Catatan dari Pelatihan Konversi Penelitian ke Format Buku
Masa pandemi ini telah mengubah beberapa perilaku atau bentuk kegiatan. Salah satunya seminar yang biasanya dilakukan di sebuah gedung pertemuan namun kini bisa dilakukan secara virtual. Nah, pada 1 Februari 2021 kegiatan semacam itu digelar dengan tema “Konversi Penelitian ke format buku”.
Webinar ini diselenggarakan oleh penerbit E-book An1mage. Sebagai panitia penyelenggara yakni, Michael Sega Gumelar. Sega Gumelar juga pendiri Dcreate untuk pemasaran karya digital.
Hadir sebagai pembicara R. Masri Sareb Putra yang sudah berpengalaman dalam bidang itu. Beliau seorang penulis, karyanya lebih dari 100 buku. Selain itu, Masri merupakan direktur di lembaga penerbit dengan bendera Lembaga Literasi Dayak. Pengalaman beliau dalam dunia menulis termasuk juga dalam bidang akademis mendorongnya untuk membuat buku dari hasil penelitian.
Dalam Webinar ini segala seluk beluk mengenai bagaimana hasil penelitian dapat dikonversi ke format buku dipaparkan dengan gamblang. Pemaparan dibuka dengan apa pentingnya hasil penelitian dikonversi ke format buku?
Misalnya, jika memiliki cita-cita sebagai profesor di bidangnya, perlu banyak buku yang terindeks oleh google scholar, dengan kum 40 poin per buku. Memang untuk membuat sebuah buku memerlukan perjuangan, semangat, keberanian, pengalaman, dan pengorbanan. Pengorbanan berupa waktu, tenaga, pikiran, keterampilan, dan tentu saja finansial. Mungkin keterampilan dan pengalaman belum cukup namun kemampuan finansial sudah siap.
webinar ini sangat penting untuk menjawab rasa penasaran tersebut sekaligus menimba ilmu. Kenyataan ini dapat dilihat dari peserta yang rata-rata akademisi. Menariknya, narasumber juga memberikan kesempatan bagi yang sudah memiliki pengalaman untuk berbagi tips dan motivasi.
Sekilas pandang soal konversi hasil penelitian ke format buku. Pertama, bahan dari tugas akhir akademis seperti skripsi, tesis dan disertasi. Untuk disertasi bisa dikonversi menjadi 2-3 buku. Jadi seorang Dr. sudah 3-5 buku siap terbit.
Kedua, teknik konversi misalnya kata penelitian di ganti dengan buku. Judul dibuat lebih menarik pembaca. Sederhana, hal yang bersifat khusus dibuat lebih umum sehingga diterima oleh kalayak tanpa mengurangi esensi.
Jadi seorang akademisi atau dosen tidak lagi membawa buku sendiri untuk mengajar. Tentu saja mahasiswa yang ingin mendapat lebih banyak ilmu dari sang dosen akan membeli buku. Ini merupakan salah satu teknik marketing. Jadi tidak ada buku yang tidak laku. Marketing adalah bagian ketiga.
Untuk ISBN (International Standard Book Number) diserahkan kepada lembaga penerbit baik untuk e-book maupun cetak. Walaupun mengurus ISBN gratis namun pihak pemohon harus terdaftar di Perpustakaan Nasional sebagai yang berwenang mengeluarkan ISBN di Indonesia.
Sementara mengenai bagaimana menerbitkan E-book yang terindeks Google Scholar juga tak luput dari pembahasan. Dan penerbit An1mage akan mengakomodasi mengenai hal itu. Sedangkan untuk buku cetak dapat melalui LLD (Lembaga Literasi Dayak). Lengkap.
Peserta Webinar ini mendapat e-sertifikat, e-materi, dan bimbingan pasca webinar. Bimbingan pasca webinar akan semakin memantapkan sekaligus praktek langsung konversi. Sangat menarik bukan!
Kiranya acara semacam ini boleh menjangkau lebih banyak lagi akademisi dan penggiat literasi.