Puisi Masri Sareb Putra | Krayan - Batu Belad
KRAYAN I
Pada bunga mana kumbang
akan hinggap?
ketika langit meningkap gelap
cuaca tiba
memanggil unggas udara
pulang kembali ke sarang
para kelana melonjorkan kaki
bertumpu pada tiang awan
maka terbuka jalan bagai laut-mati
membelah belantara
hutan Krayan, yang perawan
tepian sungai memindai
bunga asoka puspawarna
menunggu tiba
kedatanganmu!
Desember 2020
Krayan II
Kubisikkan pada angin yang kelana
: kau di mana?
Laju anak-anak sampan
melintas hulu
memintas limbu
Sungai Krayan yang tak pernah jemu
(sukacita para penjala manusia)
Kutebar mata jala
pada lubuk lain
ikan-ikan datang
berenang menghampiri
pelian adalah
santapan
para sultan
Sungai tak pernah lelah berlari
membawa giram
sepanjang zaman
(panta rhei kai ouden menei)
lalu putih pun
menebar warna
buih
demi buih
Batu Ruyud, 2020
Yura Batu Belad
Sebaris anggrek hutan
kuning warnanya
menjalari batang kayu di limbumu
bernyanyi merdu
Onggok batu-batu kaku
kemudian muncul sosok putri ayu: Yurai
maka bertanya ia, "Mengapa engkau tangkap aku, Tekiling?"
"Kuingin kau jadi istriku!" jawab Tekiling
Lalu Yurai berdiri di tepi sungai Itu: Krayan
dan ia jadi manusia
Maka Takeling membawanya ke rumah
Malam hari. Ketika akan makan. Yura merebut tugas ibu mertuanya menanak nasi. Ia hanya ambil sebutir saja. Orang-orang heran.
Dan sebutir beras itu jadi seperiuk nasi.
Batu Belad.
Adalah Cinta
yang tak-pernah kembali.
Batu Belad, 2017