Filosofi

Dusun Plakaran: Merti Dusun Nanggap Wayang Kulit

Senin, 15 Agustus 2022, 09:54 WIB
Dibaca 964
Dusun Plakaran: Merti Dusun Nanggap Wayang Kulit
dokpri

Tradisi Merti Dusun (bersih dusun) di Dusun plakaran dengan puncak acara pagelaran wayang kulit (nanggap wayang) semalam suntuk.

Merti dusun merupakan salah satu tradisi di dusun Plakaran, Desa Karanganyar, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Merti dusun atau bersih dusun dilaksanakan setahun sekali pada minggu ke-2 bulan agustus atau sebelum perayaan kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus. 

Sementara untuk tradisi merti dusun dengan puncak acara pagelaran wayang kulit semalam suntuk biasanya dilaksanakan dalam 2 tahun sekali. Dilaksanakan pada hari Senin (penanggalan Jawa) atau dalam penanggalan internasional dimulai dari hari Minggu sampai dengan hari Senin pagi. 

Kegiatan merti dusun dimulai satu minggu sebelum acara puncak dengan kerja bakti membersihkan lingkungan dilakukan oleh tiap Rukun Tetangga (RT). Kemudian pada hari Jumat diadakan bersih-bersih sungai dan tempat-tempat tertentu. Dilanjutkan pada hari Sabtu malam dengan bersama-sama melek-melek (begadang) dalam rangka tirakatan (bentuk rasa syukur).

Pada hari Minggu pagi diadakan selamatan yang diikuti oleh seluruh warga masyarakat Dusun diwakili setiap kepala keluarga. Mereka membawa makanan (nasi, lauk pauk, dan beberapa makan khas) yang telah disiapkan tiap rumah tangga. 

Makanan tersebut ditata sedemikian rupa dalam satu ceting (tempat nasi) dan dibawa ke tempat pagelaran wayang kulit. Di sana makanan-makanan itu akan menjadi bentuk persembahan rasa syukur kepada Tuhan.

Dan doa pun dilantunkan yang dipimpin oleh sesepuh Dusun. Sebelum pulang warga akan bertukar makanan. Tradisi lain yang menyertai merti dusun adalah munjung-munjung atau mengantar makan kepada kerabat dekat namun lain dusun. 

Setiap keluarga biasanya juga menyiapkan hidangan untuk tamu-tamu yang akan datang menyaksikan pertunjukan wayang kulit. Jika sekiranya mereka berkenan singgah ke rumah salah satu penduduk dan biasanya itu masih kerabat maka mereka dihidangkan makanan. Selain sebagai bentuk berbagi kegembiraan dan rasa syukur juga sebagai sarana mempererat tali persaudaraan.

Menariknya dalam tradisi ini, tidak sekadar pertunjukan wayang kulit yang menghadirkan hiburan bagi masyarakat. Tetapi juga cerita yang dimainkan dalam pertunjukan wayang kulit itu memberi makna akan perjalanan dusun setahun ke depan.

Menurut warga, biasanya jika judul pagelaran wayang kulit itu baik maka perjalanan dusun akan baik, jika judul sebaliknya maka warga dusun harus mawas diri. 

Misalnya, jika dalam cerita dominan peperangan maka warga harus mawas diri terhadap hal-hal berkaitan dengan pertengkaran, baik dalam rumah tangga maupun dengan dusun lain. Oleh karena itu, dalam pemilihan judul tidak dilakukan secara sembarangan tetapi berdasarkan musyawarah para sesepuh dusun. Itulah salah satu bagian dari kearifan lokal dalam tradisi merti dusun di Plakaran.

Pada masa-masa yang lalu untuk kebutuhan dana (biaya) ditanggung bersama namun berbeda-beda besaran iurannya. Besaran itu berdasarkan luas lahan garapan (sawah) tiap kepala keluarga. Namun pada masa kini, dengan berkurang warga yang memiliki lahan persawahan dan akibat pandemi covid-19 maka iuran dipukul rata. Selain itu, dana juga diperoleh dari pemerintah kabupaten melalui dinas terkait dan para donatur.

Bagi anak-anak momen merti dusun, terutama jika disertai pagelaran wayang kulit menjadi hiburan yang nanti-nanti. Sebab ini kesempatan membeli mainan. Uniknya, mereka membeli mainan dengan jenis yang sama kemudian dimainkan bersama-sama. Misalnya, pistol air meskipun pada masa sekarang ini hal tersebut sudah mulai ditinggalkan. Tetapi pada masa lalu momentum ini menjadi kegembiraan tersendiri bagi anak-anak.

Merti dusun dengan pagelaran wayang kulit juga membawa manfaat ekonomi bagi warga dusun maupun para pedagang luar dusun. Bagi Karang Taruna, momen ini menjadi ajang belajar mengambil peran dalam kepanitiaan. Selain itu, ini kesempatan untuk mengumpulkan dana melalui retribusi dari para pedagang dan jasa parkiran.

Dalam rangkaian pagelaran wayang kulit yang paling ditunggu-tunggu adalah saat munculnya para biduan dan komedian. Biasanya sebelum puncak cerita pewayangan. Di sini ada tembang (lagu) yang kalau zaman sekarang dikolaborasikan dengan musik dangdut. Tingkah laku para komedian dan sinden yang biasanya dipancing oleh sang dalang sungguh menghibur penonton. Gelak tawa penonton memecah keheningan malam, warga nampak sangat gembira. 

Nah itulah beberapa hal yang menarik dari tradisi merti dusun di dusun Plakaran. Salah satu dusun yang terletak di Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Tradisi ini juga dilakukan oleh dusun-dusun lain di sekitar wilayah kecamatan Tuntang, kabupaten Semarang.