Sosok

Panggil Saja Aku: Niang

Senin, 18 Januari 2021, 12:08 WIB
Dibaca 674
Panggil Saja Aku: Niang
Niang: pelaku industri kreatif. Cara benar dan on the track memperkenalkan Dayak hebat. Sistem mata pencaharian bukan konvensional , tapi

Niang.

Singkat saja nama pelaku Ekonomi Kreatif Dayak hebat itu.

Tidak syak lagi. Dia pelaku ekonomi kreatif Dayak yang sudah go international. Dia pembuat topi para tokoh, termasuk Gubernur DKI, Jarot.Kiprahnya luar biasa. Ini wujud, kata orang itu, "Think globally, act locally" --berpikir global, dalam konteks pelaku di sini saat ini. Bukan tempat yang mengubah kita, tapi kita yang mengubah tempat. Mirip pula seperti halnya motto Web kita ini.

Saya cukup lama berada di kotanya, Palangka Raya. Sekalian riset dan mengamati dari dekat "perbuatan" kreatifnya. Dan mengamati kreativitasnya. Uang, sebagai akumulasi dari perdagangan yang sehat dan beretika, ternyata, "akibat" dari kepercayaan masyarakat. Ia bukan pertama-tama transaksi: melainkan wujud kepuasan.

Niang ia biasa disapa. Tercatat sebagai pegiat ekonomi kreatif, membawa harum nama Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng. Terima kasih kepada Hernawati Sampulan --saya mengenalnya demikian sejak lama-- meski kini menyandang nama misua yang membantu mengumpulkan bahan-bahan riset. Banyak orang (Dayak) yang baik hatinya: suka menolong, membantu dalam doa, dan rajin menabung. Nah, dari Hernawati Sampulan saya mengenal Niang dan karyanya, yang sungguh luar biasa. Bahawa "gagasan" adalah sumber daya utama manusia, bukan pertama-tama alat, dan teknologi. Dua hal ini adalah ikutannya. Yang pertama dan utama adalah: ide dan kreativitas!
***

Datanglah mengamati Niang!

Jemari tangannya lincah memilah bahan dan menganyam. Semua dikerjakan dari hati penuh sukacita. Hasilnya mendekati sempurna. Jika tidak, musyikl produk buatan tangannya disukai, dan dibeli, sampai keluar provinsi bumi Tambun Bungai.

Ia punya galeri kerajinan seni budaya Dayak. Yang menggelar, dan menjual hasil karyanya. Sebuah terobosan baru, di saat sebagian besar masyarakat Dayak masih belum bisa --dan belum mampu-- lepas dari ekonomi tradisional: ekonomi pertanian.

Masih sedikit manusia Dayak menggantungkan hidup dari ekonomi kreatif. Yang melakukan secara kreatif dan cerdas apa yang disebut di bangku kuliah sebagai :komodifikasi budaya. Yakni proses kreatif di dalam mengemas khasanah budaya lokal heritage nenek moyang, bernilai-jual, mengandung nilai ekonomi.

Tak syak, Niang seorang inspiratif. Yang menunjukkan, asal dikelola baik --memerhatikan kemasan dan promosi serta marketing zaman now dan sesuai selera pasar-- produk bermuatan (content) Dayak, laku sebagai komoditas.

Uang, sebagai akumulasi dari perdagangan yang sehat dan beretika, ternyata, "akibat" dari kepercayaan masyarakat. Ia bukan pertama-tama transaksi: melainkan wujud kepuasan.

Saatnya kini menggumuli ekonomi kreatif. Sebab sumber daya alam (SDA) suatu waktu bisa habis. Namun, khasanah peninggalan nenek moyang, ibarat sumur Yakub: tak pernah kering untuk ditimba. Asalkan, bekerja cerdas, bukan hanya bekerja keras.

Sehari-hari, Niang guru TK. Namun, orang mengenalnya sebagai pekerja kreatif. Saatnya kini jika bertegur sapa orang bertanya: usahamu apa? Bukan lagi: kerja di mana?

Niang memberi contoh. Bahwa bukan mencari kerja, tapi menciptakan lapangan kerja. Ia pencipta desain dan produsen hasil kerajinan tas dan topi dari bahan rotan. Ia juga penjahit baju-baju para pejabat Kalimantan Tengah, hingga untuk dipakai Gubernur.

Hal yang fenomenal di Kalimantan tengah, setiap pesta atau acara resmi, orang-orang mengenakan pakaian dan tutup kepala khas Kalimantan Tengah pula. Hal ini sangat kondusif mendorong semakin tumbuh kembangnya ekonomi kreatif. Sekaligus menciptakan efek berguling (multiflier effect), yang menggerakkan sektor lain, seperti: hidupnya para penjahit, penjual kain, galeri, toko, mall, dan galeri di bandara.

Wanita murah senyum ini membuktikan, bekerja bukan untuk diri sendiri. Tapi melibatkan juga banyak pihak, sehingga ekonomi berputar semakin lama semakin kencang dan luas. Sebuah gerakan ekonomi baru bernama: ekonomi kreatif berbasis muatan-lokal.