Literasi

Biografi: Tuhan, Berikan Saya Rezeki yang Melimpah!

Kamis, 1 April 2021, 22:57 WIB
Dibaca 860
Biografi: Tuhan, Berikan Saya Rezeki yang Melimpah!
Biografi: memotong kurva belajar.

Buku mengikat ilmu. Jika orang sukses menemukan "ilmu sukses" belasan, bahkan puluhan tahun. Pembaca cukup beberapa jam. Membaca. Lalu mencerapnya dari biografi. Kisah sukses orang sukses.

Jadi, membaca memotong kurva belajar. Namun, tahu saja tidak cukup. Kata Dr. Yansen TP, pengetahuan harus dilakukan. Lalu dijadikan!

Meski tidak tergolong produk best seller, perilaku penjualan buku biografi di negeri kita terbilang moderate.  Ya. Sebab Indonesia bukanlah Amerika. Bill Clinton, syahdan lebih kaya sebagai penulis –dan narasumber—sesudah tak lagi jadi presiden karena menulis dan menerbitkan buku autobiografinya. Menjadi international bestseller. Terjual jutaan kopi setahun. Lalu diundang ceramah ke mana-mana, karena buku itu, dan dibayar.

Kata Prof. Dr. AB Susanto, "Buku biografi adalah Humas terbaik dan paling efektif!" Ia buktikan sendiri. Jika klien datang ke kantornya, Susanto cukup memberinya gift bukunya yang dicetak luks. Terbukti daya dari kata-katanya!

Hal yang menarik, sang mantan tidak mengganggu panggung penerusnya. Ia menulis buku. Dan memberi motivasi, sekaligus pencerahan bukan saja bagi warga Amerika, juga kepada dunia.

Mencengangkan! Jumlah royalti yang diterima Clinton, jauh lebih besar daripada gaji sebagai presiden Amerika. Luar biasa!

Kisah hidup Clinton memang bak sebuah novel. Tokoh yang senantiasa ingin diketahui sampai ending kisahnya berakhir. Kedekatannya dengan pegawai Gedung Putih, wanita seksi nan molek asal Polandia, Monica Lewinsky, tentu berdaya magnit. Sedemikian rupa, sehingga banyak orang penasaran. Ingin memuaskan keingintahuannya lewat biografi itu.

Tapi sungguh menarik apa yang dikemukakan Trump ihwal affair Presiden Amerika ke-42. “People would have been more forgiving if he’d had an affair with a really beautiful woman of sophistication….” Apakah karena kontroversial ini biografi Clinton laku? Tidak juga!

Buku biografi laku seperti dikemukakan Hedges dalam Read & Grow Rich (2000: 112), "If you want to be successful, you have to do what successful people do." Jika Anda ingin sukses, lakukan apa yang dilakukan orang-orang sukses.

Bill Clinton syahdan lebih kaya sebagai penulis –dan narasumber—sesudah tak lagi jadi presiden karena menulis dan menerbitkan buku autobiografinya. Menjadi international bestseller. Terjual jutaan kopi setahun. Lalu diundang ceramah ke mana-mana, karena buku itu, dan dibayar.

Dengan membaca biografi, seseorang memetik bukan saja kekayaan dan memotong kurva belajar, melainkan juga hikmat kebijaksanaan. Ibarat kelapa: ambil santan buang ampasnya. Belajar dari dua sisi: yang baik diambil sebagai sari santan; sedangkan yang dianggap kurang pas, jadi ampas.

Sesungguhnya, genre biografi asli orang Indonesia sudah sejak lama terbit dan ada. Penelurusan sementara menunjukkan, biografi pertama ditulis Im Yang Joe adalah biografi Bung Karno. Diterbitkan Boekhandel Ravena, Solo, Java, tahun 1933, saat situasi politik di Hindia sedang panas-panasnya dan BK saru saja keluar dari penjara Sukamiskin, Bandung.

Namun, siapa sebenarnya Im Yang Joe? Ternyata, nama pena dari seorang wartawan yang bernama asli Tan Hong Bun.

Agaknya, Ramadhan K.H. boleh disebut “bapak bografi Indonesia”. Proses kreatifnya mengarang, termasuk menulis biografi, tahun 1980-an, sangat mengesankan. Dalam Eneste (1995: 136), Ramadhan mengisahkan proses kreatifnya menulis roman-biografi Kuantar ke Gerbang. Biografi tentang hubungan Inggit Garnasih dan Bung Karno(BK) ini pertama terbit pada 1981.

“Dari biografi saya mendapat banyak uang. Tapi dari mengarang saya mendapat kepuasan,” aku ayah drummer, Gilang Ramadhan.

Dari pernyataan Ramadhan tebersit bahwa seorang tokoh mengeluarkan dana pribadi untuk membiayai bukunya. Namun, penjualan biografi BK karya Cindy Adams cukup mengesankan. Seperti dikisahkan BK kepada Hariyatie, royaltinya bisa untuk membeli sebidang tanah –di area Mall Taman Anggrek saat ini-- pada waktu itu.

Terbit pula biografi tokoh seperti Hoegeng, Jenderal Sumitro, Soesilo Soedarman. Lalu, yang boleh dibilang laku adalah biografi LB Moerdani yang ditulis wartawan senior, Julius Pour. Buku yang terbit tahun 1993. Dari sekian biografi tokoh, biografi Moerdani ini boleh dibilang laris. Penjualannya, sebagai komoditas, di atas moderat. Sebuah fenomena yang menarik diteliti.

