Perjalananku Ke Long Pada Sungai Tubu Punya Cerita (2)
Perjalananku Ke Long Pada, Sungai Tubu Punya Cerita (2)
Membuka kembali ingatanku akan perjalanan menuju Long Pada Sungai Tubu Punya Cerita. Dengan modal baja dan tekad membara untuk melanjutkan perjalanan. Dengan penuh hati-hati dan kelihaian sang sopir untuk mengendalikan kendaraan dengan kondisi jalan yang sangat menantang perlahan-lahan akhirnya kami sampai dan bertemu dengan kendaraan yang meraung-raung karena tidak bisa menyusuri jalan. Berhenti sejenak dengan berbincang sekedarnya dengaN sopir truck tersebut. “tolong sampaikan ke teman yang di Long Pada bahwa truck saya tidak bisa sampai karena jalan masih licin, mungkin besok baru bisa sampai”. Om John sopir kamipun mengiyakan untuk menyampaikan pesan tersebut. Sembari kami menawarkan bekal air minum yang kami bawa ke sopir truck tersebut.
Setelah melewati jalur yang sangat terjal dan truck yang tidak dapat melanjutkan perjalannya. Kamipun melanjutkan perjalanan untuk terus menuju Sungai Tubu. Dengan sisa-sisa tenaga dan kemampuan sang sopir serta ketangguhan mobil yang di tumpangi. Terus kami membelah heningnya hutan belantara sepanjang jalan yang di lalui. Tak terasa sekitar satu jam telah kami lalui dan kamipun sampai di sebuah sungai yang belum ada jembatannya. Menurut info yang saya dapatkan bahwa sungai tersebut adalah jalur sungai Mirau namanya. Ya sungai Mirau. Untungnya ketika itu kondisi air sungai sedang kecil yang memang dapat kami lalui. Jika keadaan air sungai melimpah bisa-bisa tidak bisa kami meneruskan perjalanan. Disela-sela kami terbawa desiran anging yang menyapu hijaunya alam nan luas. Tiba tiba kami dikagetkan dengan sang sopir. Ada ayam hutan. Kata sang sopir. Seketika itu sayapun terbangun dari lamunan. Mana om ayam hutannya (tanyaku pada om sopir). Benar saja ayam hutan itu menyebrang jalan dengan larinya yang kencang. Ternyata benar ayam hutan itu berbeda dengan ayam kampung. Kamipun dengan terpesona melewati sang ayam hutan yang melintas di perjalan kami.
Sambil bercerita dengan rekan-rekan seperjuangan di dalam kendaraan. Kami terhenti dengan kondisi turunan jalan yang sangat licin dan berlumpur. Seperti biasa kamipun mengecek kondisi jalan. Apakah bisa di lalui atau tidak. Disaat kami melihat kondisi jalan yang akan kami lalui rintik-rintik hujan mulai turun. Dengan meyakinkan kami sang sopirpun memberanikan diri untuk melanjutkan perjalanan dengan kondisi jalan yang licin dan berlumpur. Dengan sangat berhati-hati sang sopir membawa kami dengan kelihaiannya mengendari mobil tersebut dan sampailah kami pada jalan yang mungkin orang tidak akan percaya jika belum merasakan sendiri. SUNGAI YANG MENJADI JALAN KENDARAAN KAMI. Ya sih sungai itu tidak dalam. Namun apakah anda pernah merasakan mobil berjalan di sungai? Nah jika ingin merasakannya berwisatalah ke SUNGAI TUBU melalui Jalan Darat.
SAMPAI DI TEPI SUNGAI DESA LONGPADA
Setelah menyusuri perjalanan sepanjang jalan dan heningnya pedalaman. Kamipun sampai di tepi sungai Desa Long Pada. Sambil di temani guyuran hujan kamipun berteduh di pondok-pondok kecil yang ada. Tak terasa perut kami perlu diisi. Dengan menu bekal yang kami bawa dari Malinau kamipun menyantap dengan lahapnya. Sembari bercerita dengan teman-teman dan om sopir. Selesailah kami menyantap bekal yang ada. Sambil menunggu hujan reda kami berusaha untuk mencari tumpangan yang bisa menyebrangi sungai tersebut. Perkiraan kami, sungai tersebut lebarnya sekitar 30-45m dengan kondisi air kcil bisa disebrangi dengan jalan kaki. Namun ketika banjir jangan coba-coba. Dalam hati saya berharap
“Semoga suatu saat ada jembatan penyebrangan yang memudahkan akses masyarakat baik ke puskesmas, maupun ke Kantor Camat yang ada di Ibu Kota tersebut”.
Disaat kondisi masih rintik-rintik kami bertemu dengan salah seorang petugas keamanan di kantor Camat sebutlah namanya PAK NAMLENG. Setelah komunikasi dengan pak Camat Sungai Tubu (terimaksih Pak Camat) kamipun diarahkan ke Pak Namleng. Benar saja beliau ada di tempat. Setelah bercerita maksud kedatangan kami. Pak Namleng menyebrangi sungai untuk mengambil alat transportasinya berupa perahu ketinting. Setelah berhasil kami menyebarangi sungai tersebut bergegaslah kami menuju rumah Pak Namleng,. Yang menurut kami cukup baik dan nyaman. Sambil beristirahat sejenak melepaskan lelah. Kamipun melanjutkan menuju kantor desa Long Pada dan ke areal Tower telekomunikasi serta akses internet yang berada di desa tersebut.
Tak terasa senja telah menghampiri kami. Kembalilah ke kediaman pak Namleng. Selayaknya tamu dan budaya kita, meskipun baru kenal pak Namleng dan keluarga menyuguhkan kami minuman Kopi sebagai penghangat tubuh dalam kondisi yang dingin menyelimuti LongPada. Terimaksih Pak Namleng. Semoga lain waktu kita bisa bertemu lagi.
Sekian dulu sahabat literasi dimanapun berada. Jika anda ingin ke Desa Longpada Kecamatan Sungai Tubu, jangan lupa bawa bekal makanan dan minuman, smartphone untuk mengambil moment-moment langka yang mungkin belum pernah anda temui serta bekal lainnya ya... Bagi yang suka berpetualang sangat cocok untuk di jejaki. Bagi yang suka motor cros bisa dijajal jalannya sungguh mengasyikkan dan memacu adrenalin.
Singkat cerita bermalamlah kami di Desa LongPada, Ibu Kota Kecamatan Sungai Tubu Punya Cerita.