Buku dan Trend-nya
Tren adalah kecenderungan umum ke suatu arah tertentu.
Apa tren buku di negeri kita, saat ini?
Berdasarkan pantauan di sejumlah toko buku di Jakarta, atas tren buku-buku saat ini yang digelar di space “New Arrival” atau barang-baru, diketahui buku yang menjadi tren ialah yang menjawab persoalan zamannya.
Pengamatan sekilas di toko buku menunjukkan bahwa: buku hiburan dan informasi menjadi tren ke depan. Selain buku hobi.
Sebuah toko buku adalah pedagang. Terutama di mal, atau di tempat di mana sewanya mahal, toko buku akan menempatkan buku-buku laris di depan sekali, dekat pintu masuk utama. Tujuannya ialah, agar setiap mata pengunjung yang datang, langsung tertuju kepada produk-produk pilihan dan andalan, dan setelah melihat, tertarik, kemudian membeli.
Baca Juga: e-Book antara Kemajuan Teknologi dan Benturan Hak Cipta
Lazimnya, buku-baru, dan buku-laku, ditumpuk membentuk gunung atau kumpulan sehingga eye catching. Banyak orang berkerumun di sekeliling. Ada satu atau dua yang disobek plastik sringnya, sehingga orang bisa langsung memegang dan membaca untuk menangkap seluruh isinya. Sebab kadang, ada pengunjung yang merasa tidak puas hanya dengan membaca judul dan mengetahui sekilas isi buku dari sinopsis. Ada yang ingin memeriksa daftar isi, bahkan membaca satu bab yang menjadi inti, atau dalam istilah dunia perbukuan disebut “contested material”, yakni bahan (materi) sebuah buku yang dipajang, yang menjadi andalan jualannya.
Buku-buku apakah yang menjadi tren?
Ternyata, jika diamati saksama, tren buku sangat bergantung kepada bagaimanakah hubungan manusia dan zamannya. Artinya, apa yang menjadi persoalan zaman, dijawab dalam sebuah buku. Hal ini sesuai dengan konsep atau esensi media, yakni media adalah alat yang memuat isi atau pesan. Isi tidak berubah, yang berubah adalah media yang menyampaikan isi pesan itu sesuai dengan perkembangan manusia dan zaman.
Atas fenomena atau saling kait antara manusia dan zamannya, atau problematikanya, maka dari era ke era tren buku berubah. Di zaman krisis ekonomi, tahun 1998-2000, buku-buku yang menjadi tren ialah yang bertemakan bagaimana kaya secara instan dan kiat-kiat mengatasi krisis.
Kini zaman berubah, buku sama masih ada, tetapi tidak banyak ditemukan dalam pajangan-pajangan yang bergunung-gunung di toko buku. Kecenderungan toko buku ialah, jika suatu produk tidak bergerak cepat dan banyak, maka akan ditaruh di rak sesuai jenis buku. Maka yang menempati space utama ialah buku yang sangat laris, yang menjadi tren saja.
Yang banyak ditemukan ialah buku-buku yang mengangkat topik pengembangan diri, kiat mengelola dan merancang keuangan, kerohanian, kesehatan, dan kecantikan.
Kita dapat membedakan antara buku yang menjadi tren dan buku yang daur-hidupnya panjang. Keduanya tidak selalu berbanding lurus. Ada buku tren, tapi tidak berumur panjang. Contoh: buku hobi (tanaman, batu akik, humor). Termasuk di dalamnya buku pelajaran sekolah karena ada musimnya.
Namun, ada buku yang daur-hidupnya panjang, tapi tidak sangat laris, melainkan moderate. Misalnya, kamus, leksikon, ensiklopedi, dan buku penuntun (how to book).
Di era digital, tidak semua buku dipajang atau dijual di toko buku konvensional. Banyak buku yang langsung menyasar ke pembeli-langsung (end-users). Contohnya, buku saya (novel) An Infinity Ring yang selain dicetak, juga dijual di Google (An Infinity Ring Kindle Edition ).
https://www.amazon.com/Infinity-Ring-Maria-Amanda-ebook/dp/B01N4BYI6T
Jika dikatakan "tren", maka sebenarnya ditilik dari sisi genre, buku-buku yang berputar di situ situ juga: hiburan, informasi, acuan/ referensi.
Akan tetapi, pengamatan sekilas di toko buku menunjukkan bahwa: buku hiburan dan informasi menjadi tren ke depan. Selain buku hobi.
Tapi buku yang mengikat ilmu pengetahuan, sebagaimana disimpan di Perpustakaan Nasional, tidak pernah sepi pengunjung. Saya pernah seharian di sana mengamati. Percaya saja. Namun, jika tidak percaya, datang saja ke sana!
***