Masih banyak terbit biografi tokoh setelah itu. Bahkan, yang menjadi semacam tren, ialah para selebritas menerbitkan pula biografinya. Dari Imelda Fransisca, Miss Indonesia 2005—berjudul You Can be Anything and Make Changes (2005), hingga Kris Dayanti berjudul My Life My Secret (2014).

Biografi semakin marak dari masa ke masa, memenuhi gerai toko buku di tanah air. Dari Habibie hingga Ahok. Namun, ditilik dari perilaku penjualan sebagai komoditas, perilaku penjualannya moderat. Artinya, setahun terjual 1.500. Jarang ada yang tembus angka 3.000/tahun.

Angka penjualan 1.500 berarti sedang-sedang saja. Dari sekian banyak biografi yang terbit, dan dijual di gerai-gerai toko, ternyata bisa disimpulkan dua. Pertama, biografi yang laris ialah yang tokohnya sedikit kontroversial. Bung Karno, Benni Moerdani, Seoemitro, Ahok, sebagai contoh. Kedua, biografi khas yang terbit di Indonesia hampir selalu sama strukturnya: kronologis.

Berbeda dengan di Amerika dan Eropa yang memilah-milah biografi tokoh ke dalam berbagai bidang/ bidik. Ada yang sekilas saja masa kecilnya, lalu fokus di proses penemuan, atau keahliannya.

Hal yang juga berbeda, ternyata, dengan berbahasa Inggris, biografi lebih luas pemasarannya. Buku terbitan Amerika misalnya, bisa dijual di Indonesia. Tetapi buku berbahasa Indonesia, tidak bisa sebaliknya.

Umumnya, biografi orang Indonesia tebal-tebal. Jika luks luks sekali. Kertas art paper dan semuanya color. Namun, jika sederhana, sangatlah minimalis. Kertasnya koran dan hitam putih. Berbeda dengan buku-buku biografi terbitan luar negeri. Tidak selalu tebal. Tidak senantiasa banyak grafisnya, tapi juga gambar.

Kita saksikan, di toko buku, buku-buku biografi impor tokoh dunia malah mengisi space khusus. Sementara biografi tokoh atau orang Indonesia, jika sudah habis masa display di bagian “New Arrival” dan tidak bergerak makin naik penjualannya dalam waktu dua minggu, akan ditaruh di antara rak-rak tak tentu, di belakang sekali.

Space best seller di gerai toko buku, tak sembarang buku bisa ditaruh di sana! Hanya yang kencang saja penjualannya.

Toh demikian, buku biografi tetap diminati. Meski tidak selalu kencang. Ia produk sepanjang zaman. Karena kelenturan isi pesannya yang tahan zaman.

***

Sebagai Penulis biografi --berbilang angka lebih dari 20 buku-- saya telah puas makan manisnya buah mangga (bukan asam garam). Ketika awal mula menjadi penulis biografi, ya gak pasang tarif. Sekuatnya kantong yang mesan. Kalau misal gak begitu tebal, ya sudah semampunya.

Tapi tanpa disadari, dari yang "teri teri" itu, saya mulai menambah jumlah porfolio. Cerita dari mulut ke telinga pun beredar, berpendar. Biografi konsultan bisnis dan manajemen, Prof. Dr. AB Susanto, paling banyak "menjual" saya ke kliennya. Saya telah menulis 3 biografi-professionalnya. Kata Susanto, "Buku biografi adalah Humas terbaik dan paling efektif!"

Ia buktikan sendiri. Jika klien datang ke kantornya, Susanto cukup memberinya gift bukunya yang dicetak luks. Full color. Kertas art paper. Jilid hard cover. "Tinggi hati rasanya bercerita tentang diri sendiri. Lebih baik memberinya buku biografi. Membaca judul dan subjudul sudah cukup. Apalagi seluruh narasinya. Tapi branding kita, nancap di kepalanya. Lagi pula, buku itu disimpan," terang Susanto.

Tapi tiga tahun belakangan, nothing to loose saja. Saya sembarang, sembari merem saja, sebut angka! Gak tahunya, yang mesan: mau.

Pernah saya mendapat "tukuk garam" dari nulis biografi. Itu tahun 2017. Ya, cukup untuk menggarami sayur di pancilah. Tapi belum cukup untuk menggarami telaga, apalagi air laut.

Tahun lalu, 2020, saya mendapat durian runtuh. Tapi, tentu, semua itu tidak jatuh dari langit. Perlu waktu. Perlu upaya. Setidaknya usaha untuk mengguncang-guncang dahan durian, agar runtuh, jatuh dengan buah-buahnya yang minimal sudah tua dan bisa diperam. Selain dituntut endurance, semangat yang tetap bulat menyala. Berkanjang sampai hasil.  Dan yang terpenting: passion.

Tiap malam, sebelum tidur. Saya berdoa, "Tuhan, berikan aku rezeki yang melimpah!"

Semacam doa permohonan. Sekaligus harapan bagi pekerja-kata.

Harapan itu yang buat saya cepat terlelap, begitu membaringkan badan dan meletakkan kepala di alasnya. Dan senantiasa semangat bangun pagi. Ritual saya pertama, sebelum melakukan yang lain-lain adalah: menyalakan laptop. Baru ke WC. Dan minum kopi. *)

Penulis adalah penulis buku-buku biografi.