Literasi

The Power of Tulisan Tangan

Selasa, 4 Oktober 2022, 08:11 WIB
Dibaca 583
The Power of Tulisan Tangan
Teks Proklamasi: tulisan tangan Bung Karno.

Tulisan tangan (tt).

Saya mengagumi beberapa tokoh dengan tulisan tangan menawan. Bung Karno, salah satunya. Teks Proklamasi, aslinya tulisan tangan sang Proklamator.

Selain Bung Karno, ayah saya juga bagus tulisan tangannya. Menurun pada anak perempuan saya. Tulisan tangan saya, kata orang, pun terbilang: lumayan.

Pada zaman dahulu kala, terutama orang-orang yang bersekolah di bawah tahun 1980- an, sungguh sangat indah. Rata-rata mereka indah tulisan tangannya. Hal itu bukan tiba-tiba. Sebab dipelajari. Ada pelajaran khusus: Menulis Indah. Saya masih ingat guru menulis indah waktu SD: Metar namanya. Ada 3 garis. Di tengah-tengah, baris kedua, untuk huruf datar, misalnya : m. Di atas garis, untuk huruf kait ke atas, misalnya: t. Sedangkan baris ketiga untuk huruf yang kaitnya ke bawah, misalnya: j.

Jadi, memang ada pelajarannya!

Di sekolah-sekolah formal, kepada siswa-siswi diajarkan teknik menulis indah. Buku tulis atau batu loh ada tiga garis.

Orang yang terampil menulis indah, dapat bekerja sebagai sekretaris atau bekerja di kantor kantor atau di bagian kearsipan. Mereka menuliskan atau menyalin surat keputusan di zaman Kompeni Hindia-Belanda.

Di situlah tempat orang menulis indah, naik, turun,  tengah. Semua teratur dengan rapi. Itu adalah pelajaran pertama menulis indah bagaimana misalnya huruf a, b, j, k, l harus dituliskan sesuai dengan peruntukannya. Dari baris ke atas baris ke bawah atau dalam 3 baris; semua huruf itu tampak jelas bagaimana cara menulisnya.

Pekerjaan sebagai notulis atau penulis, ketika itu sungguh sangat langka.Sedemikian rupa, sehingga laku dipekerjakan di berbagai kantor atau jawatan.

Orang yang terampil menulis indah, dapat bekerja sebagai sekretaris atau bekerja di kantor kantor atau di bagian kearsipan. Mereka menuliskan atau menyalin surat keputusan di zaman Kompeni Hindia-belanda.

Bahkan cukup banyak buku di zaman kompeni Hindia Belanda ditulis dengan tulisan tangan. Juga surat-surat dinas, ditulis dengan tangan pula. Bukan mesin. Hasilnya?

Menakjubkan. Sungguh luar biasa!

Wacana dengan demikian bukan sebatas realitas yang dinarasikan melalui huruf dan kata; melainkan juga ada dimensi estetikanya.

Jangan lewatkan baca juga: https://bibliopedia.id/the-power-of-tulisan-tangan/?v=b718adec73e0