Sastra

Sayembara Cerpen| Gairah Literasi Orang Borneo, Luar Biasa!

Rabu, 19 Mei 2021, 11:15 WIB
Dibaca 857
Sayembara Cerpen|  Gairah Literasi Orang Borneo, Luar Biasa!
Gairah menulis orang Borneo, luar biasa!

Catatan akhir Sayembara Hari Terakhir: 19 Mei 2021, tenggat waktu: pukul 24.00.

Ruar biasa! Animo peserta. Lebih dari 100 cerpen masuk ke email Panitia. Saya mafhum. Ada nama besar. Di Wikipedia, tertera senarai Sastrawan Dayak. Saya tahu, 3 di antaranya turut meramaikan Sayembara yang mengusung topik keBORNEOan. Tanpa promosi khusus. Dari beranda ke beranda. Dari WAG ke WAG.

Juri ada 3: Saya, Pepih Nugraha,  dan Dodi Mawardi. Kami memutuskan: Semua naskah dibukukan, mungkin akan menjadi 3 buku, dengan judul: ANTOLOGI CERPEN BORNEO 1,2, 3.
Sebab, "Tidak ada naskah yang jelek. Yang ada: naskah yang belum diedit."
Semuanya juara, selain 10 besar!

Ada sisi edukasi Sayembara ini. Selain menggairahkan Literasi Borneo. Juga menggali potensi dan memotovasi para penulis Borneo.

Besar kemungkinan, akan ditambah total hadiah. Juga jumlah pemenang; bisa jadi: 20 besar.

Namun, saya haikul yakin. Peserta, yang barpartisipasi dan mengirimkan karya, bukan pertama-tama karena iming-iming hadiah. Lebih dari itu: ingin menjadi bagian dari geliat, sekaligus mencatat tonggak sejarah. Bahwa hari ini, justru ketika masa Pandemi, kita memasuki sebuah tata-dunia baru. Dan literasi membuat kita satu dalam sebuah tata-dunia baru itu. Maya tapi juga nyata. Nyata tapi juga maya.

Hal yang menyukakan, sekaligus membesarkan hati. Ada yang menulis, "Target saya ikut Sayembara ini pertama-tama bukan untuk menang. Melainkan turut berpartisipasi, menggairahkan literasi Borneo."

Ada juga yang menulis di beranda FB. "Yang penting, seperti janji Panitia, turut dibukukan. Sudah senang!"

Dan memang kami berjanji semua naskah yang masuk, dikurasi, diedit, dijadikan laik-terbit.

Dan akan dibukukan.

Ada sisi edukasi Sayembara ini. Selain menggairahkan Literasi Borneo. Juga menggali potensi dan memotovasi para penulis Borneo.

Siapa lagi, kalau bukan kita?

Bila lagi, kalau bukan sekarang?

Ayo! Gairahkan literasi Borneo!

Menulislah! Menulis adalah puncak dari literasi. Sebab, apa yang bisa dibaca, jika tidak ada yang: menulis?

Kata Alfin Toffler. "Suatu bangsa yang iliterasi, bukan semata-mata yang tidak bisa baca-tulis (buta aksara). Melainkan yang tidak dapat menggali dan menggunakan sumber tertulis dan tak-tertulis di sekitarnya untuk hidup."

Nah!

Tags : sastra