, Etika Jawa (Magnis Suseno), Filsafat Jawa (Reksosusilo), Riwayat Pandawa (Teguh Santosa).
Dan, yang sejak SMP saya impikan bisa membacanya langsung adalah mahakarya The History of Jawa yang --belakangan-- saya mafhum sebagian adalah hasil plagiat. Pada artikel yang berikut, akan saya ulas ihwal plagiat yang tidak tercatat ini!
Di sini topik kita seperti judul artikel. Hari-hari terakhir ini banyak orang membicarakan siapakah balon presiden 2024? Sosok yang bakal mengantar bangsa Indonesia keluar dari krisis politik, budaya, agama, dan kemelut ekonomi?
Jawabannya ternyata bermacam-macam. Apalagi berbagai kalkulasi politik dan analisis menyimpulkan ada banyak sosok yang capable untuk jabatan itu. Sayangnya, berdasarkan sandi gaib ramalan Jayabaya, orang tersebut, masih tunjung patuh semune pudak sinumpet (seorang berhati suci yang masih disembunyikan identitasnya oleh kegaiban Tuhan).
Dengan begitu, menjadi menarik mengutak-atik ramalan Jayabaya, lalu berusaha menafsirkan sandi Jayabaya. Jangan terlalu serius. Santai salah! Ini bukan ilmu pasti yang bisa memrediksi apa yang akan terjadi.
Ini hanya sebuah olah-kata. Upaya mencocok-cocokkan --uthak athik gathuk --kata orang Jawa. Sebuah rekayasa saja yang berupaya menghadirkan sandi Jayabaya berikut dengan terjemahannya agar khalayak dapat menafsirkan sendiri siapa calon pemimpin bangsa, tokoh nasional, partai dan situasi politik Indonesia. Selain itu buku ini juga dapat menuntun untuk menafsirkan sekarang kita sedang berada di zaman apa?
Seperti diketahu,i terdapat tiga ciri Zaman Kalabendu.
Pertama, artati atau uang. Bukti menunjukkan, saat ini masyarakat berlomba-lomba mengejar uang dan ini benar sekali. Kedua, nistana (kemelaratan). Tak dapat disangkal, kini sebagian besar masyarakat kita hidup melarat. Busung lapar, penjarahan, pemalakan, atau perampokan adalah bukti nyata bahwa banyak orang hidup melarat. Dan ketiga, jutya (kejahatan). Tak bisa disangkal, kejahatan muncul di mana-mana.
Hal yang cukup melegakan adalah bahwa Zaman Kalabendu yang mengerikan itu segera akan kita tinggalkan. Kita akan memasuki Zaman Kalasuba yang bertepatan waktunya dengan kemunculan Ratu Adil, Almasih, atau Penyelamat. Ramalan Jayabaya menjuluki tokoh penyelamat itu sebagai “Sultan Herucakra” atau Satria Piningit.
Siapakah Satria Piningit itu? Dari 25 sandi Jayabaya maka barangkali saja Satria Piningit yang dimaksudkan adalah sandi ke-14 “Sandi Pasopati”. Ayat asli sandi Jayabaya yang berbahasa Jawa sbb.
Miyos loji nggayuh kasampurnan/amratelaake jejeging bawono/kang kajatene suwung/amang Allah kang kagungan Ratu mono dudu sawung/among cukup anglungguhi/ngrekso budaya jiwaning bangsa/tansah mencorong cahyane/luwung mangkono tinimbang asor/marga kabanda dening kadonyan.
Terjemahannya keluar dari istana meraih kemuliaan/menerangkan tegaknya buwana/yang sesungguhnya kosong/hanya Allah yang memiliki. Ratu itu bukan ayam aduan/hanya cukup menduduki kemuliaan/menjaga budaya yang merupakan jiwa bangsa/senantiasa bersinar cahaya/lebih baik begitu daripada jadi rendah/sebab terikat oleh keduniawian.
Lalu siapa tokoh yang dimaksudkan oleh sandi Jayabaya itu? Banyak yang menyakini pasti salah satu dari 4 tokoh anak bangsa saat ini: P, PM, AHY, dan AB. Sandinya: 3 Jawa, 1 nonJawa. Lupakan nonJawa. Belum saatnya nonJawa RI-1. Sehingga tinggal 3 nama yang bertarung. Yang menunjukkan siapa sebenarnya Sultan Herucakra. Nah, disebut "sultan". Berarti tinggal 2 nama berpeluang, sebab 1 perempuan. O o... siapa dia?
Dari berbagai kalkulasi politik, dan ditilik dari sisi plus dan minusnya, ternyata keempat tokoh itu sama peluangnya tampil sebagai Ratu Adil. Namun, kalau menurut sandi Jayabaya, maka "bangsawan" Jawa lah yang dimaksud dengan Satria Piningit itu. Apalagi, akhir-akhir ini sering keluar kandang untuk merangkul semua pihak dan golongan. Tanda-tanda ia akan menggenapi salah satu ayat ramalan Jayabaya, “Ia akan keluar dari istana, menerangkan tegaknya buwana”.