Filosofi

Ingat-ingat Saat Bersantap

Jumat, 1 Juli 2022, 06:42 WIB
Dibaca 261
Ingat-ingat Saat Bersantap
Anak pengais sisa makanan (Foto: Facebook.com)

Pepih Nugraha

Penulis senior

Etiket mengharuskan, "habiskan makananmu jangan sampai ada sisa!"

Harus kita aminikah sopan-santun tak tertulis itu?

Sebentar, jangan dulu tergesa-gesa menjawabnya!

Konon, orang Jepang tahu takaran seberapa kuat perut mereka bisa menampung makanan sesuai selera pada saat makan, sehingga mereka mengambil makanan secukupnya. Biar habis tak bersisa.

Orang Jepang pulalah yang terbiasa membereskan bekas makanan baik di rumah maupun di restoran. Setelah itu meja makan bersih seperti sedia kala.

Ajaran Islam berpesan, "berhentilah makan sebelum kamu kenyang!"

Maknanya, jangan terlalu rakus saat makan karena kekenyangan tidak baik buat kesehatanmu. 

Makna lain, ingat-ingatlah saudara, teman atau liyan saat kamu makan, mana tahu mereka belum makan atau bahkan tidak makan karena tidak ada yang bisa mereka makan.

Dulu orangtua mengingatkan agar tidak ada satu remah nasi pun yang tersisa dipiring. "Remah nasi yang tersisa akan nangis jika tidak kamu habiskan!" Alhasil, piring selalu bersih tanpa remah sisa.

Tetapi ketahuilah, ada sementara anak-anak gelandangan yang mengais-ais sisa makanan yang tidak dihabiskan para pelanggan di warung makan. Bahkan, mereka biasa mengais-ais sisa-sisa makanan di tempat-tempat sampah perumahan. Untuk mereka jual? Bukan, untuk mereka makan!

Baca Juga: Mata Air Air Mata

Kalau demikian, justru baik dong menyisakan makanan yang kita makan agar sisa makanan bisa dimanfaatkan oleh orang tidak berpunya?

Terserah kamu mau jawab apa; baik atau buruk. 

Tetapi barangkali jalan tengah ini baik buat direnungkan:

"Peganglah etiket, dan senyampang itu, amalkan ketentuan agamamu soal memelihara orang tak berpunya!"

Artinya, habiskan makananmu jangan sampai ada sisa, tetapi ingat kewajibanmu untuk memberi zakat, infaq, sadaqah, sumbangan kepada kaum papa. Ada dua setengah persen bagian kaum tidak berpunya saat kamu makan, berikanlah kepada mereka dalam bentuk lain.

Artinya pula, kamu bisa enak makan dan menghabiskan makananmu sebagaimana dituntut sopan-santun, setelah itu berikan hak kaum tak berpunya yang ada padamu. Sehingga, kelak tidak ada lagi anak-anak gelandangan mengais-ais sisa makanan di restoran maupun tempat sampah.

Konstitusi mengatakan, negara memelihara dan bertanggung jawab terhadap fakir-miskin. Bunyinya bagus, pelaksanaannya yang kurang bagus. 

Buktinya, masih banyak orang kelaparan yang mengais-ais makanan sisa demi mengganjal perut mereka.

***