Nature Poems Masri Sareb Putra| Pemandian & Hidup Air!
Pemandian
Kaki gunung ada palung
tak punya telinga
tapi bisa dengar
gemuruh jatuh
tetes demi tetes
dari celah bebatuan
yang memintas zaman
Sejukmu hutan
membelai daun-daun
meningkah
bongkah batu yang kaku
dalam sendiri
sunyi kayu kayu
Congkak tegak pohon ulin
seperti batang lelaki
jauh dari wanita
yang datang pada
awal bulan pertama
Kemudian tiba bidadari
turun tergesa, dari khayangan
kutemani mandi
di perigi
ketika sunyi
Lalu sehelai selendang pun
tersudut
di balik batu
udang-udang besar
undang-undang dasar
Belantara ada untuk kita
kita ada untuk: cinta
seperti bidadari, yang turun
dari singgasana
bapaknya yang galak
Kaki Riam Itu, Sep. 2022
Hidup Air!
Pada saat hujan lebat turun meliputi bumi 40 hari 40 malam lamanya mulai dari hari ke-17 bulan ke-2. Semua makhluk bernyawa dan tak-bernyawa dihukum Tuhan dengan menurunkan air bah. Tak ada yang sisa, kecuali Nuh dan seisi bahteranya dan yang pasti bukan sisa tapi malah melimpah adalah air bah itu sendiri.
Maka kunang-kunang menampakkan cahayanya.
“Itu Tuhan!” kata orang-orang yang melihatnya. “Ia hidup, tidak mati.”
Air bah pun surut. Semua makhluk dilepas. Air pun dilepas bebas lagi ke samudera yang mahaluas.
“Hidup air!” kata seorang handai tolan Nuh yang menyaksikan peristiwa bebasnya air bah ke samudera kembali.
Nuh marah, menghardik orang yang lancang itu.
“Bukan hidup air, tapi: air hidup!” sela Nuh sembari mengingatkan jangan lagi membangunkan murka Tuhan dengan membuat dosa-dosa.
September 2022