Filosofi

Gengsi Meraih Prestasi

Rabu, 23 Februari 2022, 20:08 WIB
Dibaca 841
Gengsi Meraih Prestasi
DOBI RIZAMI


Arti kata gengsi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), gengsi (geng – si) kata nomina (kata benda) pengucapan gengsi: pertama, sanak keluarga (orang–orang yang masih ada hubungan keturunan) asal turunan, contoh: tidak ada gengsinya yang tinggal di sini, ia terlalu membanggakan ketinggian gengsinya. Kedua, kehormatan dan pengaruh harga diri martabat, contoh tindakan hanya untuk menjaga gengsinya.

Saya tidak merasa turun pamor atau naik gengsi dengan menjadi wartawan, penulis teks iklan, presiden, atau sekedar peneliti komik, bahkan pembawa acara televisi. Saya tidak merasa bergoyang dari sikap kepengarangan saya, selama saya masih bisa jujur, kreatif, dan terbuka (Arswendo Atmowiloto).

Fenomena hidup di strata sosial, harkat dan martabat selalu menjadi ukuran keberhasilan seseorang dalam kesuksesan meraih prestasi kehidupan sosial. Kesuksesan prestasi dalam kehidupan tidak diraih dengan zona kenyamanan dan berpangku tangan, tetapi melalui pengorbanan, kerja keras tenaga maupun pikiran.

Kita mungkin sering menemukan tingkah dan perilaku seseorang ataupun kelompok dalam sosial kehidupan, yang selalu enggan berbuat atau mengerjakan sesuatu karena mempertahankan status strata sosial dengan istilah gengsi.

Gengsi selalu ditampilkan bukan menunjukan keaslian tapi penuh dengan kepura–puraan. Seperti peribahasa “Kalah nasi yang penting menang aksi.” Contoh telah banyak diperlihatkan, pengalaman melihat seseorang yang tidak mempunyai keterampilan (soft Skill) tetapi karena gengsi tidak berbuat atau bekerja sesuai dengan keinginan, disebabkan perasaan malu yang menyelimuti. Apa yang dibuat atau dikerjakan dianggap menjatuhkan harkat dan martabat strata sosial kehidupan bermasyarakat. Pekerjaan yang sudah tersedia mungkin tidak bergengsi dan tidak dapat memberikan nilai–nilai tambah harkat dan martabat.

Melihat fenomena gengsi sangatlah merugikan, sedangkan keberhasilan dapat menjadi impian dan dambaan apabila kita tangguh dalam berjuang menjawab tantangan tanpa ada rasa keengganan. Kepura–puraan dan kerja keras yang diutamakan bukanlah ilusi sensasi.

Cerita yang pernah didengarkan anak sukses meraih prestasi di suatu jenjang pendidikan perguruan tinggi, baik dalam maupun di luar negeri. Bekerja untuk memenuhi kebutuhan dimanapun dan pekerjaan dalam bentuk apapun yang dapat menambah penghasilan, sambil menempuh perkuliahan proses belajar hingga meraih keberhasilan bahkan prestasi didapatkan.

Secara umum, apabila tetap bertahan dengan gengsi dalam persaingan sosial kehidupan yang penuh tantangan, maka kita akan tertinggal dalam persaingan. Akhirnya, impian dan harapan hanya sebuah mimpi indah yang tak terwujudkan.

Setiap Insan dalam kehidupan sosial selalu terlintas cita–cita dengan harapan dapat terwujudkan, termasuk dalam hal berprestasi di bidang apapun. Prestasi bukan kata yang selalu dielukan seperti membalik telapak tangan, tetapi prestasi dapat diraih apabila komitmen, kerja keras, penuh perjuangan dan pengorbanan sejak awal dilaksanakan proses tahapan meraih prestasi menjadi harapan dan impian.

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari apa yang telah dikerjakan, dilakukan dan sebagainya).

Surya (2004) dalam Galih Ariwaseso (2011:5), prestasi adalah hasil dari pembelajaran atau perubahan, prilaku yang melibatkan sains, keterampilan dan sikap tertentu sebagai hasil dari pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungan.

Pandangan tersebut di atas memberikan makna filosofi, bahwa apa yang menjadi prestasi merupakan hasil perjuangan dengan menggerakkan potensi tenaga dan pikiran dengan komitmen yang kuat dan kerja keras untuk meraih prestasi menjadi bergengsi.
Jauh dari harapan apabila mengejar prestasi terpatri gengsi, yang terjadi hanya ilusi dan sensasi gengsi menghambat prestasi.

Sekilas: Dobi Rizami (Penggiat Literasi)