Literasi

Dari Mata Turun Ke Hati

Kamis, 24 Februari 2022, 11:27 WIB
Dibaca 760
Dari Mata Turun Ke Hati
Tak dapat disangkal, mata merupakan jendela hati dan berperan penting dalam suatu hubungan. Beberapa hal penting dalam hubungan bisa diungkapkan lewat tatapan mata. Tatapan mata bisa menjadi cara mudah bagi setiap orang untuk menyampaikan perasaannya, termasuk mengungkapkan rasa suka maupun rasa sedih.

Sama seperti hari itu, dimana aku jatuh hati kepada mahasiswa teknik sipil di universitasku. Hanya dari tatapan, dia berhasil menyihir hatiku.

Hari demi hari berlalu, aku selalu semangat memulai hari untuk pergi ke kampus karena pada saat di kampus aku selalu bertemu dengan Reno. Ya. Reno namanya, senior kampusku yang telah memikat hatiku. Dia salah satu anak teknik sipil di kampusku. Ketika ia sedang latihan aku selalu duduk di kursi penonton dan menyaksikannya latihan sambil sesekali meminum kopi favoritku. Tak jarang ia melihat ke arahku dan memberikan senyuman, begitupun juga aku saat dia melihatku aku juga memberikan senyuman, senyumannya itulah yang selalu mengacaukan hatiku. Di saat ada lomba, Reno selalu mengikuti pertandingan tersebut, karena dia adalah salah satu pemain terbaik di kampusku. Setiap kali dirinya bertanding, aku selalu duduk di kursi paling depan untuk menyaksikannya. Aku tidak ingin melepaskan pandanganku dari Reno.

Pada suatu hari, kebetulan aku tidak membawa mobil ke kampusku karena ban mobilku pecah, ketika aku akan beranjak pulang tiba-tiba hujan turun dengan sangat deras dan tidak memungkinkan aku pulang dengan naik ojek yang ada di dekat kampusku. Kebetulan sekali mobil Reno lewat dan berhenti di depanku, dia membuka jendela dan menawariku tumpangan. Awalnya aku ragu menerima tawarannya reno, meskipun aku menyukainya tapi tetap saja aku merasa canggung jika hanya berdua dengan dia di dalam mobil. Hujan yang semakin deras tak menandakan reda akhirnya aku memutuskan untuk ikut pulang bareng reno. 

“Kok kamu gak bawa mobil?” Tanya Reno

“Ban mobil aku pecah tadi pagi, jadi aku titipkan di bengkel.” Jawabku

Reno menjawab “Oh gitu, kalau besok gak ada yang ngantar pulang lagi kamu boleh kok ikut sama aku.

”Aku hanya bisa berkata “Haha makasih udah nawarin, ngerepotin aja nanti.” Semakin hari semakin besar rasa cintaku padanya.

Keesokkan harinya, ku berjalan menelusuri lorong kampus menuju ruang kelasku tanpa sengaja aku berpapasan dengan Reno di lorong kampusku. Aku kaget, seperti tak menyangka akan bertemu langsung dengannya lagi, kami pun saling memandang  saat itu juga ia memberiku senyuman khasnya yang sangat manis namun aku hanya membalasnya dengan senyuman kecil. Aku ingin jual mahal dengan harapan dia yang mengejar diriku dan bukan sebaliknya.

Setelah ia tersenyum kepadaku di lorong itu, ia langsung memanggil diriku “Anjani?”

Pada saat itu juga rasanya diriku ini seperti mau terbang, dan aku langsung menoleh ke belakang ke arah Reno dan menjawab dengan penuh rasa malu “Iya?” Reno berjalan mendekat ke arahku “Ini nomor HP aku, besok kita ketemuan di kafe Killney bisa ya? Ada yang mau aku omongin. Kamu kabarin aku lewat nomor yang aku kasih.”

Diriku hanya bisa menganggukkan kepala dengan perasaan senang dan malu yang bercampur tidak tertahankan. Di malam harinya yang aku pikirkan hanyalah pergi ketemuan dengan Reno, hingga aku tidak bisa tidur.

