Riset

Ketika Anak Mulai Egois

Sabtu, 27 Maret 2021, 21:39 WIB
Dibaca 1.229
Ketika Anak Mulai Egois
dokpri

Orang tua memiliki tugas yang tidak ringan dalam mendidik Anak. Persoalan Anak timbul seiring pertumbuhan dan perkembangan Anak. Tak semudah membalikkan tangan untuk menyelesaikannya. Perlunya edukasi dan pengetahuan dari para ahli.

Sabtu, 27 Maret 2021 Sekolah Kristen Kalam Kudus (SKKK) mengadakan kegiatan Fundraising Webinar for Education. Kegiatan dalam rangka menyambut HUT SKKK Jakarta yang ke-50.  Webinar sesi pertama ini mengangkat tema “KETIKA ANAK MULAI EGOIS”. Tema ini merupakan salah satu persoalan yang dihadapi dalam fase perkembangan Anak.

Dalam proses perkembangan, terdapat fase dimana seorang anak bertumbuh menjadi pribadi yang egois. Hanya fokus pada diri sendiri. Orang tua yang mampu mendampingi anak melewati fase ini akan mendapati Anaknya memiliki karakter yang peduli. Namun untuk mencapai itu orang tua perlu diperlengkapi.

Dalam proses perkembangan, terdapat fase dimana seorang anak bertumbuh menjadi pribadi yang egois. Hanya fokus pada diri sendiri. Orang tua yang mampu mendampingi anak melewati fase ini akan mendapati Anaknya memiliki karakter yang peduli.

Priska Natalia, M.Psi., Psi. hadir sebagai pembicara, seorang yang psikolog yang concern pada psikologi anak, keluarga dan industri. Sementara sebagai moderator webinar adalah Oktarina Tissia Kristi, S.Th staf bidang kurikulum SKKK Jakarta.

Dalam pemaparannya narasumber menekankan beberapa hal dalam menghadapi Anak ketika mulai egois.

Pertama, perlu memperhatikan ciri-ciri Anak egois yakni menunjukkan perilaku marah ketika hal yang menjadi kesenangannya “diambil oleh orang lain, tidak peduli, selalu, ingin dinomor satukan, selalu hanya untuk AKU, AKU, dan AKU, sulit berbagi dan memberi, bersikap baik karena ada maunya.

Kedua, kenali beberapa penyebab Anak menjadi egois. Misalnya, Anak dimanja yang berlebihan, rasa kesepian seperti pada masa pandemi ini anak-anak belajar jarak jauh, cemburu dengan saudara kandung, kurang perhatian ketika menghadapi kesulitan, dan karakter anak yang cenderung menutup diri. Tetapi biasanya anak bersikap egois karena meniru perilaku orang tua.

Ketiga, orang tua perlu memperhatikan perkembangan sosial anak berdasarkan usia. Menurut Erik Erikson’s: usia 0-1 mulai terbentuk ikatan kepercayaan dan ketidakpercayaan (trust and mistrust bonding); usia 1-3 tahun egois mulai terlihat karena anak mulai mengeksplorasi dalam banyak hal (autonomy, shame, doubt) orang tua dapat berperan sebagai kontrol; usia 6-12 tahun mulai terbentuk identitas diri (industry vs inferiority) untuk itu anak perlu dilatih mandiri, kegigihan dan tanggung jawab; usia 12-18 tahun krisis identitas (identity vs role confusion) sehingga membutuhkan arahan yang tepat untuk bisa mandiri dan percaya diri.

Keempat, orang tua perlu memperhatikan tahapan pendampingan terhadap anak dalam pembentukan perilaku berdasarkan usia. Pada usia 0-5 tahun perlu ditekankan sikap disiplin. Usia 6-12 tahun orang tua memberikan pelatihan kepada Anak. Usia 13-18 tahun orang tua berperan sebagai pembina (coaching). Ketika anak berusia 18 tahun ke atas orang tua berperan sebagai teman, sehingga mulai mengurangi “perintah-perintah” dan memperbanyak mendengar.

Kelima, orang tua perlu menyadari bahwa Anak yang lahir di keluarga pada dasarnya harus dikasihi karena itu keluarga harus dibangun dengan dasar kasih dan karakter. Kasih orang tua kepada anak harus terwujud nyata. Anak akan mengekspresikan kasih anak kepada orang lain. Kasih kepada orang lain akan bermanfaat untuk mengajarkan bagaimana berbagi, peduli dan perhatian (simpati), dan merasakan apa yang sedang dialami oleh orang lain (empati).

Keenam, lalu bagaimana mengatasi anak-anak yang mulai egois? Untuk menjawab itu diperkenalkan istilah 5-M, yakni: (1) Mengajarkan anak akan pentingnya berbagi, (2) Membiasakan memberikan tugas kepada Anak dengan metode tugas kelompok atau melibatkan orang lain, (3) Memberikan tugas kepada Anak yang tidak bisa jika dikerjakan sendiri, (4) Menghargai pentingnya memahami perasaan orang lain, (5) Menjadi teladan bagi Anak.

Dalam mengatasi masalah ketika Anak mulai egois orang tua harus memainkan perannya dengan tepat. Oleh karena itu hal-hal di atas perlu diperhatikan. Sekarang kembali kepada orang tua bagaimana menunjukkan sikap nyata sehingga Anak dapat menirunya.

Dalam mengatasi masalah ketika Anak mulai egois orang tua harus memainkan perannya dengan tepat. Sekarang kembali kepada orang tua bagaimana menunjukkan sikap nyata sehingga Anak dapat menirunya.

Acara juga dimeriahkan oleh Jacqlien Celosse sebagai bintang tamu.  Jacqlien merupakan penyanyi rohani Kristen namun kehadirannya justru lebih sebagai orang tua yang membagikan pengalaman hidupnya dalam mengatasi anak yang mulai egois. Tentu saja ini memberikan penguatan kepada peserta. Tapi rasanya kurang seru kalau tidak mendengar suara Jacqlien begitu permintaan seorang peserta melalui kolom chat. Maka diakhir sharing-nya ia pun menyanyikan reff lagu “Engkau Alasan Ku Hidup”.

Dalam acara webinar ini juga dilakukan penggalangan dana sebagai ajang berbagi kasih. Maka terkumpul sejumlah dana dari para donatur yang meliputi peserta, perusahaan, dan institusi lainnya termasuk beberapa universitas. Dana tersebut digunakan untuk bantuan pendidikan bagi peserta didik yang mengalami kesulitan ekonomi karena dampak pandemi covid-19.

Seperti kata pepatah “sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui”. Sekali kegiatan namun beberapa keuntungan dan manfaat dapat diperoleh dan dirasakan.

Akhirnya, selamat ulang tahun SKKK Jakarta ke 50 makin menjadi berkat bagi pembangunan sumber daya manusia.