Sastra

Epistolary Novel

Jumat, 14 Mei 2021, 13:16 WIB
Dibaca 1.186
Epistolary Novel
Novel berbentuk catatan harian/curhat.

Novel dapat berbentuk curhat. Tapi tidak setiap curhat adalah novel. Bergantung pada alur. Juga temanya yang konsisten.

Dari sisi teori Creative Writing. Dikenal 9 ragam novel. Satu di antaranya: epistolary novel.

Curhat. Diary. Aatau catatan apa pun. Bisa menjadi novel yang luar biasa. Tambahi, bumbui, poles dengan sentuhan imaginasi. Novel Anne Frank yang luar biasa itu sebagai contoh adalah catatan harian.

Atau novel Dealova. Ia epistolary novel. Yang dikarang sohibku Dyan Nuraindya--ia mengaku ditulis waktu SMP. Sungguh awalnya merupakan catatan harian penulisnya.        

Catatan harian bisa menjadi titik awal membuat novel. Novel yang didasarkan catatan harian disebut epistolary novel.

Oret-oretan Anda di beranda FB, kicauan di Twitter, curhat di blog, bahkan WA dapat dikemas menjadi novel. Asalkan tahu caranya. Dan terampil menjalinnya dalam sebuah alur (plot) membentuk novel.

Bukankah per definisi plot ialah “A series of events through which the writer reveals what is happening, to whom, and why.”

Jika saja satu catatan harian dan catatan harian yang lain dirangkai dengan apik dan menarik, dari peristiwa satu ke peristiwa lain, maka itulah novel.

 Asalkan seluruh plotnya membentuk “gunung cerita” (the story mountain) yang memenuhi syarat-syarat sebuah novel.

Bukankah pula, salah satu dari 9 jenis novel adalah “epistolary novel”. Yakni novel yang ditulis berbentuk catatan harian, atau curhat peristiwa demi peristiwa?

Jadi, semudah itu menulis novel.

Tags : sastra