Keesokan harinya disaat sore hujan turun dengan sangat deras tetapi aku masih ingat bahwa saat itu juga diriku harus pergi ke kafe Killney untuk menemui Reno. Tanpa berpikir panjang aku langsung mengambil jaket dan kunci mobil untuk pergi ke kafe Killney. Sesampainya diriku disana aku belum melihat tanda-tanda keberadaan Reno.

Aku langsung saja memesan kopi kesukaanku yaitu cappucino, kebetulan cuaca sedang sangat dingin sore ini, jadi aku memesan cappucino panas kesukaanku. Karena cuaca yang sangat dingin, aku jadi ingin pergi ke toilet sembari menunggu pesanan kopi ku datang. setelah ku dari toilet, aku melihat waiters mengantar pesananku ke tempatku duduk dan aku pun melihat Reno sudah ada duduk disitu. Aku menghampiri Reno dan menanyakan kabarnya sambari ku menikmati secangkir kopiku, tubuhku yang sudah gemetar kedinginan seketika langsung kembali hangat, Reno yang berada di hadapanku menatap ku dengan penuh kehangatan ditambah dengan senyum manisnya yang membuatku ingin berlama-lama ngobrol bersamanya.

“Kamu udah lama nunggu disini?” Tanya Reno

“Gak juga sih.” Jawabku

Kemudian aku menawari reno untuk memesan minum

“Kamu enggak mau mesen minum,Ren ?" tanyaku

“Enggak deh nanti aja.”

“Oh iya, gimana nilaimu di kampus?”

“Ya gitu-gitu aja sih, enggak ada yang terlalu istimewa juga nilai aku.” Jawab Reno

“Oh gitu, kalau aku sih paling senang waktu kelas matematika, makanya nilai aku bagus disitu, ngomong-ngomong apa yang mau kamu bilang sama aku?”

Reno menjawab dan disaat bersamaan aku menyeruput kopiku untuk yang kedua kalinya

“Sebenarnya aku cuma mau bilang kalau aku sayang sama kamu.”

Dari balik cangkir itu rasanya aku ingin berteriak dengan penuh rasa senang dan gembira.

Aku melihat mata dan senyum yang ada di wajah Reno dan aku langsung tahu bahwa semua yang diucapkannya itu tulus kepadaku, namun pandanganku itu teralihkan oleh sebuah layar TV yang berada di kafe itu, berita tentang mobil Camry hitam dengan nomor polisi B 98 EZ yang mengalami kecelakaan tunggal hingga masuk ke dalam jurang dan sedang dievakuasi, sontak aku bertanya kepada Reno
“Kamu tau gak itu mobil siapa? Sepertinya aku pernah lihat.”

Tiba-tiba ada seorang pelayan yang mendatangiku dan menepuk pundakku, di belakangnya ada orang berseragam seperti polisi

“Mbak, sudah agak lama dari tadi anda ngomong sendirian, ini ada orang yang ingin menemui anda.

”Polisi itu datang ke arahku dan bertanya “Apakah benar anda adalah Anjani kawan dari Reno?”

“Ya saya sendiri Anjani, ada apa ya pak?”

“Mobil Camry dengan nomor polisi B 98 EZ atas nama Reno baru saja mengalami kecelakaan dan masuk ke jurang, kami menemukan HP Reno dan yang ada hanya SMS dari nomor anda yang berisi bahwa anda sudah menunggu di kafe ini dan kami pun langsung menuju kemari, apa benar ini SMS dari anda dan anda mengenal Reno? Kata polisi tersebut sambil menunjukkan SMS dari HP Reno.

Aku langsung menjawab

“Iya benar.” Jawabku

Aku menoleh ke arah reno tapi ketika ku mengarahkan pandanganku ke arahnya, Reno yang tadi ada di hadapanku justru tidak ada.

Aku masih tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh polisi tadi seketika lututku lemas tak sanggup aku untuk berdiri hingga akhirnya aku terduduk diam merenung dengan penuh ketidakpercayaan, mataku pun berkaca-kaca menahan air mata yang ingin jatuh. Pikiranku yang masih membayang-bayangkan senyuman manis Reno yang kulihat tadi ternyata bukanlah raganya melainkan arwahnya reno, ia datang kepadaku untuk menyampaikan sebuah pesan dan menjadi salam perpisahan terakhir darinya. 

***

Bersambung ...

Tags : literasi