Sastra

Belajar Menulis Dari Membaca - Refleksi Pengalaman Jean Paul Sartre

Kamis, 22 April 2021, 10:15 WIB
Dibaca 602
Belajar Menulis Dari Membaca - Refleksi Pengalaman Jean Paul Sartre
Kata-Kata Jean Paul Sartre

Judul: Kata-Kata

Judul Asli: Les Mots

Penulis: Jean Paul Sartre

Penterjemah: Jean Couteau

Tahun Terbit: 2000

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama                                                                    

Tebal: xxxvii + 346

ISBN:

 

Dalam khasanah penulis Perancis, nama Jean Paul Sastre (JPS) tak asing lagi. Ia dikenal sebagai seorang penulis eksistensialis. Ia juga dikenal sebagai sastrawan besar yang tulisannya tajam. Selain menulis esai-esai tentang eksistensi manusia dan fenomenologi, ia juga banyak menulis novel dan naskah drama. Bahkan JPS dianugerahi hadiah Nobel Sastra pada tahun 1964. Namun karena alasan idealismenya sebagai seorang penulis – takut akan kemasyuran yang akan membunuhnya (hal. 255), ia menolak menerima hadiah tersebut.

Buku “Kata-Kata” yang aslinya berjudul “Les Mots” ini merupakan autobiografi yang berisi perenungannya terhadap identitasnya sebagai seorang pembaca dan seorang penulis. Ia menggunakan riwayat hidupnya sebagai alur dalam mengungkapkan pengalamannya sebagai seorang pembaca dan sekaligus sebagai seorang penulis.

Saya tak hendak mengulas tentang pandangan filsafat JPS dalam ulasan yang saya tulis ini. Selain saya bukan ahli filsafat, menurut saya sudah banyak pihak yang mengomentari kiprah JPS di bidang eksistensialis. Saya hanya akan fokus kepada bagaimana ia tumbuh sebagai seorang pembaca yang keranjingan dan sekaligus penulis yang banyak mendapat ide dari buku-buku yang dibacanya. Bahkan JPS menganggap bahwa proses membaca dan menulis adalah sebuah ritual agama.

JPS adalah seorang penulis produk dari kerajinannya membaca. Karya-karya JPS selalu diwarnai dengan kutipan dan komentar dia tentang buku-buku yang pernah dibacanya. Uniknya, JPS tidak hanya mengomentari buku-buku serius yang dibacanya saat ia sudah dewasa. Seringkali JPS juga mengomentari buku cerita anak-anak yang dibacanya saat dia masih kecil. Bahkan tak jarang ia mengomentari buku-buku yang dibacakan oleh ibunya saat ia belum bisa membaca.

JPS dibesarkan sebagai seorang anak yatim di keluarga kakeknya dari pihak ibu. Ayahnya meninggal saat ia masih sangat kecil. Ia dibesarkan oleh ibu dan kakeknya, Charles Schweitzer, seorang guru Bahasa Jerman sekaligus penulis buku-buku matapelajaran (hal. xxiv). JPS dibesarkan dalam keluarga yang cinta buku. Dalam buku ini, JPS bercerita bahwa masa kecilnya lebih banyak dihabiskan bersama buku-buku yang ada di perpustakaan kakeknya, daripada bermain dengan teman-teman sebayanya. Ia sangat mencintai buku, bahkan sebelum ia bisa membaca. Kisah tentang ia pura-pura membaca sebuah buku di gudang membuat semua keluarganya takjub (hal. 59). Padahal buku tersebut adalah buku yang sudah dihafalnya karena sering diceritakan oleh ibunya. Sejak peristiwa itu JPS mendapatkan pelajaran membaca dari guru yang didatangkan oleh kakeknya.

Keluarganya yang berpandangan bebas membuat JPS tidak terkungkung kepada ajaran puritan. Ia tumbuh sebagai anak yang penuh imajinasi dan berani mempertanyakan segala sesuatu. Dalam buku “Kata-Kata” ini JPS menggambarkan bahwa pengasuhan anak bagi dia adalah upaya untuk menciptakan makhluk yang setipe dengan orang dewasa yang mengasuhnya, atau setidaknya menjadikannya seperti yang diharapkan oleh orang dewasa. Ia tidak terima dengan model pengasuhan yang demikian. Meski ia tahu bahwa orang dewasa yang mengasuhnya adalah orang-orang “yang bermaksud baik,” (hal. 150), namun ia tidak bisa menerima bahwa dirinya dibentuk sedemikian rupa supaya sesuai dengan harapan orang tua. Melalui buku-buku yang dibacanya ia memilih takdirnya sebagai seorang bebas. Buku-bukulah yang menjadi “pengasuhnya yang sesunggunya.”

Bagaimana JPS belajar menulis? Ia menulis sejak kecil. Ia mengakui bahwa karya pertamanya saat ia masih kecil adalah menulis ulang buku yang sudah dibacanya (hal. 150). Ia mengubah plot dan tokoh-tokohnya sesuai dengan imajinasinya. Karyanya di saat ia masih kecil ini diapresiasi oleh keluarganya, meski kakeknya tidak terlalu memujinya. Charles Schweitzer mengatakan bahwa takdir JPS adalah menjadi seorang penulis. JPS menuduh bahwa kakeknya sengaja “menjerumuskannya” menjadi seorang penulis, meski sebenarnya ia yakin bahwa kakeknya tahu ia sama sekali tidak berbakat. Ia mengakui bahwa peristiwa Flaubert yang memaksa Maupassant kecil menulis tentang pohon selama dua jam, sangat mempengaruhinya dalam membuat detail narasinya (hal. 212).

JPS mengakui bahwa tulisan-tulisannya diilhami oleh buku-buku yang dibacanya. Ia hanya mengubah di sana-sini, mengganti tokohnya, mengubah plotnya dan kadang-kadang mendramatisir lebih kuat pada peristiwa-peristiwa yang ditulisnya.

Dalam hal memilih tokoh, ia mempertimbangkan masak-masak. Dalam tulisan-tulisannya, ia sering menjadikan dirinya, atau setidaknya diri yang diidolakannya menjadi tokoh (hal. 321). Tokoh yang menggambarkan dirinya tersebut dimasukkan kepada cerita-cerita yang sudah pernah dibacanya.

Demikian pula saat merancang sebuah dramatisasi peristiwa. Pernah ia mempertimbangkan untuk membunuh tokoh ciptaannya dengan cara yang sangat sadis. Namun setelah mempertimbangkan ulang, ia tidak tega mengakhiri kehidupan tokoh yang sudah diciptakannya dengan cara sadis. Ia kemudian membelokkan kisahnya sehingga sang tokoh tak jadi terbunuh.

Terbukti bahwa aktifitas membaca telah membuat JPS menjadi seorang maestro dalam dunia tulis-menulis. Buku-buku yang dibacanya telah membuka wawasan dan imajinasinya. Buku-bukulah yang telah menjadi guru sesungguhnya dari JPS sehingga ia mencapai taraf penulis kelas atas di Perancis.

Kita harus berterima kasih kepada Dr. Alex Lanur yang telah mengenalkan dengan sangat baik siapa JPS dan pandangan-pandangannya tentang eksistensi manusia dalam pengantar. Kita juga patut berterima kasih kepada Jean Couteau yang menterjemahkan langsung dari versi Bahasa Perancis dengan bahasa Indonesia yang sangat baik tanpa harus kehilangan cita-rasa sastra yang memang menempel erat dalam buku aslinya.