Sosok

Ketika Duduk Satu Panggung dengan Pesohor

Minggu, 31 Januari 2021, 06:50 WIB
Dibaca 534
Ketika Duduk Satu Panggung dengan Pesohor
Dekat semeja dengan pesohor Dyah Pitaloka.

Sandra Dewi.

Siapa tak kenal pesohor cantik jelita asal Bangka Belitung (Babel) itu?

Saya pernah sekali duduk berdekatan. Ia kenakan gaun kombinasi biru putih. Anggun sekali. Semeja pula di panggung seminar dengannya. Itu terjadi sekitar tiga tahun lalu, di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta. Dalam sebuah acara amal.

Menjadi pegiat literasi dan pengarang-penulis, membuat saya kerap satu panggung dengan para pesohor. Ada ada saja trik saya, untuk memupus grogi bila dekat dengan mereka.

Mulanya biasa saja. Dalam hati saya berkata, "You memang pesohor di bidangmu. Cantik selangit lagi. Bahkan, suatu media nasional pernah membaiat dirimu sebagai orang cantik bumi Pancasila ini. Kau punya talenta. Saya juga di bidang saya: literasi dan sastra."

Itu sekadar cara saya mengusir nervous. Dan memang saya tidak gugup duduk dekat dengannya. Jaim juga.

Tapi lama-lama, nyerah deh. Saya mau tak mau melirik juga. Minta ampyun! Semuanya, dari ujung rambut hingga ujung kaki: bagus semua. Mana bicaranya mahir. Membuat banyak orang terpukau.

**

Lain waktu semeja dengan Rieke Dyah Pitaloka.

Pesohor yang dikenal dengan Oneng ini cerdas luar biasa aslinya. Ia Sarjana Filsafat. Pernah mengasuh acara sebuah TV, Pustaka. Punya penerbit pula. Jadi, Dyah itu luas wawasannya.

Dengan Rieke, saya tak terlalu gugup. Sudah cukup kenal. Tapi ia cukup "manja".

"Mas, lapaar!' katanya sebelum acara. Apa boleh buat, kami ke resto sebuah hotel berbintang dulu, mencari makanan ringan. Sembari menjuput kopi. Floor kami tinggal dulu. Acara kami skor selama 10 menit, baru mulai.

Pemilik nama asli Intan Purnamasari kelahiran Garut itu meraih selain artis, juga wakil rakyat di Senayan.

"Mas, meong!" itu kata menggoda yang diucapkan artis dan modis, Rieke Diah Pitaloka dalam sebuah iklan produk orang dewasa.

Dan saya berjumpa dengan pemilik nama putri nan jelita dari kerajaan Sunda, Dyah Pitaloka Citraresmi (1340-1357) yang menurut Pararaton dijodohkan dengan Hayam Wuruk.
Lembut dan halus aslinya dibandingkan di layar kaca. Tinggi untuk ukuran perempuan, bodinya sempurna: tidak gemuk tidak kurus.

Manja pembawaannya. Tapi pintar luar biasa. Saya mengenalnya di mimbar-mimbar diskusi dan seminar: tajam dalam memandang, kritis dalam analisis.Jangan dibayangkan seperti Oneng dalam sinetron, bagai langit dan bumi. Itu hanya menjalankan skenario.

Yang tidak banyak orang mafhum, dia punya penerbit. Dahulu kala, ketika SCTV masih ada rubrik pustaka, ia pembawa acara. Sangat cerdas ia di sana.

Rieke yang bersahaja, meski pesohor, mau makan apa saja yangn kita makan. Siang itu hanya kentang goreng dan teh hangat. Cukup membuatnya bermeong ria dan mata hadirin tidak lekang memandang ke arahnya.

**

Duduk dekat Nurul Arifin sudah biasa.

Bintang film yang kerap main di Warkop itu tinggi semampai. Asalnya dari Bandung. Saya dikisahkannya bagaimana dirinya (Nurul) yang melamar Mayong. "Ia ganteng, perhatian, dan baik hati," katanya.

"Saya yang ngelamar Mayong, bukan dia!' celutuknya. Susah juga menangkap katanya ini.

Nurul dan Mayong beda agama. Mayong Katolik. Tapi keduanya langgeng. Rumah tangganya harmonis.

Nah, tiap kali akan meminta Nurul jadi narsum, saya pamitnya ke Mayong. Ia kawan sesama yang bekerja di grup Kompas Gramedia, waktu itu. Jadi, mudah saja komunikasinya.

**

Dian Budiargo, penyiar TVRI itu kawan baik.

Sering saya undang untuk memberi cara-cara atau teknik retorika. Entah itu kepada dewan dari Kalbar, entah di gereja kami. Ia Doktor bidang Komunikasi dari UI. Kini berkarier sebagai akademisi di Universitas Terbuka. Orangnya cerdas dan suaranya emas.

**

Gubernur Jawa Timur, Khoffifah lain lagi.

Bicaranya enak. Dalam. Saya menajdi moderator membahas mengenai model Kepemimpinan Perempuan. Ia bersama pemilik perusahaan kecantikan terkenal, Martha Tilaar.

Saya telah mengenal Khoffifah sejak tahun 1990-aan. Jadi, berani juga sedikit bergurau.

"Tren pemimpin memang dari yang namanya Khoffi," kata saya.

"Dulu Sekjen PBB Khoffi Anan. Kini Khoffifah yang naik daun sebagai pemimpin."

Orang-orang yang mendengarnya, tertawa....

***