Membaca Buku: Mengkhianati Keputusan Sendiri, Karya Dr. Yansen T.P., M.Si
Penulis : Dr. Yansen T.P., M.Si.
Catakan : Pertama, 2022
Penerbit : Buku Kompas
Tebal : xlvi + 402 (448 hal.)
ISBN : 978-623-346-374-4
Buku ini merupakan bacaan saya mengawali tahun 2022. Buku ditulis oleh bapak Dr. Yansen Tipa Padan., M.Si. Salah satu dari karyanya dengan judul “Mengkhianati Keputusan Sendiri” yang terbit awal tahun 2022, buku ini memuat memoar Politik YTP: Refleksi Perikehidupan Politik Indonesia. Bukan sembarang buku.
Selain buku ini, penulis juga produktif hasilkan karya di sela-sela kesibukannya mengamban jabatan dan karier di pemerintahan, baik dalam birokrasi maupun di dalam organisasi kemasyarakatan, di antaranya buku Gerakan Desa Membangun, Revolusi dari Desa, Revolusi RT, Budaya Lundayeh Idi Lunbawang, Hidup Bersama Allah jadi Produktif, Kaltara Rumah Kita, dan Jejak Peradaban Manusia Sungai Krayan.
Saat itu, saya mengunjungi salah satu toko buku Gramedia di Kota Yogyakarta. Kebiasaan saya ketika jalan-jalan ke pusat perbelanjaan, seperti Mall. Saya selalu mampir ke toko buku yang tersedia di Mall tersebut. Saya mengelilingi rak-rak buku yang tersusun rapi, membaca beberapa judul yang tertera di cover buku. Tak sengaja, mata saya berhenti membaca pada satu cover buku yang ada di salah satu rak. Itulah bukunya bapak Dr. Yansen T.P., M.Si. terpajang rapi di salah satu rak buku baru yang ada di sana.
Saya mengambil buku tersebut, tanpa berpikir panjang saya membawa satu eksemplar ke kasir, saya menatap cover berwarna biru, dengan ikon pada cover yang menampilkan jam, magnet, dan roda berputar, serta melekat pula peta pulau Kalimantan membentang berwarna emas, tertera judul “Mengkhianati Keputusan Sendiri”. Saya bawa buku itu, mencari tempat duduk santai di food court pada posisi duduk saya membalikan buku membaca kalimat pertama bertuliskan, “Waktu terus bergerak, tanpa daya menarikmu ke dalam pusarannya,” pada bagian ini saya berhenti membaca, dan mencoba memaknai maksud dari kalimat tersebut.
Kita tahu bahwasanya hidup ini adalah kesempatan, kesempatan yang terus menggerakan setiap keadaan yang kita hadapi, sekaligus berbuat sesuatu. Salah satu yang tak dapat kita ubah ialah waktu yang terus bergerak, dan mau-tak mau menarik kita untuk beradaptasi di dalamnya. Ya, disini yang paling dibutuhkan kemampuan kita untuk beradaptasi dengan lingkungan yang dinamis dan memiliki sifat adaptif di tengah kemajuan. Demikian saya memaknai kalimat pembuka yang dibubuhkan di sampul belakang buku tersebut. Supaya tidak salah interpretasi, saya melanjutkan membaca blurb yang tertera pada buku, mengkhianati keputusan sendiri.
Ternyata apa yang saya interpretasikan, tidak jauh berbeda dengan apa yang penulis uraikan pada tulisannya. Dalam buku ini Dr. Yansen T.P., M.Si. mengatakan, hidup ini dalam kendali waktu. Kala semua mencapai titik kulminasi, sistem nilai akan memaksa kita masuk dalam pusarannya. Kita berproses dalam siklus waktu yang membawa konsekuensi pada banyak pihak. Di sinilah kita berada di simpang jalan: tak bisa memilih, tetapi harus menerima kenyataan. Demikian tulisan yang saya cuplik dari blurb buku tersebut.
Dr. Yansen T.P., M.Si membagi buku Mengkhianati Keputusan Sendiri kedalam 7 Bab.
Bab I Ramalan Tentang “Orang Besar”, Bab II Etika dan Politik, Bab III Politik Sebuah Taktik dan Strategi, Bab IV Panglima Politik, Bab V Sang Pemimpin, Bab VI Mengapa Mengkhianati Keputusan Sendiri?, Bab VII Dari Ba’ Binuang. Buku ini tidak hanya terdiri dari Bab saja, tetapi penulis memetakan Bab ke dalam sub bab yang menjelaskan lebih rinci maksud dari pemikiran penulisnya secara langsung. sebagai contoh, pada Bab I Ramalan Tentang “Orang Besar” dengan sub bab: pelajaran melalui buku, Tahu, Lakukan, Jadikan, Sekolah setinggi-tingginya, dan Ramalan tentang “Orang Besar”.
Dalam kata pengantar Prof. Dr. Adri Patton, M.Si. Ia Rektor Universitas Borneo Tarakan ketika ia mengamati dan menilai sosok Dr. Yansen T.P., M.Si.
Ia YTP adalah sosok yang dikenal memiliki hobi berkebun dan menulis; pribadinya tegas dan disiplin; serta memiliki jiwa humor dan sangat humanis, serta yang tidak luput dari pandangan saya adalah setiap kali melaksanakan tugas dan pekerjaan sehari-hari, beliau selalu mengawalinya dengan doa serta niat yang tulus, ikhlas, bersih, dan berkomitmen tanpa pamrih. Sungguh luar biasa!. Tulisnya.
