Filosofi

Filosofi Perut Buncit

Jumat, 27 Mei 2022, 08:29 WIB
Dibaca 676
Filosofi Perut Buncit
Ilustrasi pria berperut buncit (Foto: detik.com)

Pepih Nugraha

Penulis senior

Kalau ada kernet Kopaja atau Metromini (jangan salah menyebut Metrotivi) teriak "buncit... buncit...!" Anda yang kebetulan berperut buncit jangan buru-buru tersinggung, karena yang dimaksud si kernet adalah "locus", menunjuk tempat, yaitu Warung Buncit di Jakarta Selatan.

Kerap menggelitik pikiran saya, apakah buncit itu sebuah anugrah atau musibah? Kalau Anda yakin akan kebesaran Tuhan, Allah Subhanahu wa ta'ala, sebagai yang menciptakan segala hal di alam semesta ini termasuk menciptakan perut buncit, Anda tidak harus murung kepada Sang Pencipta, lalu minder saat bergaul dengan liyan yang kebetulan punya perut "six-pack".

Pun yang punya perut kotak-enam tidak harus meledek sesama yang kebetulan berperut buncit. Sesama pria jangan saling membanntinglah!

Tuhan menciptakan sesuatu atau segala hal itu pasti disertai asas manfaat, bukan tanpa tujuan, sesuatu yang bisa dimanfaatkan oleh orang lain, termasuk perut buncit itu.

Jadi pertanyaannya, apa fungsi perut buncit untuk liyan atau lebih luas lingkungan itu?

Perkara fungsi dan manfaat harusnya ditanyakan kepada orang lain atau kepada users itu kasarnya, misalkan tanya kepada anak balita tentang perut buncit papanya, mungkin mereka akan menjawab senang dengan perut papanya yang buncit karena perut buncit penuh kehangatan terutama bisa dijadikan sandaran, bahkan bantal saat leyeh-leyeh.

Atau silakan tanya kepada istri yang suaminya berperut buncit, apa manfaat bagi istri dari suami berperut buncit. Saya tentu tidak tahu jawaban emak-emak karena yang bisa menjawab adalah para istri yang (kebetulan) memiliki suami berperut buncit. Mungkin ada pengakuan dari seorang istri bahwa perut buncit suaminya itu sungguh seksi, membuatnya, aman, tenteram, damai dan seterusnya.

Jangan berkecil hati dengan perut buncit, sebab ia bisa menunjukkan kemapanan seseorang pria, bahwa dia sudah menikah dan karena segala hal ada yang mengurus sehingga urusan kebesaran perut tidak lagi diperhatikan, atau bahkan menunjukkan bahwa dia sudah menjadi bos.

Ada banyak filosofi tentang perut buncit, tetapi ada bahayanya jika bujangan sudah berperut buncit, niscaya akan menurunkan harga pasar Anda di mata calon ibunya anak-anak. Perut buncit juga tidak selamanya menguntungkan kalau Anda ingin diterima sebagai Taruna ABRI atau Polri, sudah dipastikan perut buncit tidak akan diterima.

Lain soal kalau Anda sudah menjadi jenderal atau berpangkat, perut buncit tidak dipersoalkan lagi bahkan mungkin harus ditumbuhkan untuk menunjukkan bahwa Anda adalah seorang bos atau pemimpin.

Konon pria berperut buncit juga susah bergerak, tetapi para pecatur senior banyak yang berperut buncit dan gerakan catur mereka di atas papan sungguh lincah luar biasa. Jadi untuk hal ini perut buncit tidak ada korelasinya dengan kecerdasan. Anda bisa cerdas karena perut buncit atau sebaliknya Anda juga bisa o-on akibat perut buncit.

Jangan bersedih!

***