Filosofi

Mata Air Air Mata

Selasa, 28 Juni 2022, 07:04 WIB
Dibaca 640
Mata Air Air Mata
Air (Foto: okezone.com)

Pepih Nugraha

Penulis senior

Adakah orang menangis tanpa meneteskan air mata?

Mustahil, tetapi mungkin ada. Dengarlah petikan sebuah ungkapan ini, “Air mata emak sudah kering menangisi kepergianmu, Nak.”

Sebuah ungkapan yang menunjukkan betapa sedihnya seorang ibu ditinggal pergi anak semata wayangnya untuk selamanya akibat sebuah kecelakaan tragis.

Mungkinkah air mata mengering dan seseorang menangis tanpa derai air mata?

Ada. Adikku, Tania, menangis tanpa henti saat menangisi kepergian ibuku yang meninggal akibat kanker yang dideritanya. Ibuku bergulat selama tiga tahun dalam rasa sakit luar biasa sampai rasa sakit itu hilang selamanya karena perginya nyawa dari raga. Dan Tania, menangis seharian, bahkan siang dan malam, tanpa meneteskan air mata lagi.

Sumber mata air air matanya telah kering.

Benarkah mata air air mata bisa mengering?

Tears in heaven, senandung pedih Eric Clapton, menangisi kepergian anak balitanya yang meninggal akibat terjatuh dari balkon apartemen. Clapton ingin anaknya itu masih mengenal namanya saat melihatnya di surga kelak.

Adakah air mata di surga yang dalam keyakinan tertentu air sedemikian berlimpah, mengalir abadi dan menyejukkan hati?

 Hal mengejutkan jika tubuh manusia, khususnya mata, mampu menghasilkan 15 hingga 30 galon air mata setiap tahunnya.

Maknanya, awan dan partikel yang akan membentuk air telah tertanam pada mata manusia sedemikian suburnya. Manusia hanya menggunakannya sedikit saja, bukan?

Meski air mata berlimpah, tak seorang pun yang berharap air mata menetes barang setitik pun. Tidak ada tempat dan waktu sedetikpun untuk menitikkan sebutir air mata sepanjang 365 hari. Semua ingin, semelimpah apapun sumber mata air air mata, tidak ada yang menetes.

Mengapa? Sebab air mata identik dengan kesedihan, kemuraman, kesusahan, kemurungan, kemalangan dan seterusnya. Benar ada ungkapan “air mata bahagia”, tetapi itu tidak sebanding dengan air mata duka, bukan?

Nihil enim lacrima citius arescit, kata pepatah, tidak ada yang lebih cepat mengering selain air mata. Tania telah membuktikannya, sekaligus membuktikan bahwa sumber mata air air mata bisa mengering, meski mungkin untuk sementara.

Demikianlah seharusnya kita memperlakukan sumber mata air di atas pegunungan sana sebagaimana sumber mata air air mata. Meski air berlimpah, gunakan seperlunya untuk kehidupan saja. Air mata air yang menghidupi.

Meski sumber air mata mata air berlimpah, tetapi jika menangis berlebihan karena suatu kesedihan yang demikian menekan, maka akan kering juga.

Sunt lacrimae rerum, ada banyak air mata untuk segala hal, tetapi menangislah secara bijak.

 ***