Selanjutnya kata pengantar lainnya dari Prof. Dr. Bambang Supriyono, M.S. Ia adalah Guru Besar Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
Dalam cuplikan pengantar ia mengapresiasi hadirnya karya Dr. Yansen T.P., M.Si. dengan tiga poin penting. Pertama, melalui pengalaman sebagai pemimpin—tingkat operasional, tingkat manajerial, sampai di tingkat pucuk pimpinan (tingkat eksekutif). Kedua, akademisi yang konsisten dalam menuntut ilmu dan terus berkarya mengembangkan kecakapan literasi. Ketiga, sosok pemimpin yang piawai dalam mengaplikasikan penguasaan ilmunya dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan.
Penulis pun mengantar buku ini dengan prolog yang bagi saya sangat menyentuh pola pikir (mindset) kita sebagai pembaca dengan diawali judul Mulai Dari Kaltara, Ya! Disertai narasi kalimat penuh makna dan kebajikan yang dibubuhkan oleh penulis, ia memaparkan cita-cita, sekaligus memperkenalkan semangat perjuangan satu daerah otonomi baru, yaitu Kalimantan Utara (KALTARA). Kaltara merupakan salah satu provinsi termuda ke-34 di Indonesia. Saya ingat, dalam buku Dr. Yansen T.P., M.Si. karyanya yang berjudul, Kaltara Rumah Kita (2020) menjelaskan provinsi Kaltara yang beragam etnis budayanya, jika Anda belum membaca buku tersebut, silahkan cari dan temukan.
Ada satu kutipan penulis pada bagian prolog, penulis mengajak kita untuk renungkan bersama kalimat ini,
“Hiduplah dengan baik dan benar, berkaryalah dan bersemangatlah menebar kebaikan dan inspirasi. Jalani keyakinan agamamu dengan baik. Gunakan waktumu dan jangan sia-siakan karena waktumu tidak akan pernah kembali lagi.” tulisnya.
Selanjutnya penulis juga menjelaskan bagaimana seharusnya kita hidup baik dan benar, “Hidup baik dan benar menjadi batasan yang tepat untuk kita mengukur sebuah pekerjaan dan bukan terletak pada jabatan formal kita.” ulasnya. Saya membaca berulang-ulang, sembari merenungkan kalimat yang di maksud penulis tersebut di atas, sungguh muatannya mengandung makna yang dalam, sekaligus memompa semangat dalam diri. Singkat kata, demikian lah seharusnya esensi hidup ini.
Dalam buku ini, penulis juga mengulas satu perspektif menarik tentang konsep kebangsaan kita sebagai rakyat Indonesia, yang kita ketahui ada ribuan entitas budaya ada didalamnya. Penulis menggambarkan dengan tegas bahwa Indonesia bukan hanya satu suku, agama, dan golongan. Indonesia adalah Bhinneka Tunggal Ika. Dibangun dengan semangat Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Hal 8)
Selain itu, penulis juga pada bagian judul lain menjelaskan pentingnya jatuh cinta pada membaca.
Melalui didikan dan nasihat ayahnya Samuel Tipa Padan, “Tidak ada yang bisa mengubah hidup kita jika bukan pendidikan.” tulisnya.
Saya sendiri banyak belajar dari sosok Dr. Yansen T.P., M.Si. Tidak hanya melalui membaca karya-karyanya, dalam diskusi pun saya sebagai anak muda antusias, mencermati setiap hal yang disampaikan, karena hemat saya apa yang dikatakan selalu mendorong diri untuk selalu termotivasi untuk terus berkarya.
Selanjutnya, pada sub bab menegaskan peran penting membangun spirit dalam diri untuk sekolah setinggi-tingginya, pesan dari sosok ayahanda dan ibunda. Dalam membentuk, mengayomi dan mendidik anak-anaknya, untuk mempersiapkan mereka dengan cara giat belajar agar mandiri dan mampu bekerja keras agar anak-anaknya banyak tahu, cakap, dan terampil, sehingga anak-anaknya kemudian dapat berkarya. (hal 31-37)
"Rasa percaya tumbuh dari hati yang ikhlas!"-YTP
Buku “Mengkhianati Keputusan Sendiri” menggambarkan memorabilia sosok Dr. Yansen T.P., M.Si yang utuh. Bukan hanya soal bagaimana ia menjalani panggilan hidup di lingkungan birokrasi dan politik, atau bagaimana ia mengkhianati keputusan sendiri, tapi menarik hubungan proses kehidupan ini dalam kendali waktu yang dianugerahkan Allah. Dari proses tumbuh-kembang sejak di didik orangtua yang hebat, mengajar dengan contoh-- sekalipun dilahirkan di sebuah daerah terpencil yang nun jauh dari modernisasi, sehingga mengemban Amanah rakyat Kaltara sebagai Wakil Gubernur Kaltara saat ini. (Hal 317)
Pengalaman dan tempaan masa lalu telah membentuk YTP sedemikain rupa untuk menjadi pribadi yang peka, niat yang tulus, ikhlas bekerja keras, bersih, dan berkomitmen tanpa pamrih, bahwasanya pengabdian bukan untuk kepentingan pribadi, tetapi lebih karena pertimbangan untuk kepentingan orang banyak dan daerah.
Pada akhirnya, secara keseluruhan gaya penulisan dalam buku ini mudah dipahami, selain mengandung filosofis penuh makna, inspirasi jalani hidup, serta cara mengembangkan jiwa kepemimpinan dalam diri, supaya mempu memimpin banyak orang. Tidak bekerja agar dinilai baik oleh manusia semata, melainkan agar dinilai baik oleh Yang Maha Esa. Mengutip satu lagi prinsip hidup YTP, "Tahu, Lakukan, Jadikan."
" Saya tidak hanya belajar, membaca, berdiskusi, tetapi saya juga berlatih untuk cakap dan terampil melakukan apa yang saya tahu."-Dr.Yansen T.P., M.Si.
***