Puskurbuk - Pengalaman Saya Menulis Panduan BNTP
Saya sama sekali gagal-paham. Jika mengikuti proses seperti saya menulis buku panduan Penulisan Buku Non Teks Pelajaran (PBNP) ini. Niscaya buku PPKN yang menghebohkan itu, tidak terjadi.
Saya hanya cerita tentang saya. Ihwal pengalaman menulis buku panduan, yang tidak boleh salah.
Saya diminta presentasi setiap materi. Seperti sidang Tesis: diuji 5 pihak: ahli ilmu perkembangan, praktisi perbukuan, ahli bahasa, profesor bidang pendidikan, dari Kejaksaan, Kementerian Agama.
"Kami memberi masukan. Selanjutnya, silakan diolah yang telah dikritisi itu!" demikian para pakar.
Kebijakan perbukuan nasional akan kembali ke dulu lagi: mengikutsertakan peran masyarakat/ swasta. Namun, buku-buku yang akan digunakan di sekolah wajib melalui jalur penilaian Pemerintah/ Puskurbuk.
Saya pernah mau mutung. Gegaranya, dicecar habis. Namun, pada akhirnya, saya sadar: itulah proses dialektika.
Setelah itu, "berdamai kembali". Seperti tampak pada gambar. Saya melebarkan senyum bersama Sofie Dewayani (Yayasan Litara-Bandung), Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Depdikbud, Tjipto Sumadi dan Tim seusai rakor membuat rambu-rambu di dalam pengadaan dan penilaian buku nonteks pelajaran untuk sekolah2 se-Indonesia.
Kabar baik bagi penulis/penerbit dan insan perbukuan: akan ada program membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai dan buku-buku yang bermutu akan menjadi sumber/ bahan bacaan. Saya akan membuat manual/ buku vademe cum sebagai acuan/ inspirasi.
Kebijakan perbukuan nasional akan kembali ke dulu lagi: mengikutsertakan peran masyarakat/ swasta. Namun, buku-buku yang akan digunakan di sekolah wajib melalui jalur penilaian Pemerintah/ Puskurbuk.
Program ini selain meningkatkan delapan ranah kompetensi siswa (octagonal competencies) juga dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan/ kepribadian siswa dan menggairahkan industri perbukuan di Tanah Air.
Kerangka umum acuan buku nonteks yang baik dan bermutu adalah yang:
1. Mendorong/ merangsang siswa berpikir
2. Meningkatkan keterampilan berkomunikasi
3. Mengasah dan menanamkan semangat sikap kerja sama
4. Menumbuhkembangkan sikap meneliti
5. Menumbuhkembangkan sikap sains
6. Mengasah kemampuan reflektif
7. Menumbuhkembangkan sikap hormat
8. Menumbuhkembangkan tanggung jawab
Nah, itulah. Itulah yang saya alami selama, dan ketika, menulis buku ini.