Literasi

Serial Kebangsaan (9) Membangun Peradaban Digital

Minggu, 17 Juli 2022, 16:30 WIB
Dibaca 482
Serial Kebangsaan (9) Membangun Peradaban Digital
Yansen TP saat membangun YTPrayeh.com (Foto: Yansen TP)

Pepih Nugraha

Penulis senior

Kebesaran kota prasejarah Mohenjo Daro dan Harappa di lembah sungai Indus yang memiliki penataan kota yang demikian hebat telah lama diketahui banyak orang, khususnya para penikmat arkeologi dan sejarah.

Tetapi, pernahkah Anda mendengar kota prasejarah terbaru, yakni Provadia-Solnitsata yang berlokasi di dekat resort Varna di tepi Laut Hitam? 

Ya, Provadia-Solnitsata menjadi penemuan terbaru kota prasejarah yang pernah ada dan reruntuhannya kini ditemukan. Ia merupakan perwujudan kota-kota besar awal dunia seperti Mesir, Maya, Mesopotamia, Romawi, Syria, Babilonia, Athena dan lain-lain.

Kota-kota besar yang berdiri pada masanya tidak serta merta muncul begitu saja, melainkan tercipta atas karsa arsitektur dan orang-orang yang membangun kota-kota tersebut. Mereka inilah sesungguhnya orang-orang yang membangun peradaban dengan membangun kota sacara fisik.

Di Indonesian, kerajaan-kerajaan besar saperti Majapahit dan Sriwijaya tidak pernah tercatat dalam sejarah sebagai imperium yang membangun kota di mana peninggalan dan artefaknya masih dapat kita lihat.

Namun demikian, Demak dianggap kota prasejarah di Indonesia, di mana ia telah memperlihatkan elemen-elemen penting sebuah kota seperti pintu gerbang pabean, sistem pengairan, jaringan jalan, benteng, alun-alun, taman kerajaan, pemukiman, sampai makam kerajaan dan pekuburan umum. 

Demikian juga kota kuno Cirebon yang memiliki struktur kota, termasuk kota Banten Lama, Gresik dan Palopo di Sulawesi Selatan, mereka telah menunjukkan berdirinya sebuah kota yang bermanfaat buat warganya, citizen.

Pernahkah Anda melihat bagaimana sebuah peradaban digital dibangun dengan kota-kota virtual di dalamnya, lengkap dengan berbagai fasilitas yang siap dimanfaatkan para netizen?

Sejenak kita layangkan ke masa silam di mana peradaban digital yang tidak dapat dipisahkan dengan teknologi informasi mulai dibangun. Cikal-bakal komputer bernama Eniac, kemudian Edsac. Internet masih digunakan terbatas untuk keperluan militer, tentu saja setelah IBM memproduksi desktop secara masal.

Ketika kemudian Tim Berners-Lee menciptakan jaringan Internet WWW (World Wide Web) yang bisa digunakan secara masif di awal tahun 1990-an, maka peradaban baru sedang terbentuk dan bahkan tidak terbendung lagi. 

Anda yang di awal mengenal teknologi informasi, mungkin sudah tidak asing lagi dengan nama peramban seperti Excite, Netcafe, Yahoo, MSN, sebelum "dihabisi' Google. Juga situs pertemanan Friendster, mesin pembuat dan penyimpan teks WordStar, Lotus, blog Wordpress dan seterusnya.

Kehadiran WWW menciptakan ketersambungan antara penggunanya, menerabas sekat ruang dan waktu. Berkat WWW pulalah kemudian muncul website, blog, media online dan media sosial. Kini komunikasi antarperangkat dalam bentuk IoT (Internet of Things) sudah umum seiring dengan perkembangan AI (Artificial Intelligent). Facebook bahkan menjadi Metaverse.

Sebagaimana fitrah kehadiran teknologi dimanapun, termasuk teknologi informasi, selalu hadir dalam bentuk pedang bermata dua; bisa konstruktif, bisa juga destruktif. Tetapi norma dan moral universial mengajarkan, manusia harus berjalan di tataran kebaikan.

Maka, kehadiran YTPrayeh.com pada 14 Januari 2020 sebagai website literasi, semata-mata untuk kebaikan dimaksud.

YTPrayeh.com yang didirikan Yansen Tipa Padan, wakil gubernur Kaltara kini, adalah peradaban baru digital yang di dalamnya tertata "kota-kota" virtual yang bermanfaat bagi sesiapapun penggunanya; penulis maupun pembaca. 

Ada beragam fitur dan rubrikasi, yang menunjukkan sebuah peradaban bagi pengembangan pemikiran yang dialektis dan dialogis. Meski semula YTPrayeh bernapaskan lokal dalam hal ini Kalimantan, tetapi aksinya benar-benar global, karena penulis maupun pembacanya tersebar di seluruh dunia.

Kini YTPRayeh dihuni oleh 260 penulis yang telah menghasilkan 1.240-an tulisan. Baik penulis baru maupun tulisan beragam corak kini terus bertambah seiring dengan sejumlah aktivitas literasi yang dikerjakan baik secara offline maupun online.

Demikianlah peradaban digital terbentuk melalui "kota virtual" bernama YTPrayeh.

***