Sosok

Sekeping Medali

Minggu, 19 Juni 2022, 10:55 WIB
Dibaca 315
Sekeping Medali
Hasil tidak akan pernah mengkhianati proses

Burung bernyanyi dengan sangat merdu dan mentari pun tersenyum dengan cerah. Seorang gadis pergi ke tempat latihan dengan riangnya sambil menghirup udara pagi yang masih segar. Karena jarak rumah dan tempat latihannya tidak begitu jauh, jadi dia berangkat dengan berjalan kaki. Hanya butuh waktu 10 menit, dia sudah sampai di tempat latihan.

Sesampainya, Lintang langsung duduk istirahat sejenak sambil mengeluarkan sepatu panjatnya. Tiba tiba Rendy duduk disamping Lintang. Rendy adalah salah satu teman dekat Lintang yang memiliki hobi yang sama yaitu sama-sama menyukai olahraga ekstrim.
“Hai Lin , pagi sekali kamu datang ke tempat latihan, semangat banget kayaknya.” Lintang menoleh “Eh Rendy, iya nih harus semangat dong, kan mau jadi juara.” Tidak lama kemudian datanglah seorang pria paruh baya dengan memakai topi putih, berkalung pluit dan stopwatch dengan membawa alat tulis menghampiri Lintang dan Rendy. Yaa pria itu adalah pelatih olahraga ekstrim ini. Sebut saja namanya bang boy, beliau telah lama menekuni dunia olahraga ekstrim, mungkin bisa dibilang hampir setengah usianya ia habiskan di dunia olahraga ini. 

"Kalian sudah siap ? tanya bang boy." Sudah bang, jawab Lintang dan Rendy yang telah selesai melakukan pemanasan.

Oke Lintang, kamu manjat deluan setelah itu baru Rendy. Lintang pun bergegas memasang harnest, chalkbag, dan sepatu panjatnya. Disaat Lintang  baru naik memanjat di ketinggian 5 meter ada segerombolan anak laki-laki melintas depan area latihan dan berhenti sambil meneriakki Lintang, "cewek kok manjat tebing, pergi manjat pohon kelapa aja sana hahahaha" mereka tertawa seakan itu menjadi hal yang lucu bagi mereka.

Hembusan angin menerpa wajah cantik Lintang yang sedang memanjat tebing. Konsentrasinya pecah karena mendengar teriakan anak-anak tersebut, dalam hati ia menggerutu "memangnya kenapa kalau cewek suka manjat?, apa gunanya pengorbanan RA. Kartini selama ini bila perempuan tidak bisa mempunyai hak yang sama seperti kaum laki-laki, pungkasnya. Lintang pun merasa harus menenangkan pikiran dan hatinya. Di satu sisi dia tidak ingin menambah musuh tapi di sisi lain dia sangat ingin mengikuti kompetisi itu karna dia ingin membanggakan kedua orangtuanya.

Kemudian Rendy yang berada di bawah meneriakki Lintang  “udahlah Lin, ngga usah kamu pikirin mereka itu, kamu harus tetep fokus.  ” Lintang menatap Rendy yang berada di bawah.
“Biarin aja mereka mau ngomong apa, kamu harus tetap fokus Lin. Ingat Lin kompetisi udah di depan mata. Lintang menghela nafas “Iya Ren, aku mencoba tetap fokus.” Rendy tersenyum “Nah gitu dong, harus pantang menyerah.”

Malam harinya ...

Nyanyian jangkrik menemani Lintang yang sedang duduk di teras rumah dengan cahaya redup dari sebuah lampu. 

Di kesunyian malam dia terus berfikir dan merenungi kejadian tadi pagi di tempat latihan. Saat sedang fokus berfikir, ada seseorang yang mengintip dibalik pintu rumah dan membuka pintu tersebut perlahan.

“Nak ini sudah malam, kenapa belum tidur?” Tanya seseorang tersebut. Lintang terkejut, “Eh Ibu bikin kaget saja. Sebentar Lintang pergi tidur bu.” Kemudian Ibu tersenyum Tapi ini sudah sangat larut, besok kan kamu mesti pergi latihan lagi nak.” Lintang mengangguk sebagai jawabannya. Ia pun masuk ke dalam rumah bersama ibunya.

Keesokan harinya ....

Lintang terbangun karena mendengar suara adzan subuh. Dia bergegas mengambil air wudhu kemudian melaksanakan sholat subuh. Setelah itu, dia pergi ke dapur dan melihat Ibunya sedang berkutat dengan alat masaknya.
“Ada yang bisa aku bantu Bu?” Tanya Lintang. “Eh Lintang, tidak usah. kamu mandi saja terus sarapan yaa.” Jawab ibunya. “Baik Bu” kata Lintang.

Waktu perlombaan semakin dekat, Lintang semakin giat latihan. Saat sedang latihan tiba tiba Rendy datang “Hei Lin, semangat yaa aku doain semoga kamu menang di kompetisi nanti.” Kata Rendy sambil tersenyum. Lintang pun menatap Rendy sambil tersenyum lalu berkata, "makasih yaa Ren supportnya", ucap Lintang.

Akhirnya hari dilaksanakannya kompetisi tiba, Lintang sudah bersiap sejak pagi. Dia meminta restu kepada Ibunya.
“Bu, doakan Lintang yaa bu, hari ini Lintang mengikuti Kompetisi Panjat Tebing. Semoga semuanya lancar dan Lintang bisa jadi juara.” Ibu memeluk Lintang sambil berkata. “Ibu selalu mendoakanmu nak. Kamu pasti bisa, semangat ya.” Lintang tersenyum dan pamit pergi ke tempat kompetisi.

Sesampainya di tempat kompetisi dia bertemu dengan Rendy. Bukan Lintang yang minta ditemani namun Rendy yang ingin menemani dan mendukung Lintang. Akhirnya kompetisi pun dimulai, Lintang melewati beberapa babak hingga sampai ke babak final. 
“Semangat Lin, kamu pasti menang.” Ucap Rendy.

Akhirnya babak final berakhir dan tiba saatnya pengumuman pemenang. Tangan Lintang berkeringat dingin, dia sangat gugup. 

Mc pun membacakan hasil kompetisi,
“Kategori Lead Junior Putri di peringkat pertama diraih oleh Kontingen Kabupaten Bulungan atas nama Lintang Larasati". Selamat untuk pemenang dan di mohon untuk naik ke atas podium.” Ucap sang pembawa acara.
Lintang terdiam, dia tidak menyangka akan menjadi juara 1. Lintang bergegas ke atas podium untuk menerima medali emas pertamanya. Sekeping medali yang telah sejak lama ia impikan, akhirnya terwujud. Lintang pun akhirnya menjadi atlet panjat tebing putri Kabupaten Bulungan satu-satunya yang akan mewakili provinsi di tingkat nasional.

Di tribun penonton Rendy sudah menunggu.

“Kan bener apa aku bilang, kamu pasti menang Lin. Selamat ya.” Ucap Rendy. Lintang tersenyum, sekarang dia percaya dengan doa dan usaha semuanya akan berjalan dengan lancar. Tidak ada hasil yang mengkhianati proses.

***