Literasi

Jangan Biarkan Ide Membusuk di Kepala

Minggu, 19 Mei 2024, 12:49 WIB
Dibaca 303
Jangan Biarkan Ide Membusuk di Kepala
Pelatihan menulis.

Pepih Nugraha

Penulis senior

Ada pertanyaan menarik dari salah seorang siswi SMK 1 Tanjung Selor, peserta pelatihan menulis pariwisata Kalimantan Utara, tentang bagaimana caranya memperlakukan ide menulis cerita ketika ide sudah didapatkan.

"Saya tidak tahu harus bagaimana ketika ide sudah didapatkan dan terlebih lagi bagaimana cara menuliskannya," katanya.

Saya menjawab spontan pertanyaan ini dengan mengatakan, "Jangan biarkan ide itu membusuk!" Bahkan saya mengungkapkan dengan sebuah metafora "tempalah besi selagi panas".  Percuma menempa besi setelah dingin, sebab akan sulit dibentuk lagi.

Dua jawaban saya sesungguhnya syarat mengandung pelajaran dasar menulis. Saya mencoba menceritakan pengalaman saya pada masa lalu bagaimana ketika ide atau gagasan utama sudah didapatkan saya menuliskannya dalam secarik kertas atau dalam sebuah notes.

Belakangan setelah era ponsel merebak di mana-mana, saya dimudahkan dengan cara menuliskan ide secara garis besarnya atau katakanlah sinopsisnya, bahkan belakangan ketika ide itu didapat tidak harus ditunda lagi karena saya langsung menuliskannya di ponsel tersebut, walaupun yang saya tuliskan merupakan garis besar pemikiran. 

Tetapi intinya yang ingin saya sampaikan adalah, jangan terlalu lama menunda ide ketika ide sudah didapatkan. Cari pulpen, mesin tik, laptop atau ponsel untuk mewujudkannya. Segera eksekusi ide tersebut menjadi sebuah tulisan. Bahkan saya mengatakan, ide yang terlalu lama disimpan itu akan menjadi busuk dan barang yang busuk itu sudah tidak bisa diapa-apakan alias tidak bisa dimanfaatkan lagi. 

Ide yang membusuk juga mubazir karena kadang sulit untuk merekonstruksi ide yang selintas tersebut. Ide selintas boleh dikatakan seperti "Blink" sebagaimana ditulis oleh Malcolm Gladwell, yang bercerita tentang bagaimana ide itu kerap melintas secara sekelebat dan tidak pernah berulang atau datang lagi. 

Dengan cara mengadopsi pendapat Gladwell tentang "Blink" tersebut, ide juga tidak lebih sama dengan apa yang disebut Blink tersebut.

Ide hanya datang sekali setelah setelah itu pergi seperti embun pagi tanpa bekas.

Tentu dengan catatan bila kita tidak menangkapnya, tidak memperlakukannya dengan baik dan tidak mengeksekusinya dalam bentuk tulisan sesegera mungkin.

Ide adalah ilham dalam bahasa lainnya. Sedangkan ilham adalah kekayaan paling berharga seorang penulis. Adalah nonsens seorang penulis tanpa ilham karena tanpanya ia akan sulit mengeksekusi sebuah tulisan. Henri Bergson, filsuf Perancis, menyebutnya sebagai intuisi. Baginya intuisi itu mendahului pikiran.

Ide juga sesungguhnya tidak dipikirkan terlebih dahulu, tetapi ia datang begitu saja. Kalau tidak ditangkap, diperlakukan dengan baik dan dieksekusi dalam sebuah tulisan, maka ia hanya akan menjadi tumpukan ide yang busuk di dalam kepala. 

Tidak ada cara lain untuk menghindari kebusukan ide ini selain mengeksekusinya sesegera mungkin dalam bentuk tulisan. Tulislah!

Pepih Nugraha