Seorang Penulis Cerpen di antara Kami, Telah Pergi....
Rasanya baru kemarin kita belajar bersama.
Berdiskusi tentang berbagai hal; tentang rasa, tentang Sang Pencipta.
Hari ini tergetar jiwa mendengar kau telah melepas kefanaan.
Semoga husnul khotimah guru baik yang selalu bersemangat, bijak, dan ramah
Demikian saya menulis i beranda FB. Catatan itu bertanggal: 7 Januari, pukul 2.12 PM. Pangkalan Bun.
Saya mengenang seorang karib yang sama-sama melakukan ekspedisi Tanjung Puting untuk menulis cerpen. Ia telah tiada. Kami mengenangnya.
Unik. Sepatah kata saja. Proses kami menulis cerpen ini seperti riset ke lokasi. Pak Mugeni, waktu itu, penjabat Bupati Barsel, yang mensponsori. Sekaligus membiayai terbitnya kumpulan cerpen kami.
Baca Juga: Kumpulan Cerpen yang Jarang Laku
Kami 15 yang meneliti dan menulisnya, yakni:
1. Arjoni: Buaya Sungai Sekonyer
2. Delianae Middil Ranggan: Pantun “Si Ading”
3. Emy Nilan: Boris dan Orangutan
4. Juairiyah Hayun Ms: Cinta yang Tergerus Arus
5. Julay Julians: Senja di Dermaga Kumai
6. Liberti Natalia Hia: Maafkan Aku, Suci
7. R. Masri Sareb Putra: Ada Juga Kelepak Elang
8. Maya Nurmarini: Janji Masa Sekolah
9. Mugeni: Gerimis Cinta di Haluan Kapal
10. Roslina Hely: Tarian Menghentikan Hujan
11. Sisca Amelia: Dua Sungai Satu Muara
12. Siswanto: Semburat Rona Pelangi Sungai Sekonyer
13. Sitti Wahidah F. Dirun: Dua Orangutan dan Dua Orang Kota
14. Sugiarti: Buih-Buih Tepian Sekonyer
15. Wiwin Ria Hati: Sepotong Hati yang Tertinggal di Camp Leakey
Hal yang membuat tersanjung, buku kami diberi Pengantar oleh sastrawan senior, Ahmadun Yosi Herfanda. Ia mencatat, "Menikmati kisah-kisah seru petualangan menembus rimba Tanjung Puting tentu sangat mengasyikkan...
Membaca cerpen-cerpen dalam buku ini penting untuk memperkaya wawasan lingkungan dan budaya serta kearifan lokal nusantara.
Selama ini, kita yang tinggal di luar Kalimantan Tengah, tidak banyak tahu tentang Tanjung Puting dan tradisi sosial budaya masyarakat di sekitarnya. Kita juga menjadi tahu Sungai Sekonyer yang unik dan misterius, serta menjadi jalur wisata utama menuju TNTP. Justru dari setting cerpen-cerpen yang selain sarat informasi, juga menyentuh hati..."
Tapi, yang lebih menyentuh hati adalah: seorang di antara kami telah pergi ke alam baka. Untuk selamanya.
Ia urut kacang 13. Sitti Wahidah F. Dirun: Dua Orangutan dan Dua Orang Kota .
Duh, duh angka itu!
***