Sosok

Elia Embang dan "Jatah" Rektor Dayak

Selasa, 26 Januari 2021, 15:47 WIB
Dibaca 607
Elia Embang dan "Jatah" Rektor  Dayak

Tidak usah banyak cakap!

Catatan, dan hasil penelisikan menunjukkan: suku bangsa Dayak tidak pernah berhasil jadi rektor di luar Borneo. Meski sehebat apa pun, bahkan dengan Jenjang Jabatan Akademik (JJA) tertinggi (Profesor) dan gelar akademik tertinggi (S-3) hanya bisa jadi rektor di tanahnya sendiri.

Hasil penelusuran penulis menunjukkan, saat ini 5 Rektor Dayak di Borneo: 3 di perguruan tinggi negeri, dan 2 di perguruan tinggi swasta. Plus, 1 ketua di sekolah tinggi.  Siapa mereka?

1. Dr. Elia Embang, Rektor Universitas Palangka Raya (PTN).

2. Prof. Dr. Adrie Paton, Rektor Universitas Borneo, Tarakan (PTN).

3. Dr. Telhalia Ambung, Rektor Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya (PTN).

4. Dr.Antonius,S.Hut.,MP, Rektor Universitas Kapuas Sintang (PTS).

5. Dr. (Cand.) Stefanus Masiun, Rektor Institut Teknologi Keling Kumang, Sekadau (PTS).

6. Dr. Albert Rupinus, Ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Pamane Talino Landak (PTS).

***

Kita sekilas berkenalan dengan Dr. Elia Embang, Rektor Universitas Palangka Raya.

Elia Embang, atau juga dikenal sebagai Dr. Andrie Elia, S.E., M.Si., dilahirkan di Banjarmasin pada 12 Agustus 1959. Suami dari Riap Susilawati ini dikaruniai dua anak, yakni Dr. Thea Farina Embang, S.H., M.Kn. dan Benny Briantoni Embang, S.T.

Dalam besutan tangan rasinya, Webometrics tahun 2020 terkait perguruan tinggi di Indonesia, mecatat:  Universitas Palangka Raya (UPR) masuk dalam 100 besar. Peringkat 84 dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Sebelumnya, UPR bercokol pada posisi ketiga dari belakang, yakni 97.

Pekerjaan saat ini sebagai pegawai negeri sipil (PNS) yang mendedikasikan diri secara total pada pendidikan tinggi. Selain itu, aktif pula di Dewan Adat Dayak (DAD) Kalimantan Tengah dan berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan yang lain.

Ia dipercaya sebagai Dewan Penasihat Provinsi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kalimantan Tengah periode 2017-2019. Di samping itu, juga Ketua Forum Pembauran Kebangsaan Kota Palangka Raya periode 2017-2021.

Eli, panggilan akrabnya, dikenal sebagai ilmuwan di bidang ekonomi sosial yang banyak mencurahkan ide, tenaga, waktu, dan perhatian untuk masyarakat adat dan lingkungan. Ia mendirikan sebuah lembaga khusus untuk membantu pemerintah dan pihak swasta, terutama perusahaan yang akan membuka usaha baru dengan menyelenggarakan penelitian mengenai analisis dampak lingkungan hidup (AMDAL). Di kantornya, dapat ditemukan berpuluh jilid dan beratus halaman kajian AMDAL tersebut.

Ia mengikuti proses dan tahap pencalonan Rektor Universitas Palangka Raya (UPR) periode 2018-2022. Sedemikian seriusnya, sehingga ia menerbitkan pemikirannya mengenai tata kelola dan pengembangan perguruan tinggi. Menurutnya, ada 7 sukses (sapta akusara) perguruan tinggi, yakni:
1. Menyelenggarakan tata kelola pergguruan tinggi yang efektif, efisien, transparan, akuntabel, unggul, dan berdaya saing.
2. Menyelenggarakan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa sebagai subjek dan secara berkelanjutan memberdayakan lulusan dan sivitas akademika.
3. Meningkatkan kompetensi dosen dan tenaga kependidikan secara teratur dan terencana.
4. Merancang dan menjamin pelaksanaan Kurikulum untuk pencapaian kompetensi lulusan yang berketerampilan dan berkeahlian di bidangnya serta berakhlak mulia.
5. Meningkatkan dan mendorong penelitian-penelitian yang inovatif dan kreatif oleh sivitas akademika serta publikasinya.
6. Meningkatkan dan mendorong Pengabdian kepada Masyarakat (PkM).
7. Meningkatkan dan mendorong program kemitraan.

Buku yang fokus menyarikan pemikirannya mengenai tata kelola dan pengembangan perguruan tinggi ini, telah sampai pula di tangan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir. Modal awal baginya, sebab konsep abstrak telah tampak, lagi tersusun rapi, lengkap dengan step-step dan pembabakan capaiannya.

Pada babak akhir pemilihan rektor yang dilaksanakan 20 Agustus 2018, Eli menang mutlak. Dengan demikian, lelaki Dayak yang senantiasa tampil dengan tutup kepala khas sukunya ini menjadi Rektor Pilihan Universitas Palangka Raya periode 2018-2022. Berkebalikan dengan pemilihan periode sebelumnnya, di mana ia sempat unggul meraih suara senat, kemudian orang lain yang berhasil. Percobaan memang harus dilakukan berkali-kali, sampai sukses.

Dengan moto “Menyongsong Masa Depan Universitas Palangka Raya Menjadi Universitas yang Unggul dan Berdaya Saing”, ia yakin bahwa cita-cita untuk membawa Universitas Palangka Raya ke arah yang lebih baik dan berdaya saing didukung oleh segenap sivitas akademika, terutama anggota senat universitas.

Sebelum jadi Rektor, UPR berada pada peringkat 97 perguruan tinggi se-Indonesia. Di masa kepemimpinannya, Eli menargetkan membawa UPR ke pencapaian yang akan semakin baik lagi. Dan itu terbukti. Menurut Webometrics tahun 2020 terkait perguruan tinggi di Indonesia, Universitas Palangka Raya (UPR) masuk dalam 100 besar. Tepatnya menduduki peringkat 84 dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia.

Sebagai akademik, sekaligus ilmuwan, Eli meneliti dan menerbitkan. Buku karyanya, antar alain:
1) Masyarakat & Perubahan Sosial: Peran Tokoh dalam Perubahan Sosial (Lembaga Literasi Dayak, Jakarta-Palangka Raya, Maret 2017) ISBN 978-602-6381-43-9.
2) Tata Kelola & Pengembangan Perguruan Tinggi (Lembaga Literasi Dayak, Jakarta-Palangka Raya, Juli 2017) ISBN 978-602-6381-49-1.

Pria yang ciri khasnya senantiasa mengenakan tutup kepala khas Dayak ini terampil pula mendendangkan lagu. Kesukaannya lagu-lagu lawas. Beberapa kali tampil mengisi mata acara “Tembang Kenangan” di TVRI Kalimantan Tengah, Eli membawakan lagu yang dipopulerkan Trio Ambisi. Ia begitu menghatayi lagu yang dinyanyikan.Pemirsa terpana menyaksikannya. Ibu-ibu nyaris menangis.

Di luar mimbar akademik dan sekat pagar kampus, Eli seorang yang ugahari. Namun, ciri khas Dayaknya tak pernah luntur.*

Tags : sosok