Filosofi

Belajar ‘Pintar’ dari Si Kulit Bundar #4 Gagal? Santuy saja tak Perlu Lebay

Jumat, 2 Desember 2022, 18:52 WIB
Dibaca 306
Belajar ‘Pintar’ dari Si Kulit Bundar #4 Gagal? Santuy saja tak Perlu Lebay
Sumber: yahoo.uk

Dodi Mawardi

Penulis senior

 

Apabila lolos dari grup penyisihan dan maju ke babak berikutnya pada Piala Dunia 2022 adalah keberhasilan. Kekalahan pada pertandingan pertama sesuai benar dengan adagium, "Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda."

 

Argentina dan Australia memberikan pelajaran itu. Pada partai awal di grup masing-masing, Argentina mengejutkan dunia. Kalah 1-2 dari Arab Saudi. Australia dibantai Prancis 1-4. Kekalahan itu jadi bahasan penggemar sepakbola seluruh dunia. Saya bahkan mencoret Argentina dari daftar unggulan juara. Australia bikin 'malu' kualitas sepakbola Asia.

 

Tapi lihatlah pada dua pertandingan berikutnya. Kedua negara menang dua kali sehingga lolos ke babak selanjutnya. Pada babak 16 besar, Argentina dan Australia akan saling berhadapan.

Argentina pernah mengalami hal serupa pada Piala Dunia 1990 di Italia. Sebagai juara bertahan, mereka kalah 0-1 dari Kamerun pada pertandingan pembuka. Kejutan besar. Juara bertahan kalah oleh tim semenjana dari Afrika. Bagaimana kelanjutan ceritanya?

Mental juara yang bicara. Meski sangat menyakitkan. Seperti dibanting dari langit ketujuh. Maradona dkk. mampu bangkit bahkan lolos ke final. Kali ini, bukan tidak mungkin mental mereka seperti 1990 lalu. Kalah pada pertandingan pertama, tapi Messi dkk. terus melaju sampai partai puncak.

 

Pelajaran sangat berharga. Gagal itu biasa. Gagal di awal apalagi. Biasa sekali. Tak perlu lebay. Apalagi sampai meratapi kegagalan atau kekalahan. Santuy saja. Kesempatan masih banyak di depan mata. Yang terpenting, terus berjuang dan bekerja keras. Belajar dari kegagalan sebelumnya. Tidak berhenti. Kegagalan hakiki, ketika kita berhenti berjuang.

 

Sepakbola memberikan pelajaran perjuangan tiada henti. Sampai memang seharusnya berhenti. Peluit panjang pertandingan berakhir. Atau kompetisi selesai. Selama itu belum berakhir, perjuangan masih berlanjut dan tiada kata gagal.

 

Seorang pemain penyerang, menembak ke gawang berkali-kali. Gagal lagi dan gagal lagi. Dia tidak pernah putus asa. Setiap gagal, pasti mencoba lagi. Banyak striker yang menembak 5-10 kali, hanya satu yang jadi gol. Bahkan, banyak yang sudah sebanyak itu mencoba sebanyak itu pula gagal.

 

Putus asakah dia? Tidak. Kalau pun gagal pada satu pertandingan, dia akan mencoba lagi pada pertandingan berikutnya. Akhirnya, tidak ada istilah kata gagal. Pemain bola selalu terus berusaha, bergerak, berlatih lebih keras, praktik lagi, sampai berhasil.

 

Seperti itu pula seharusnya dalam kehidupan sehari-hari. Saya misalnya sudah berhasil menulis lebih dari 75 judul dan ribuan artikel. Tahukah Anda kalau yang gagal jadi buku, lebih dari 75 judul? Yang gagal jadi artikel juga banyak. Di laptop saya, masih teronggok ratusan naskah tak jadi atau belum mewujud. Saya terus menulis seperti pemain sepakbola. Tiada henti, sampai waktunya benar-benar berakhir…

 

Gagal? Santuy saja Jangan Lebay!