Sumpah Pemuda Wujudkan Writing Camp di Pusaran Hutan Kalimantan
“Kita rencanakan September atau Oktober, Writing Camp di Batu Ruyud…” demikian kata Dr. Yansen TP., pegiat literasi Kalimantan, kepada kami bertiga (Masri Sareb Putra, Pepih Nugraha, dan saya). YTP demikian kami menyapanya, sangat bersemangat mewujudkan acara penulisan berlevel nasional di kampung halamannya di Kecamatan Krayan (kini Krayan Tengah), Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Kami bertiga, turut bersemangat.
Batu Ruyud terletak di tengah hutan sisi utara Taman Nasional Kayan Mentarang, yang masuk ke dalam wilayah Kecamatan Krayan Tengah. Suatu tempat yang dirancang oleh YTP sebagai pusat literasi, yang kelak tercatat sebagai salah satu inspirasi peradaban Indonesia. Di sana… terdapat pondok untuk menginap, beberapa saung untuk menulis, dan prasasti literasi berupa batu-batu bertulis. Prasasti ini sengaja dirancang sebagai tonggak abadi jejak literasi, yang dapat dilihat oleh generasi berabad-abad ke depan. Seperti prasasti Batu Yupa peninggalan kerajaan Kutai Kartanegara, kreasi abad ke-4 silam.
Jangan lupa, hutan belantara berada di sekitar mengelilinginya, baik berupa dataran maupun lembah dan perbukitan. Sungai mungil selebar 20 meter juga melintasi Batu Ruyud. Potret alam yang paripurna. Tanpa jaringan internet dan minim saluran komunikasi modern serta nirjaringan listrik negara. Tidak berlebihan jika Batu Ruyud disebut sebagai suwarga literasi. Ketenangan dan kedamaian melimpah ruah di sana.
Kami bertiga mendapatkan tugas mulia untuk menggodok dan merancang acara istimewa ini. Nama resminya, Batu Ruyud Writing Camp 2022. Impian kami, acara ini bisa menjulang laiknya Ubud Writers Festival atau Makassar International Writers Festival. Kami punya waktu sekitar empat bulan, sejak Juli. Kami harus menyeleksi calon peserta sebagai “mentor” yang didatangkan dari luar Krayan, dengan label “penulis nasional”. Seleksi dilakukan melalui dua cara: publikasi secara umum dan pemilihan langsung sesuai kriteria tertentu. Kami juga menyusun rangkaian acara selama Writing Camp yang melibatkan secara aktif warga setempat. Suatu tantangan yang menyenangkan dan memancarkan emosi positif.
Kini, awal Oktober 2022, persiapan sudah menuju akhir. Peserta sudah terpilih. Rangkaian kegiatan sudah dirancang. Lokasi kemping menulis di Batu Ruyud pun sedang bersolek. Mempercantik diri guna menyamankan para penulis yang berkumpul di sana menyatukan energi literasi tingkat tertinggi. Semoga. Panitia lokal yang dipimpin oleh kepala desa setempat sudah mengumumkan kepada khalayak ramai – warga setempat – untuk berpartisipasi dalam acara akbar ini. Mereka bisa menjadi peserta pelatihan atau menjadi penampil dalam gelar seni dan budaya Dayak Lundayeh. Atau… bisa juga menjadi murid khusus, siswa ‘asuh’ para mentor kelas nasional.
Bagi warga setempat, Batu Ruyud Writing Camp I 2022, menjadi semacam pesta rakyat. Mereka berkumpul di sana, menampilkan kreasi seni, budaya, dan juga kuliner khas lokal, menginspirasi sekaligus bisa mendapatkan ilmu, pengetahuan, dan juga inspirasi yang dibagikan oleh para mentor. Ada pelatihan menulis buku populer, jurnalistik, buku ajar, menulis artikel, menulis puisi, bermain teater, public speaking, fotografi, kewirausahaan, peningkatan kapasitas guru, dan lainnya. Di sana juga, kami akan berdiskusi tentang beragam isu lokal yang seharusnya menasional seperti kebangsaan, pertahanan keamanan perbatasan, sosial budaya, pendidikan, literasi, dan ekonomi masyarakat serta isu lainnya. Bersama para tokoh masyarakat (tomas), tokoh adat (toda), tokoh agama (toga), dan tokoh pemuda.
Nama-nama beken hadir mengisi pelatihan dan diskusi tersebut. Antara lain Arbain Rambey, fotografer senior yang sudah tidak asing lagi di dunia fotografi. Atau Pepih Nugraha, pendiri Kompasiana, serta Masri Sareb Putra, sastrawan Dayak angkatan 2000. Mentor lainnya adalah Wulan Ayodya – Penulis Buku Terbaik Perpusnas 2020, Johan Wahyudi – Guru yang Juara Menulis Tingkat Nasional, dan Arip Senjaya – Dosen, Penyair, dan Penulis Buku Terbaik Perpusnas 2022.
Masih ada sederet nama top lain di bidangnya yang terdaftar sebagai peserta sekaligus mentor bagi warga Krayan Tengah, yaitu Herman Syahara (wartawan senior, sastrawan, dan aktivis Hari Puisi Indonesia), Eko Nugroho (Managing Editor Elex Media Komputindo – Gramedia), Edrida Pulungan (Penulis, Peraih Anugerah ASN Future Leader Kemenpan RB 2022 – Anugerah MURI kategori Iptek 2022), Arie Saptadji (penulis 35 judul buku dan salah satu penulis kritik film terbaik Indonesia), Matius Mardani (guru SD pegiat literasi Dayak – Jakarta), dan Agustina (guru SMA dan pegiat literasi di Kalimantan Barat).
Kami bermimpi dan berimajinasi, dari Batu Ruyud, pedalaman hutan Taman Nasional Kayan Mentarang, Krayan Tengah, Nunukan, Kalimantan Utara, lahir energi besar literasi untuk negeri. Kami bertekad menyatukan asa bersama untuk kemajuan bangsa melalui tulisan dan karya lainnya. Nantikan karya kami, yang semoga akan abadi, sampai ratusan bahkan ribuan tahun ke depan, sebagai jejak literasi yang menyemangati generasi penerus bangsa.
Sebagai pengukuh tekad itu, kami mulai Batu Ruyud Writing Camp I pada 28 Oktober 2022. Anda mafhum. Hari itulah, 94 tahun silam, para jong dari seluruh Nusantara, mengobarkan janji dalam bentuk sumpah untuk bangsa ini. Semoga kami bisa melanjutkan sumpah mereka, melalui jalan sunyi literasi.
“Verba volant scripta manent.”
“Ikatlah ilmu pengetahuan dengan menuliskannya.”
“Menulis adalah bekerja dan berkarya untuk keabadian.”