Literasi

Novel yang Melahirkan Banyak Sarjana

Jumat, 11 Maret 2022, 09:39 WIB
Dibaca 470
Novel yang Melahirkan Banyak Sarjana
Captionnya sama dengan judul.

Jangankan bermimpi. Firasat pun tidak!

Ketika nulis novel ini, ya nulis saja. Mengikuti kehendak hati nurani. Mengalir seirama dengan imaginasi. Membuncah seiring dengan luapan perasaan dan pikiran. Dan berapiapi seirama berkelindannya akal buki.

Mengapa? Sebab novel genre ini, bukan biasa.

Seperti kita mafhum bersama. Ada 9 ragam novel. Salah satu di antaranya: historical novel. Yakni, novel-sejarah. Atau setidak-tidaknya, novel berlatar sejarah.

Untuk menulis novel ini, saya riset. Ke lokus yang menjadi sumber peristiwa. Yang pertama, di Sanggau Ledo. Lalu ke Anjungan. Kemudian, ke Peniraman. Semua lokus itu di Kalimantan Barat.

Tak puas di situ. Saya ke lokus di Sampit. Mewawancarai (mantan) Kapoldanya. Juga dokter ahli bedah. Saya juga bertemu, dan menemui para pelaku. "Di sinilah, pak, kami tariu. Sebelum melakukan ngayau itu."

Yang paling seru adalah wawancara saya dengan dokter ahli bedah. Ia sendiri merasa bingung. Bagaimana korban-korban berjatuhan. Analisis forensik ilmu bedah dan kedokteran, tidak bisa mengungkapkannya. Misteri.

Selain riset dan wawancara ke lokus. Novel ini juga hasil wawancara dengan para tetua. Yang masih ingat kisah-kisah heroik pengayauan di masa lampau. Bagaimana memanggil roh leluhur, dengan upacara tertentu.

Latar peristiwa kerusuhan sosial tahun 1967 di Kalimantan Barat pun, disibakkan di novel ini. Lengkap dengan datanya. Hasil rekonstruksi. Dan studi inter-teks.

Tak mengherankan. Ini novel unik. Bercatatan kaki pula.

Bahwa kemudian, ada calon sarjana dan sarjana menjadikannya objek kajian; itu di luar proses kreatif menulis novel-sejarah ini.

Penulis, ya tugasnya menulis.

Meneliti dan menganalisis novel, tugas para sarjana dan cerdik cendekia!