78 Tahun Calon Anggota DPD RI Paling Senior asal Jawa Barat
Selalu menarik menyimak siapa yang paling senior dan paling junior dalam perhelatan Pemilu, termasuk dalam Pemilu 2024. Kali ini, secara khusus saya ulas calon anggota paling senior DPD RI yang berasal dari Jawa Barat. Namanya Suratto. Usianya… 78 tahun, pada Juli 2023 ini. Jika terpilih dan panjang umur, pria kelahiran Surakarta ini akan berusia 84 tahun, pada saat mengakhiri tugasnya pada 2029 mendatang.
Bukan usia yang muda. Namun, semangatnya luar biasa. Pria dengan nama lengkap Suratto Siswodihardjo ini, memang orang Jawa. Namun, sejak 1970-an sudah hijrah ke Jawa Barat. Dia berdinas di TNI Angkatan Udara selama 15 tahun di kota Kembang Bandung Jawa Barat. Selama 10 tahun, Suratto berdinas di Lanud Sulaiman dan 5 tahun di Lanud Husein Sastranegara.
Di kota ini pula, Suratto menemukan tambatan hatinya, seorang gadis Sunda keturunan Sukabumi. Di Bandung pula, tiga anak Suratto dilahirkan. Baginya, Bandung dan Jawa Barat bukan tempat singgah, tapi sudah menjadi rumah utamanya. Saat ini pun sejak 1990-an, Suratto dan keluarga besarnya tinggal di kawasan Cikeas, Gunung Putri Jawa Barat.
Suratto pun bukan orang baru dalam politik dan pemilihan umum. Sejak masih aktif sebagai anggota TNI AU, dia sudah menjadi anggota DPRD mewakili fraksi ABRI. Pada akhir 1980-an, Suratto ditunjuk TNI untuk mewakili Fraksi ABRI di DPRD DKI Jakarta. Suratto mengalami interaksi dengan pemerintahan DKI Jakarta di bawah empat gubernur yaitu R Suprapto, Wiyojo Atmodarminto, Surjadi Sudirdja, dan Sutiyoso.
Pada 2004, Suratto ikut serta sebagai salah satu pengurus teras Partai Demokrat, dan turut berkontribusi menjadikan SBY sebagai presiden pertama terpilih melalui Pemilu 2004. Namun setelah itu, Suratto menanggalkan baju partainya dan menjadi manusia independen. Apalagi, setelah ia terpilih sebagai Komisaris di PT Angkasa Pura 1 dan 2.
Bukti tak terikatnya Suratto dengan partai politik, terlihat pada 2014 silam, ketika pemerintahan Jokowi memberikan kepercayaan kepadanya menjadi Komisaris PT Pelindo 4 periode 2015-2020.
Suratto memang pandai bergaul dan aktif berkegiatan sosial sejak pensiun dari TNI AU pada 2001 dengan pangkat terakhir Marsekal Pertama (bintang satu). Teman dan sahabatnya lintas agama, golongan, etnis, dan lintas partai. Sampai sekarang. Apalagi untuk kegiatan sosial.
Aktivis Sosial
Pada 2006, Suratto mendirikan Sekolah Alam Cikeas (tingkat PG, TK, SD, SMP, sampai SMA). Bahkan berencana menyelenggarakan pendidikan tinggi. Sekolah Alam Cikeas memberikan beasiswa kepada warga setempat yang tidak mampu dan anak-anak para karyawannya.
Pada 2009, Suratto membangun Rumah Peduli Anak TKI (RPATKI) sebagai tempat penampungan anak-anak TKW terutama yang bekerja di kawasan Timur Tengah. Anak-anak yang kehadirannya tidak diinginkan oleh orangtuanya. Sampai saat ini, sekitar 60 anak diurus oleh RPATKI, yang sebagian besarnya sudah diadopsi. RPATKI menjadi salah satu tempat paling banyak diliput oleh media massa, karena isu jual beli bayi-bayi yang lahir di bandara atau dibawa TKW dari luar negeri.
“Saya menemukan bayi dibuang di toilet bandara (Soekarno-Hatta). Ternyata, dari TKW yang hamil selama bekerja di Arab. Dia malu kalau pulang ke rumah membawa bayi, karena mungkin di rumahnya sudah ada suami,” kata Suratto kepada salah satu media, beberapa waktu lalu.
Poliklinik Rumah Sehat Cikeas (RSC)
Kiprah Suratto dalam berkegiatan sosial tidak pernah berhenti. Pada 2012, ia kembali mendirikan lembaga sosiopreneur berupa poliklinik Rumah Sehat Cikeas (RSC). Poliklinik berkualitas namun terjangkau buat masyarakat setempat. Bahkan pada saat itu (belum ada program BPJS), RSC memberikan 1.000 kartu berobat gratis buat warga sekitar. Sampai saat ini, RSC masih memberikan pelayanan sosial bagi warga sekitar, sekaligus menjadi salah satu pilihan warga sebagai klinik pratama layanan faskes tingkat 1 BPJS.
Semua kegiatan sosial tersebut dikelola secara profesional melalui sebuah yayasan, yang bernama Yayasan Bhakti Suratto (YBS). Melalui yayasan inilah, Suratto mendedikasikan dirinya untuk orang lain. Bukan hanya melalui kegiatan permanen seperti sekolah, poliklinik, dan panti sosial, melainkan juga kegiatan sosial insidentil seperti bakti sosial, santunan anak yatim, bantuan korban bencana alam, bahkan sampai memperbaiki rumah rusak menjadi layak huni bagi warga sekitar.
Dalam usia yang tidak muda lagi, Suratto selalu berprinsip memberikan kebaikan bagi sesama. “Sejak usia 50 tahun saya membagi kegiatan menjadi 50% kegiatan dunia, dan 50% kegiatan akhirat. Sekarang, sudah lebih 70 tahun, maka 70% urusan akhirat, 30% urusan dunia…” katanya membagikan prinsip hidupnya.
Dan sejak 2021 silam, ketika Indonesia dilanda pandemi Covid-19, Suratto tidak berdiam diri untuk berkegiatan sosial. Pria yang masih enerjik ini, justru mendirikan Istana Anak Yatim dan Sekolah Taruna Yatim Nusantara di Cikeas, Bogor, Jawa Barat. Sekolah ini menyeleksi dan menampung anak-anak yatim dari seluruh Indonesia untuk belajar selama 3 tahun di level SMA. Mereka semua tidak dipungut biaya alias gratis sejak masuk sampai lulus kelak. Suratto bertekad, menjadikan lulusan SMA Taruna Yatim Nusantara lolos ke sekolah kedinasan seperti Akmil, AAU, AAL, Akpol, STIN, dan lain-lain atau beasiswa di perguruan tinggi lainnya.
“Saya mencalonkan diri menjadi anggota DPD, untuk melanjutkan semangat saya dalam berbagi kepada sesama. Tiada hari tanpa berbuat kebaikan. Gerak terus tiada henti, karena orang sehat harus tetap bergerak dan beraktivitas. Kalau diam berarti mati… Semoga apa yang saya lakukan bermanfaat buat orang lain sekaligus memberikan inspirasi untuk generasi muda,” tegasnya ketika mendaftar sebagai anggota DPD RI di KPU Jawa Barat pertengahan Mei 2023 lalu.